Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Dec 19, 2018

Target Blog 2019


Yaaaaiiii... Seneeeeng banget rasanya bisa sampai di sini. Last day of BPN Challenge. Setelah jungkir balik kejar tulisan tiap hari, Bahkan ada satu minggu itu saya pakai untuk kejar setoran. Ngedraft beberapa tulisan, editing gambar, baru post. Blog walking dilakukan kalau udah beres semuanya. Fiuuuuh itu ya rasanyaaa... Wow banget. Akhirnya di hari-hari terakhir bisa normal lagi, one day one post. Senengnya..



Nah, kali ini saya akan membahas tentang target blog tahun 2019. Sebelum itu, mau flash back lagi nih tentang perjalanan blog ini. Dia baru lahir April 2018 ini. Masih blank mau diisi apaan. Masih ngeraba banget, sampai akhirnya saya ikut kelas blogging. Dari situ mulai sedikit tercerahkan even ide tulisan juga nggak sengalir 4 bulan belakangan. 

Blog ini mulai agak panas ketika saya mulai memutuskan untuk serius blogging dan mulai menjajal untuk ikut kompetisi blog. Terus kok langsung menang. Hadiahnya tiket ke Bali untuk 2 orang. Kata saudara-saudara sih rejeki pengantin baru. Hehehe.. 

Pasca ikut lomba itu sebetulnya saya ikut banyak sekali kelas blogging dan writting. Saya merasakan sendiri sih perubahan dari tulisan dan blog saya. Makin paham, makin kece pula hasilnya. Even kalau dibilang profesyenel ya belum juga sih. Tapi mayan lah untuk ukuran newbie.

Challenge menulis dan beberapa lomba blog saya ikuti. Ada yang menang dan tentu saja banyak kalahnya. Namanya juga pemula, ye kaaan?



Dari berbagai challenge dan lomba blog, saya mungkin memang tidak selalu menjadi juara di sana, tapi ternyata ada impact yang cukup berarti yang terjadi di blog saya. Apalagi kalau bukan kenaikan traffic. BPN Challenge ini pun turut berkontribusi dalam menaikkan traffic saya. Indeks DA dan PA juga naik. Waktu awal ikutan DA/PA saya 13/17. Sekarang naik jadi 15/19. Tiap minggu ada kenaikan. Soal traffic tentu naik. Mulai ada engagement dengan pembaca. Seru juga sih. Lihat ini, jadi maruk pingin hal yang jauh lebih besar lagi.

Jujur, ketika memulai blog ini, saya nggak punya tujuan yang jelas. Nggak tahu juga blog ini mau dibawa ke mana. Sampai akhirnya saya sadar di mana sih passion saya. Di mana sih ketertarikan terbesar dalam hidup saya, Di situlah saya mulai menuliskan sedikit demi sedikit. Membangun blog ini pelan-pelan sambil belajar. Mengamati responnya.

Sebesar apa sih blog ini? Belum sebesar blog lain di luar sana. Tapi bukan tidak mungkin bisa jadi seperti mereka. Apalagi, salah satu resolusi saya di tahun 2019 adalah membesarkan blog ini. Tentu semua target yang terukur dan realistis harus dibuat. Supaya jelas, tercapai nggak sih apa yang saya mau. Dan inilah target blogging saya di tahun 2019.

Punya jadwal blogging



Saya belajar dari banyak sekali suhu dan mereka bilang kalau punya jadwal itu penting. Ini menunjukkan kalau kita sudah mulai mau main di kelas profesional. Selama ini, saya baru punya jadwal harian dari blog saya. Kapan saya research blog, kapan saya buat draft, kapan saya mulai edit dan post blog, serta kapan saya mulai promote dan blogwalking.

Belum bisa sepenuhnya konsisten sih dengan jadwal yang dibuat. Tapi pinginnya tahun depan bisa disiplin dengan jadwal ini. Termasuk, ketika saya ingin ikut challenge nulis macem sekarang. Harus diperhatikan kapan sih waktu yang pas blogppost itu jadi. Jadi, nggak semau-maunya gitu.

Posting blog minimal 2 kali dalam seminggu



Jadwal normal yang saya buat untuk blog saya adalah post 2 kali dalam seminggu. Sebetulnya ini untuk memberi ruang dari masing-masing tulisan untuk menemukan pembacanya dulu. Orang kalau masuk ke blog kan biasanya yang dibaca post paling atas. Kalau keburu ada post baru, sedangkan traffic dari postingan sebelumnya nggak bagus-bagus amat, dia bisa bener-bener tenggelam. Kasihan gitu. Viewernya segitu-gitu aja.

Saya nggak mau hal ini terjadi. Maunya masing-masing blog post punya view yang banyak. Jeda yang terlalu lama antara satu tulisan dengan tulisan yang lain juga bisa bikin blog kita mulai ditinggalkan orang. Saya belum sekece penulis profesyenel yang karyanya ditunguiiiin banget. Belum, belum sampai sana. Tapi sedang berusaha untuk bisa sama seperti mereka. Jadi, ngatur ritem dan bertahan untun konsisten menulis itu penting.

Total Pageviews 75K



Selama 5 bulan terakhir, traffic blog saya naik secara eksponensial. Nggak nyangka sih itu bisa terjadi. Harapannya sih bisa terus naik dan tidak mengalami saturasi. Jadi bisa terus bersinar gitu. Saya sadar sih kalau target segitu itu tinggi sekali. Artinya, dalam satu bulan harus bisa mendapatkan viewer sebanyak 5K. Kalau ini bisa sestabil itu, possible banget kok mencapai angka segitu. Kalau nggak ya, mungkin tiap 3 bulan sekali perlu ada 30 days challenge lagi.

Optimasi traffic dari instagram



Sebetulnya saya sering banget share sesuatu di story instagram. Tapi nggak ada kaitannya sama blog. Akhirnya, saya sendiri yang kewalahan untuk bikin konten untuk feed, story, dan blog. Tahun 2019, mestinya bisa sinkron semua sosial media yang saya punya untuk branding blog saya. Doakan bisa ya.

Itu tadi 4 target yang ingin saya capai di tahun 2019. Semoga blog ini bisa makin besar, bisa jadi jalan untuk membuat buku, plus bisa menghasilkan uang dari sini juga. Aamiin.



Dec 18, 2018

5 Situs yang Paling Sering Saya Kunjungi



Tahu nggak sih? Perjuangan banget buat menyelesaikan BPN 30 Days Challenge ini. Dan hari ini adalah hari keeeee 29. Yeeeeiiii... Thank you Lelly sudah bertahan dengan begitu gigih. Nggak mudah buat nulis tema-tema yang lebih banyak bikin mati gaya dari pada lancar nulis. Banyak tema juga yang bikin saya pingin ganti tema aja. Tapi akhirnya nggak dilakukan kecuali satu, tentang top 10 blog yang sering dikunjungi. Seriously, bukan karena saya jarang blogwalking, tapi karena emang saking clueless-nya. Seperti yang sudah pernah saya bilang, ini blog baru banget. Masih belum kenal orang banyak, belum kenal banyak blogger, terus diminta untuk sebutin 10 blog yang sering dikunjungi. To be honest, nggak inget. Maap.

Baca juga : When I Started My First Draft on Blog, A Story Behind Lecturer's Diary


Tapi tapi tapi,
Ketika akhirnya saya blogwalking ke beberapa blog, then they mention my blog, rasanya cleng. "Kenapa kamu nggak mention dia juga? Just like what she did to you." Sekali lagi mohon maap, nggak keinget. Saya udah bikin listnya by the way. Tapi blank di 4 blog.

Oke, back to the topic. Hari ini temanya adalah situs-situs yang paling sering dikunjungi. Ini bikin gelli sih. Ya karena tiap kali buka laptop atau buka browser dari hp emang situs itu-itu lagi yang saya buka. Belakangan, saya emang lagi getol banget naikin rate blog saya. Jadi, kalian pasti bisa banget nebak situs apa sih yang sering saya kunjungi.

1. Blogger

Geli sendiri nulis ini. Tapi beneran lho. Tiap kali buka chrome dia selalu jadi site paling ujung. Artinya ya emang dia yang paling sering saya kunjungi. Bukan cuma buat nulis postingan aja sih. Tapi juga buat ngecek pageviews, comment, dan followers. Naik nggak nih? Tiap postingan saya cek satu per satu. 

By the way, ini jadi macem riset kecil-kecilan sih. Di jam berapa sih pageview saya naik banget? Jadi, one day kalau saya buat blogpost baru harus sebelum jam segitu. Oya, kapan saya blogwalking juga ngaruh ke pageview ternyata. Kalau terlalu siang, traffic yang naik besoknya. Hmmm... saya nggak bisa bilang kalau semua blog sama ya. Ini masih riset kecil-kecilan, belum ada hipotesa apapun karena saya juga masih ngumpulin data berdasarkan behavior saya.

Niat banget? Iya dong. Harus.



2. Facebook

Saya bukan orang yang suka bagiin status di facebook sebetulnya. Toh, teman-teman saya juga banyak yang meninggalkan Facebook dan beralih jadi anak gaul instagram, Tapiiii... nggak bisa dipungkiri kalau Facebook ini punya banyak sekali jasa dalam meningkatkan traffic ke blog ini. Saya gabung di beberapa grup blogger. Terus saya suka share link ke sana dan blog walking ke beberapa blog yang bahas topik menarik.

Seberapa ngefek? Ngefek banget, naiknya itu bisa wuuts gitu. Cuman, saya nggak mungkin kan tiap hari nyampah tulisan di grup Facebook rasanya kok nggak etis banget. Ya udah akhirnya saya ikut-ikutan challenge yang memungkinkan untuk blog walking ke sesama peserta. 

Jadi, Facebook ini cuma tempat nyari link dan drop link aja. Saya belum memanfaatkan pages saya yang mestinya bisa terhubung dengan instagram. Nggak tahu kenapa kok nyantol. Ini juga belum diotak-atik. Sabaar Leeel... Sabarrr.. Pelan-pelan..



3. Canva

Saya kenal Canva baru banget sebetulnya. Beberapa bulan yang lalu waktu ikut kelasnya Bengkel Diri. Tugas-tugas dari kelas online ini banyak diminta untuk dikerjakan pakai Canva. Akhirnya saya mulai otak atik ini. 

Mulai explore Canva juga buat bikin story yang rapi. Even lama sodara-sodara. Keburu ilang feelnya. Terus saya explore terus sampai nemu kalau Canva ini bisa banget bantu visualisasi di blog. Rasanya kok garing banget kalau blog itu isinya cuma tulisan aja. Jadi, saya mulai coba-coba editing gambar pakai Canva. Sederhana sih, tambahin text doang. Wkwkwkwk..



Biasanya saya sesuaikan dengan gambar yang saya pakai. Biar hasilnya tetep top markotop. Sebagai orang yang bukan lulusan DKV hasil design saya mayan lah ya. Keliatan agak kayak profesyenel blogger gitu. 

4. Pexels

Ini juga andalan banget buat nyari-nyari gambar kece. Udah gitu free pula. Sebelum kenal Pexels, saya sering cari gambar dari Pinterest. Cuma pernah dapat hasil yang tak sesuai dengan bayangan saya. Nggak sekece apa yang saya mau. Ya udah, karena browsing juga sama jeleknya, saya ambil yang menurut saya agak bagusan dikit.

Begitu kenal Pexels itu rasanya surga banget. Nemu aja foto-foto bagus di sini. Thanks to all photographer around the world that took those photos. And the editors. You're amazing.

5. Lellyfitriana.com

Narsis boleh nggak sih? Tapi ini beneran lhoo ngak bohong. Saya sering banget masuk ke lama blog sendiri. Buat ngecek hasil editing saya gimana. Suka nggak puas dengan preview di blog aja. Terus balesin comment. Ngecek ada broken link atau nggak. Dan yang pasti memuji hasil karya sendiri. Bisa ya saya buat sekece ini. 


Dec 17, 2018

Desember, Yuk, Belanja!


Udah tanggal 17 nih. Apa kabar kantong? Masih aman dengan serangan harbolnas kemarin? Saya masih dong. Aman damai sentosa. Bukannya apa-apa, duitnya abis buat beli kasur sama lemari. Wkwkwk..

Maklum pengantin baru. Prioritas utamanya masih ke barang-barang gedhe dulu buat isi rumah. Saya juga nggak nengokin online shop sama sekali waktu 11.11 itu. Katanya sih, waktu itu juga lagi diskon gila-gilaan. Harbolnas kemarin juga sebetulnya nggak ada niat buka situs belanja kalau suami nggak suruh.

"Dek, nganggur, nggak?"

Ini tumbenan lho suami message begini pas jam kantor. Saya kira ada sesuatu yang urgent banget gitu. Nggak tahunyaaa...

"Kalau nganggur, ikutan flash sale. Harbolnas gini banyak online shop yang ngasih flash sale."

Ya Rabbanaaa...



Saya kira apaan coba. Ternyata istrinya disuruh buka situs belanja dan ikutan flash sale. Padahal yaaa... saya itu nggak suka ikutan flash sale gitu. Nggak sabar aja. Terus kan biasanya pas jamnya itu udah lemot banget kan. Ampun deh.

Tapi ini yang suruh suami. Jadi ya harus taat. Toh, bukan sesuatu yang dilarang, 'kan?

Abis suami bilang gitu, saya langsung buka situs online favorit saya untuk lihat flash sale-nya. Nggak ikutan flash sale yang rebutan sih. Ikutan yang masih harus diundi dulu. Terus kalau kalah, duitnya dibalikin. Saya ikut yang begitu. Jadi, rekening tetap aman terkendali.



Nah, berhubung tema challenge kali ini adalah situs belanja online. Saya mau berbagi racun di liburan sekolah yang nggak cerah-cerah amat ini. 

Bukalapak



Siapa sih yang nggak tahu dengan situs online satu ini? Mungkin di sini juga tempat buibu, pakbapak, mbakmbak, dan masmas sekalian belanja. Semua juga tahu keunggulan dari Bukalapak, ya kan? Iyes, semuanya ada. Mau cari mobil sampai panties juga ada di sini. Karena memang ada berbagai pelapak di sini.

Ngomong-ngomong soal Bukalapak, jadi inget gaun pengantin yang saya pakai waktu nikahan kemarin. Percaya nggak kalau saya belinya online? 

Jadi, nikahan saya itu persiapannya emang nggak ada sebulan. Mau sewa baju kok nggak ada yang sreg. Mau beli baju di butik kok mahal amat. Ada sih yang bagus, tapi ternyata punya orang. Ibu saya juga ogah-ogahan diajak ke pasar. Itu puasa mamen, kalau harus keliling pasar sendiri, mohon maaf nggak sanggup.

Di tengah kegalauan itu, akhirnya saya iseng aja nyari gaun warna putih. Eh, kok ada yang bagus. Harganya juga nggak sampai sejuta. Sederhana tapi tetep elegan gitu. Suka aja sama gambarnya. Agak gambling sih ini. Tapi nekat beli. Begitu datang bagus beneran lho. Asli.

Gaun yang saya pakai ini belinya di Bukalapak :D


Apa sih yang saya suka dari belanja di Bukalapak? Terjamin. Jadi dia memverifikasi tidak hanya berdasarkan resi aja. Saya pernah lho beli barang di situs online lain yang lumayan terkenal juga. Sistemnya masih verifikasi dari resi aja. Dari website, katanya barang saya udah saya terima. Waktu itu masih ngekos kan. Nggak selalu nerima barang sendiri. Biasanya ibu kost yang terima, terus diantar. Ini udah lewat 2 hari kok nggak ada barang yang diantar ke kamar. Saya tanya dong ke ibu kost, katanya nggak terima juga. Terus saya buka web lagi, cek resinya. Tahu nggak? Dia kirim ke alamat lain. Jadi, dia pakai resi abal-abal gitu. Ngeselin kan?



Sejak itu saya nggak berani belanja online di situs yang nggak ada verifikasi dari pembelinya. Nah, berhubung Bukalapak ini ada, saya berani dong. Bahkan, saya pernah beli Yoga Book di Bukalapak. Deg-degan juga sih beli di sini. Tapi karena ada jaminan dari Bukalapak yang akan mengembalikan uang kita 100% kalau barangnya nggak sesuai, saya beranikan diri untuk beli.

One day, laptop itu bermasalah. Saya langsung kontak tokonya dari akun Bukalapak. Terus korespondensinya pindah ke WA biar lebih cepet. Saya kirim ke tokonya. Karena memang harus masuk service center sana. Abis itu, saya dikabari kalau laptopnya mau diganti baru sama pihak Lenovo. Seneng nggak seeeh? Laptop baru.



Karena diganti baru, temper glass yang udah terlanjur terpasang di laptop harus saya ikhlasin. Mana pasangnya di bagian layar sama holo keyboardnya pula. Ya sudah lah yaaa... Apalah artinya temper glass kalau akhirnya saya dapat laptop baru. Kapan-kapan aja saya buatin review Yoga Book-nya. Ini laptop favorit sih. 

Adorableprojects



Ini tempat jualan sepatu homemade. Saya awalnya tahu ini dari instagram sih. Tapi karena kalau beli di agennya ribet bener ya. Jadi saya langsung ke situsnya aja. Barang-barang yang ada di sini itu semuanya bagus. Kualitasnya wow banget. Saya beli sepatu dan tas di sini itu awet banget. Harganya? Nggak mahal kok.

Kalau mau cari sepatu-sepatu yang bagus, kualitas juga bagus, bahkan pingin custom. Langsung aja capcus ke websitenya. 

Ini koleksi terbarunya. Gimana? Kece badai, nggak?


Bukusip



Kalau ini tempat jual buku-buku Islami. Saya suka aja beli di sini karena fast respon dan barang juga sampai cepet banget. Kalau buku yang diterima cacat, boleh dikembalikan lagi. Kalau ternyata buku yang dipesen via web nggak ada, duitnya juga dibalikin. 

Keunggulannya lagi, dia suka ngasih voucher. Kalau belinya banyak, voucher diskonnya makin gedhe. Makanya kalau beli buku di sini, nanggung banget kalau cuma beli satu atau dua. Biasanya sih saya genapin sampai nominalnya 200-300 ribu. Biar murah. #emakemaklyfe

Zizara



Saya sebetulnya udah nggak berani lagi buka situs ini saking racunnya. Gamis yang ada di sini itu modelnya bagus-bagus banget. Nggak lebay juga. Terus bisa dipakai ngantor, jalan-jalan, bahkan ke kondangan juga. Lebih hemat karena nggak harus pakai baju tertentu untuk acara tertentu. Harganya juga nggak mahal-mahal banget sih. 

Kualitas bahan? Nggak usah diragukan lagi. Enak kok. Saya udah coba bandingin bahan yang dijual sama Zizara dengan online shop lain. Iya, mereka emang jual dengan harga yang lebih murah, tapi kualitasnya juga nggak bisa nyaingin Zizara. Bahannya adem-adem banget lho dia. Terus nggak nerawang even warnanya cerah. Sukaaa banget. 

Lihatlaaah... Gimana coba caranya menahan gejolak buat nggak beli? T_T


Racunnya adalah dia suka ngeluarin varian baru tiap bulan. Semuanya bagus pula. Kan ngeselin ya. Jadi pingin belanja terus gitu. Makanya, saya bilang kalau nggak berani buka situs ini. Saking racunnya. Lagi bokek juga kan ini ceritanya. Huhuhu...

Instagram



Oke, ini memang bukan situs online. Tapi faktanya saya nemu banyak banget toko online ya dari instagram. Kelas jualan di instagram juga beda 'kan? Dia emang nyasar orang-orang menengah ke atas. Jadi, barang yang dijual rata-rata emang yang bagus. Jarang sih beli dari sini terus zonk. Cuma ya gitu. Harganya itu lho. Seringnya nggak shantai.

Sekarang sih saya mulai tobat dari akun-akun online shop. Kalau emang nggak lagi pingin beli saya unfollow mereka. Biar nggak jadi racun yang meracuni dompet dan rekening saya. 

Udah ya, itu tadi 5 situs online yang biasa saya kunjungi kalau lagi pingin belanja online. Recomended banget lah semuanya. Kalau nggak percaya boleh banget dibuktikan. Tapi jangan salahin saya kalau keracunan sama produk-produk mereka ya.


Dec 16, 2018

My Little Happines


Bahagia itu sederhana
Hanya dengan melihat senyummu

Bahagia itu Sederhana - Wina Natalia Feat. Abdul & The Coffee Theory

___



Tahu lagu ini nggak? Ini lagu udah lamaaa banget. Saya tahu waktu kuliah S2 dulu bahkan. Kira-kira tahun 2014 kalau nggak 2015an gitu. Lagunya asyik. Coba aja dengerin deh.

Ngomong-ngomong soal lagu ini, jadi pingin ngomongin tentang kebahagiaan. Masing-masing dari kita tentu punya banyak sekali hal yang membahagiakan kita. Bahkan hal-hal kecil yang ada di sekitar kita. Ada yang ketika lihat senyum dari keluarganya udah bahagia. Ada yang bahagia ketika nemu komik kesayangannya terbit. Ada yang mendadak bahagia ketika masakannya berhasil. Dan masih banyak hal lain yang kadang kalau dipikir-pikir itu receh banget.

Saya juga punya lho. Kebahagiaan yang super sederhana. Mungkin apa yang akan saya tuliskan ini juga pernah kamu alami.

Nemu duit di saku baju

Siapa yang pernah begini? Ini mendadak seneng banget 'kan ya. Kadang duit yang ditemuin itu nggak seberapa sih jumlahnya. Tapi seneng banget. Apalagi kalau pas bokek gitu. Semacam menemukan oase di tengah padang pasir. Tsah! Kibas kerudung.

Paling sering sebetulnya duit yang ditemuin itu ribuan. Dua atau lima ribuan gitu. Tapi pernah juga nemu 20 ribu. Itu rasanya seneeeng banget. Apalagi itu waktu jaman ngekos ya. 20 ribu kan lumayan banget buat nyambung nyawa seminggu. Itu beneran pas lagi bokek parah. Saking bokeknya sampek bingung mau makan apa. Bukan karena terlalu banyak pilihan. Tapi bingung nyesuain sama budget yang ada.



Bayangin aja gimana senengnya waktu nemu duit itu dengan kondisi semacam itu. Duuuh... pelipur lara banget. Rasanya itu beneran kayak nemuin harta karun gitu. Padahal yaaa itu duit lupa naruh aja. Duit sendiri juga. Cuma lupa naruh aja, kan? Gitu aja udah seneng banget lho.

Nemu Mamang Es Doger pas lagi panas-panas

Pernah satu kali, abis pulang dari bayar air sama pajak. Siang-siang. Udah laper. Panas pula. Wow banget lah. Rasanya itu pingin cepet sampai rumah terus nyalain kipas angin. Bogor itu kota hujan. Kalau lagi hujan atau mendung gitu ya dingin banget. Tapi kalau lagi panas ya panas banget. Lembab pula. Jadi ya gitu deh. Panas.

Deket rumah itu kan ada SMP. Jarak 3 rumah doang. Di depan situ suka ada mamang-mamang jualan yang banyak. Jual basreng, telur gulung, dan semacamnya. Cuma jarang aja ada mamang jual es doger nangkring di situ. Jadi kalau pingin es doger biasanya ke warungnya mie bojo loro atau ke bunderan Yasmin. Nggak tahu kenapa, hari itu, ada mamang es doger nangkring di depan sekolah. Pelipur lara banget.



Sebetulnya udah kelewat sekolah kan. Udah kebablasan gitu. Bahkan udah sampai depan rumah. Tapi gara-gara saking pinginnya akhirnya puter balik ke SMP dan beli es doger buat di makan di rumah. Sampai di rumah, langsung dimakan. Hmmmmm... nyesss banget.

Nemu buku yang udah lama dicari

Saya itu termasuk orang yang agak suka baca buku. Sebetulnya, saya ini tipe orang yang punya kecerdasan audio. Jadi lebih nyantol kalau dengerin orang ngomong dibanding harus baca buku langsung. Meski gitu, baca buku itu ada sensasi tersendiri. Kalau emang lagi pingin menyendiri gitu ya baca buku sampai ketiduran.

Soal buku, nggak semua buku yang keren itu dijual di toko buku offline. Terus kalau beli di toko buku online itu nggak enaknya adalah harganya sama dengan toko buku offline dan nambah ongkos kirim. Kalau nggak beli banyak banget rugi di ongkos kirim. Jadi kalau ke toko buku terus nemu buku yang dicari di toko buku offline itu rasanya seneeeeng banget. 

Akhirnya...
Kumenemukanmu

Suami pulang cepet

Suami saya itu kalau pulang malem banget. Iyalah. Kerjanya di Jakarta. Rumah di Bogor. Perjalanan Jakarta-Bogor aja sejam lebih. Kalau macet ya bisa 2 jam. Bahkan bisa lebih kalau traffic Jakarta lagi segila itu. Jadi, udah biasa banget suami pulang di atass jam 10 malam. Apalagi kalau hari Jumat. 

Suami saya baru akan pulang jam 5 teng dan rela nerabas macetnya Jakarta itu kalau emang lagi harus ke nganter saya kontrol gigi. Udah itu aja.

One day, suami saya berangkat kerja tanpa membawa charger laptop. Keburu banget emang berangkatnya. Ada meeting jam 10. Terus kalau pagi kan emang ruwet ya di rumah. Buibu pasti tahu lah ya. Kemarinnya, suami saya abis ngerjain sesuatu di rumah. Otomatis peralatannya di keluarin dong. Pas mau berangkat kerja, chargernya nggak kebawa.

"Mas, kok nggak bawa charger?"
"Oh iyaya."

Saya ketawain aja dia begitu. Nggak nanyain apa-apa lagi karena dia emang mau meeting kan. Saya juga urusin rumah dan ngerjain beberapa kerjaan. Sorenya, pintu pager mendadak ada yang ngebuka. Siapa lagi kalau bukan suami? Kaget aja dia pulang secepet itu. Mana hari itu lagi mati lampu dan hujan yang deres banget. Bogor kalau lagi hujan deres itu nyeremin. Anginnya kenceeeng banget. Gluduk-gluduk. Petir. Jadi berasa ada badai gitu. Pas banget ada suami yang datang. 



Uwuwuwuw... seneng banget rasanya. At least, di rumah nggak sendirian menghadapi hujan yang begitu dan mati lampu pula. Suami kan nggak pernah tahu ya kalau lagi hujan sederes itu suka mati lampu. Jadi agak ngomel. Dia galau soalnya belum pegang kerjaan sama sekali. Sampai rumah kok ya mati lampu. Kasihan banget. Dia stress, tapi sayanya yang seneng. 

Nemu bakso Malang di Bogor

Saya itu orang Malang. Udah dari kecil suka banget makan bakso Malang yang notabene rasanya itu nggenah (ini Bahasa Indonesianya apa ya?). Begitu pindah ke Surabaya, susah banget nemuin bakso yang seenak bakso Malang. Kalaupun mau bakso enak ya kudu bayar mahal. Padahal di Malang itu nggak gitu. Bakso yang keliling rumah aja udah enak lho. 

Pindah ke Bogor saya pernah nanya ke suami, "ada nggak bakso yang enak di Bogor?" Katanya sih, nggak ada. Kalau dibandingin sama bakso Malang ya jelas jauh. Kalau mie ayam enak, banyak.

One day, lagi pingiiiin banget bakso. Terus kan ada bakso lewat. Ya udah, minta tolong suami panggilin. Kebetulan itu bakso Malang dan itu yang jual orang Malang beneran. Rasanya? Enaaaak... Beneran bakso Malang ini. Duuh.. rasanya bikin kangen Malang.

Berhasil panen jambu di depan rumah

Ini receh banget sih sebetulnya. Jadi, di depan rumah saya itu ada pohon jambu bijinya. Bukan jambu merah, tapi yang putih. Seriing banget jatuh-jatuh. Tapi tiap ditengok itu nggak pernah nemu jambunya ada di mana. Jadi emang harus manjat dulu biar tahu jambunya ada di mana.

One day, pas lagi kerja bakti sama suami nemu ada jambu dong. Iiih seneng banget. Udah lama lho nengok-nengok ke atas pas lagi pingin jambu. Tapi nggak pernah nemu. Kalau nggak ditengok, dia jatuh-jatuh sendiri. Kemudian membusuk di tanah. Sayang emang. Tapi gimana ya. Susah juga. Ya kali saya manjat pohon jambu sendiri.

Pas nemu jambu itu jadinya ya seneng banget. langsung dijus dan dihabisin berdua sama suami. Hmmm... yummy.

Itu tadi 5 kebahagiaan sederhana yang pernah saya alami. Sebetulnya banyak ya. Cuma ya nggak inget aja. Mungkin saking recehnya. Hehehe...

Dec 15, 2018

My Favorite Beauty Products



Saya sebetulnya bukan orang yang hobi banget merawat kulit. Bahkan agak males pakai bedak. Apalagi kalau diminta untuk pakai rentetan produk kecantikan. Hmmm..

Hingga sampai satu waktu, jerawat muncul satu demi satu di wajah saya. Gedhe-gedhe pula. Itu mengganggu banget. Wajah saya nan ayu mulai ternodai. Plak! Digetok sama yang baca.

Well, awalnya saya biarin itu jerawat. Paling ya ilang-ilang sendiri kan. Tapi ini kok nggak ilang. Huhuhu. Makin lama, makin beranak pinak. Dari woles aja, jadi mulai cemas. Akhirnya, saya mulai browsing produk-produk kecantikan. Baca-baca review dari satu produk ke produk yang lain. Cobain satu produk ke produk yang lain. Dari cara alami, sampai chemical process, saya jalani. Tapi ya gitu, tidak bertahan lama. Satu, karena hasilnya tidak sebanding dengan harga yang saya keluarkan. Kedua prosesnya ribet. 

Sampai akhirnya saya mulai teracuni 10 step korean skin care routine. Mmmmm.. Kalau nggak salah ingat dari Youtube. Itu nggak sengaja aja nemu. Awalnya saya search skin care routine aja. Emang butuhnya itu sih. Tapi riwayat pencarian itu mengarahkan saya pada korean skin care routine. Saya tontonlah satu per satu videonya. Kok reviewnya bagus semuanya ya. Nggak satu dua, tapi banyak. Bahkan nggak cuma beauty vlogger aja yang merekomendasikan ini. Penasaran kan, mulai deh cari tahu produk-produknya.

"Aku terkejyut."

Harganya itu lho bikin nangis. Mahal-mahal. Terus kan step-stepnya banyak, kalau diikutin semua yaaaa abis lah gaji saya. Pusing pala Berbie.

Maunya sih beralih cari yang lain, tapi nggak bisa. Skin care-nya orang korea itu udah terpatri dalam kepala dan mendorong saya untuk mencobanya. Akhirnya, setelah pergolakan batin yang cukup panjang. Saya coba cari promo dan produk-produk yang saya incar.

Oya, sebetulnya makin penasaran sama produk ini tuh gara-gara pernah dikasi sheet mask sama orang Korea yang saya bimbing dulu. Mereka bikin project bareng saya selama 2 mingguan gitu. Terus pas mau pulang, mereka ngasih saya oleh-oleh sheet mask. Itulah awal kali saya jatuh cinta banget dengan produk mereka. 

Ya Allah, sheet masknya itu ya, begitu nemplok di muka, langsung nyesss. Adeemmmm banget. Terus ada efek-efek relaksasi yang emang bikin adem luar dalam. Suka banget lah pokoknya. Ini juga yang bikin saya akhirnya memberanikan diri untuk beli produk mereka.

Kali ini saya akan share beberapa produk yang saya pakai untuk menjaga kulit saya bebas dari jerawat. Ini bukan step by step apa sih. Tapi lebih ke produk kecantikan apa saja yang membantu kulit saya terjaga tetap mulus. Produk-produk yang saya udah jatuh cinta parah ke mereka. Bahkan kalau mau ganti yang lain itu pikir-pikirnya 1000 kali. And this is it!

Inisfree Sheet Mask


Kalau ngomongin sheet mask, buat yang sudah pernah menjelajahi dunia skin care routine, pasti tahu banget kalau sheet mask satu ini tuh enak buuanget. Dia adem, praktis penggunaannya. Dan after effect-nya itu nyenengin gitu lho. 

Saya udah pernah cobain sheet mask merk lain tapi nggak sepuas ketika saya pakai ini. Ada sih sheet mask lain yang enak. Itu yang dikasih sama anak-anak korea itu. Cuma judulnya kan pakai bahasa korea jadi nggak ngerti itu merknya apaan. Mau beli lagi jadi susah. Akhirnya cari sheet mask yang lain dan nemu ini yang efeknya nggak jauh beda sama yang mereka kasih itu.

Inisfree Sheet Mask ini variannya buanyak banget ya. Saya lupa udah pernah cobain yang mana aja. Soalnya kalau beli suka langsung banyak dan random. Kalau mau pakai juga random. Dikocok aja gitu kayak ngocok kartu. Bagian yang paling atas yang saya pakai. Intinya sih, saya suka pakai ini. Lumayan sering juga pakai ini. 

Harga satuannya Rp20.000,- bisa dibeli di banyak toko online. Kalau takut palsu, beli aja di situs-situs belanja produk kecantikan semacam StyleKorea atau SokoGlam. Tapi bayarnya pakai dolar. Harus punya CC. Saya kan nggak punya. Saran saya sih, nggak masalah kok beli di Indonesia. Tinggal cari toko online yang memang sudah terpercaya. Jadi kita tetap akan dapat barang yang asli. Gitu.

Nivea Make Up Clear Toner

This is my favorite toner ever. Enaaaak banget. Nggak berat di muka. Tapi juga ngefek gitu. Fungsi toner itu kan untuk mengembalikan pH kulit wajah. Jadi, kalau abis ngebersihin muka, terus kita usap pakai toner itu seperti membuka jalan yang begitu lebar untuk produk-produk kecantikan lain.

Yes, toner ini bisa dibilang gerbang awal dari segala efek yang dapat ditimbulkan. Kalau tonernya nggak bagus, hasilnya juga nggak bagus. Sebelum dikasih produk lain udah kerasa berat duluan.

Saya suka pakai ini karena harganya yang murah meriah. Nggak sampai seratus ribu dan lumayan gedhe. Ukuran segini tuh bisa saya pakai selama 4-5 bulan, tergantung pemakaian. Apa lebih ya? Lama banget pokoknya. Jadi, cukup hemat, bukan?

Ini produk toner pertama yang saya pakai waktu cobain 10 step Korean Skin Care Routine. Saya nggak pakai toner dari korea karena udah terlanjur beli ini dan masih banyak. Sayang aja kalau beli lagi. Takut ini terbuang sia-sia gitu.

Awalnya sih, saya nggak ngerasain apa-apa. Mungkin karena banyak produk yang saya pakai jadi bingung ini yang ngaruh yang mana. Wkwkwk..

Hingga suatu hari, toner ini abis dan saya mulai pakai produk korea. Harganya lebih mahal tapi efeknya nggak yang wow banget gitu. B aja. Sama aja kayak saya pakai ini. Jadi yaaa dari pada saya pakai toner yang lebih mahal dan hasilnya B aja. Mending pakai ini.

Oya, saya juga pernah coba nggak pakai toner. Langsung aja pakai moisturizer karena lagi males. Rasanya nggak enak sodara-sodara. Moisturizer yang saya pakai itu jadi kayak susah banget nyatu sama kulit saya. Jadi kayak air dan minyak gitu. Kan sayang ya. Dari situ saya kapok. Mending pakai toner doang, dari pada harus skip toner dan jumping ke moisturizer langsung.

Freeman Beauty Infusion Cleansing Clay Mask: Charcoal Probotics

Ini clay mask charcoal yang mulai mencuri hati saya. Ini oleh-oleh dari temen yang abis workshop di Singapore selama beberapa hari. Terus saya dikasih ini. Begitu paketnya dia datang, langsung saya cobain. Dan enaaaaaak... Adem banget dimuka. Mungkin karena buauty infusion ya, jadi aroma charcoalnya nggak membabi buta gitu.

Saya sebetulnya udah penasaran banget sama Freeman gara-gara keracunan Suhay Salim yang bilang kalau semua Freemask itu enak banget di muka. Akhirnya saya beli lah satu. Bukan yang ini, tapi yang overnight. Baunya aja yang enak. Tapi waktu dipakai nggak seenak kalau pakai sleeping mask-nya Laneige. Ya udah ogah-ogahan deh pakainya. Terus dikirimin ini sama temen. Efeknya beda ternyata. Enaaak.

Cleansing Clay Mask ini fungsinya untuk membantu membersihkan muka sampai sel-sel kulit matinya keangkat. Jadi macem exfoliating product gitu. Charcoal sendiri punya manfaat untuk mengikat kotoran dan minyak di wajah. Kalau ada yang pernah pakai masker charcoal pasti tahu efek yang ditimbulkannya. Begitu masker mengering, akan ada bintik-bintiknya sebagai tanda kalau dia udah menghisap minyak yang muncul dari area itu.

That's why, setelah pakai ini. Setelah muka dibilas, rasanya akan segar. Tapi kalau kita biarkan terus dan nggak dicocolin toner ya bakal kerasa kering. Pertama, karena muka kita abis dibersihkan. Kedua, karena minyak-minyak berlebih sudah diangkat. Padahal lembabnya wajah kan memang bergantung dari minyak di wajah ini kan. Makanya, setelah pakai masker, jangan lupa diusapin toner biar kulit wajah jadi enakan.

Benton Snail Bee High Content Essence

Kalau Freeman tadi keracunan Suhay Salim, kalau Benton ini saya keracunan Gita Savitri. Tapi emang enak sih. Cuma karena ukurannya yang kecil banget, dia jadi cepet habis. Mana harganya mahal pula. Iya, saya tahu pakai ini tuh sebanding sama harganya. Tapi yaaa tetep aja.

Saya suka essence dari Benton ini karena botolnya juga. Dulu, jauh sebelum saya pakai korean skin care routine. Saya permah beli essence yang cukup hits. Harganya hampir sama dengan Benton tapi botolnya gedhe. Sayangnya, botolnya itu dari kaca. Sedangkan saya ini nggak cocok pakai produk dengan botol kaca. Saya kan orangnya agak sembrono gitu ya. Produk skin care yang mihil itu ketendang dong dan botolnya pecah. Padahal saya baru pakai seuprit. Nggak ada seperempat cobaaa. Huhuhuhu..

Belajar dari kesalahan itu, botol skin care selalu jadi pertimbangan yang lain. Kalau botolnya kaca, even dia buagus banget. Nggak akan saya beli. Sebelum saya nangis gara-gara pecah.

Selain Benton, saya juga pernah pakai essence lain yang bener-bener sampai habis. Tapi nggak ada yang bisa mengungguli enaknya pakai Benton. Apa ya? Enak lah pokoknya. Susah mendeskripsikannya.

Inisfree Green Tea Seed Serum

Sejujurnya, saya pertama kali beli ini karena kemakan promo. Ada online shop yang menjual ini sama moisturizernya. Harga sepaketnya juga nggak mahal. Pikir saya, lumayan kan bisa dapet serum sama moisturizer-nya sekalian. Nggak tahunya kok enak banget.

Ini harganya nggak semahal serum-serum lain. Isinya juga banyak. Tapi serum ini ngefek banget di saya. Membantu kulit saya untuk sembuh dari jerawat-jerawat membandel secara perlahan. Bekas jerawat juga lama-lama ilang. Lamaaa banget ya tapi. Bekas jerawat yang abis dikuik kan emang lama ilang. Kalau mau cepet ya bisa coba chemical pealing atau laser. Cuma, saya lagi nggak pingin begitu. Maunya yang alamiah aja. Pelan tapi pasti sembuh gitu. Beneran. Jerawat saya sembuh, bekasnya juga memudar. Cinta banget.

Abis pakai ini, saya belum pernah ganti serum sih. Belum ada serum yang harganya segini tapi efeknya udah bagusan. Serum-serum lain kan mahal ya. Botolnya kecil tapi harganya ratusan ribu. Ngeri juga kalau nggak cocok. Jadi, saya putuskan untuk tetap bertahan dengannya.

Ini udah botol kedua. Bahkan itu udah tinggal dikiiiit banget. Sebotol itu harganya hampir tiga ratus ribu tapi bisa dipakai 3-4 bulan tergantung pemakaian. Lumayan sih. Dibilang mahal banget juga nggak, dibilang murah banget juga nggak. Hasilnya juga oke. Monggo lho ya, kalau mau cobain dan merasakan sensasinya.

Dec 14, 2018

Dari Cartoon Marathon, Sampai Nyungsep di Sawah



Waktu kecil saya itu anaknya pendiam lho. Pendiaaaam sekali. Nggak banyak bicara. Nggak bakal ngomong kalau nggak ditanya. Makin gedhe kok ngomongnya makin banyak. Kalau inget-inget masa kecil, hal pertama yang ada di benak saya itu ya kartun marathon di hari Minggu. Dulu, saya rela lho bangun pagiii banget, cepet-cepet mandi dan sarapan, demi tidak terlewat nonton Let’s and Go yang tayang super pagi. Abisnya itu apa udah? Nggak dong. Lanjut terus ke Ikyu-San, Ninja Boy, Doraemon, Detective Conan, sampai gengnya Power Ranger, Ultraman, dan Ksatria Baja Hitam di siang hari. Saking banyaknya sampai bingung kalau mau sebutin satu-satu. Bahkan ngurutin yang mana dulu aja lupa.

Tapi itu nggak berselang lama sih. Ibu saya jengkel setengah mati lihat anaknya nongkrong di depan TV dari pagi sampai malam. Akhirnya, saya dilesin nari. Biar ada kegiatan di hari Minggu. Dari kelas 3 SD sampai kelas 5, saya ikut les tari. Dari nggak bisa apa-apa, sampai akhirnya jadi wakil sekolah buat ikut Lomba Tari. Sewow itu.

Ngomong-ngomong soal tayangan TV. Dulu itu banyak banget acara-acara seru. Ada Kera Sakti, saya suka banget sama yang jadi Sun Go Kong, ganteng soalnya. Terus kalau hari Sabtu pagi juga suka ada vampir yang loncat-loncat dikasih kertas kuning. Ada Amigos, kisah persahabatan Anna sama Pedro. Ada Carita de Angel (bener nggak sih tulisannya?). Ada Si Buta dari Goa Hantu, Pendekar 212, banyaaaak... Bagus bagus juga. Suka semuanya.



Kalau inget-inget masa kecil, itu menyenangkan. Harga jajan juga nggak semahal sekarang. Dulu, naik angkot aja cuma 100 perak. Itu juga sering gratis gara-gara sopir angkotnya kasihan sama anak kecil macem saya. Biasanya, kalau saya bayar angkot, mereka suka bilang gini, “bawa aja, Dek. Buat beli permen.” Gitu aja udah seneng lho. Terus pulangnya lari dari depan gang sampai ke dalam rumah. kadang-kadang juga saya nggak langsung pulang sih, belok dulu ke Warung Bu Dhe Dayat buat beli permen. Sekarang? Uang 100 ya cuma bisa buat kerokan aja. Beli permen aja kurang.

Btw, waktu kecil saya itu seriiing banget jatuh. Masuk got lah, nyungsep di sawah lah. Apalagi yang jatuh gara-gara lari-lari, ya pernah banget. Ibu saya itu udah pasrah banget lihat badan saya yang serba penuh luka. Sembuh satu, muncul yang lain. Bahkan, sampai sekarang itu masih ada lho bekas lukanya.

Ada di kaki kanan. Di punggun kakinya. Luka itu saya dapet waktu main-main ke sawah. Waktu itu sawahnya baru selesai panen jagung. Belum diberesin bener-bener. Jadi masih ada sisa-sisa potongan batang jagung yang nancep ditanah. Pas lari-lari tuh ya, saya kesandung. Jatuh deh. Terus kaki saya kena batang jagung itu. kayaknya sih lukanya dalem ya. Soalnya sampai sekarang juga belum hilang bekas lukanya.

Sakit? Ya iyalah. Tapi lupa sama sakitnya. Soalnya ada temen ayah yang berhasil nembak burung. Terus dibakar rame-rame. Enak.



Apalagi yaaa?
Mmmm....
Oya, inget.

Ibu saya itu mulai kerja lagi waktu saya masuk SD. Beliau ini kerja dari pagi sampai sore gitu. Jadi, selama ibu kerja, saya yang urus adik saya yang jaraknya cuma 3 tahun aja. Kalau siang-siang gitu, bosen di rumah. Saya suka ajak adik saya main ujan-ujanan. Pas hujan? Enggak. Siang bolong.

Airnya dari mana? Dari kran dong. Kami gentian gitu. Kalau saya yang ujan-ujan, adik saya yang semprotin airnya. Kalau udah puas, gentian dia yang saya semprot. Kadang pakai payung. Kadang juga enggak. Jadi yaaa air terbuang sia-sia gengs untuk main. Kalau sekarang, main air di rumah model begitu pasti nggak berani. Inget tagihan PDAM yang abis naik lagi. Huhuhu..



Kalau ngomongin soal masa kecil emang nggak ada habisnya ya. Ada banyak banget kenangan-kenangan berharga. Mainan-mainan seru yang dulu kami mainkan dan sekarang udah jarang banget ada. Lebih asyik main gadget bahkan. Sampai orang tua bingung ngedetox anaknya dari gadget. Lagu-lagu anak yang udah mulai terkikis dengan lagu-lagu nggak seronoh macem Sayur Kooool. Tayangan-tayangan untuk anak-anak yang udah banyak yang hilang juga. Sedih sih ketika inget jaman dulu terus lihat anak jaman sekarang yang kesenangannya beda banget.

Masa, SD udah pacaran coba? Punya panggilan sayang Ayah Bunda atau Mama Papa.



Dulu, saya waktu SD nggak sibuk pacarana, tapi ngincer jajanan di luar pager sekolah. Cari cara buat beli jajan even dilarang sama guru. Sebel sama temen itu, bukan ketika dia deketin pacar kita. Tapi karena dia ngadu ke guru kalau kita abis beli jajan di luar atau nyontek kerjaan kita.

Saya kasihan sama anak-anak sekarang yang dewasa terlalu cepat. Kata Bunda Elly Risman, model begini ini bahaya. Ketika anak dewasa lebih cepat, aka nada kemungkinan dia akan mengulang masa kecilnya ketika dia tumbuh dewasa. Akhirnya ya banyak orang gedhe yang kekanak-kanakan. Contohnya udah banyak lah ya. Nggak perlu lagi disebutin. Terlalu banyak.

Dec 13, 2018

5 Keinginan yang Belum Tercapai



Sadar nggak sih kalau makin lama tuh, challenge-nya makin bikin mikir. Saya bukan orang yang suka bikin resolusi tahunan sebetulnya. Orang yang super dadakan dan spontan. Jadi kalau diminta untuk menyebutkan apa saja hal yang belum tercapai di tahun ini. Hmmmmmmmm... (dibaca dengan nadanya Nisa Sabyan, sejam)

Jadi, saya coba buat menggali memori saya. mencari puing-puing keinginan yang beberapa bulan kemarin sempat saya agendakan tapi failed mulu. Dan mereka adalah...

1. Hamil

Saya ini sebetulnya masih tergolong pengantin baru sih. Baru 5 bulan juga nikahnya. Tapi namanya pasangan suami istri, mana sih yang nggak kepingin segera dikasih momongan? Kami pun begitu. Kehadiran anak itu sudah ditunggu dari awal kami menikah. Awal-awal nikah dulu sempet GR, ngira hamil. Eh, ternyata masuk angina biasa.



Ini berlangsung hampir tiap bulan menjelang menstruasi. Akhirnya, saya sadar kalau masalahnya bukan karena saya lagi hamil. Tapi kondisi fisik saya yang drop banget. Awal nikah emang energi terkuras buat bolak-balik Surabaya – Probolinggo sih. Capek banget ngejalani hidup kayak gitu. Pernah satu kali saya ketiduran di kereta. Bangun-bangun udah ngelewatin stasiun terakhirnya Probolinggo.

Belajar dari 2 bulan pertama itu, saya mulai menganalisa masalahnya ada di mana. Saya banyak baca artikel-artikel, buku, bahkan ikut kelas online tentang kesehatan reproduksi. Sampai akhirnya, saya sadar kalau yang bikin susah itu karena hormone saya nggak seimbang. Ini bisa dibuktikan dengan pola menstruasi setiap bulan yang random banget.

Ikhtiar pertama saya, jelas, memperbaiki siklus menstruasi. Supaya clear juga kapan saya ovulasi, masa subur di range waktu kapan, dan kapan mestinya saya menstruasi lagi. Gitu. saya menghindari banyak hal yang bikin saya stress. Pola makan juga saya atur. Konsumsi buah, sayur, dan suplemen tambahan juga saya lakukan. Saya belum bisa program ini berhasil. Karena untuk meihat siklus menstruasi kita perlu lihat record selama 3-6 bulan terakhir. Nah, ini belum selama itu.



Kenapa sih nggak datang ke dokter spesialis aja untuk program hamil? Saya ngerasanya belum waktunya untuk minta tolong ke dokter untuk membantu promil saya. Nikah juga baru 5 bulan ‘kan ya. Sedangkan ada banyak lho orang yang udah nikah tahunan tapi belum juga dikaruniai anak. Sementara waktu, saya cuma bisa sabar aja.

2. Ikut kelas Tahfidz Quran

Saya punya cita-cita punya anak-anak yang hafidz Quran. Tapi kalau sayanya nggak memulai untuk belajar menghafal. Emangnya bisa? Gimana caranya bantu anak-anak saya muroja’ah kalau sayanya masih grathul-grathul.
Sudah dari awal tahu 2018 ini saya ingin belajar baca Alquran dan memulai ikut program Tahfidz Quran. Tapi karena jadwal kerja saya dulu, seringnya saya dilempar ke luar kota, persiapan pernikahan, dll. Akhirnya, nggaaak jadi-jadi juga. 2 bulan yang lalu saya sempat mendaftarkan diri untuk ikut kelas tahfidz di Bogor. Tapi masih belum ada kabar juga. Udah nggak sabar banget sebetulnya pingin mulai.

Kenapa sih nggak ngafalin sendiri? Hmmmm.... udah pernah seperti ini. Tapi banyak failednya.



3. Pasang Iklan di Blog

Setelah bikin blog baru, saya langsung mengajukan adsense ke Google. Lamaaaa sekali dibalas. Katanya sih, mau direview dulu. Berminggu-minggu kemudian ada informasi di email yang ngasih tahu kalau iklan saya ditolak.

Iya sih, waktu itu intensitas nulis saya nggak sekenceng sekarang. Itu rasanya kayak ditonjok. Sakit sih, tapi nggak bonyok juga. Dari sana, saya mulai berbenah. Ajuin lagi dong tentunya. Lupa kapan ngajuin baru. Tapi sampai sekarang belum juga diterima. Huhuhu..



Serius. Saya nggak ngerti ini kudu diapain lagi. Step by stepnya rasanya udah dibenerin. Tapi kalau sampai saat ini nggak bisa juga, berarti kan ada yang miss dari step yang saya lakukan. Could you help me, please?

4. Launching Buku Sendiri

Akhir tahun 2017 lalu, saya sempat ikut kelas menulis. Teman-teman saya kemudian sepakat untuk mengumpulkan tulisan untuk dibukukan. Itu adalah pertama kalinya saya ikut project antologi. Panitianya tentu dari kami sendiri. Prosesnya panjang sekali sepertinya. Sampai sekarang naskah belum juga terbit.



Selain project antologi itu, ada beberapa anotologi lain yang juga saya ikuti. Ini sebetulnya untuk latihan supaya nanti lebih PD bikin buku solo. Tapi ya sama saja, semuanya belum ada yang naik cetak. Masih proses. Oh, ada satu buku. Judulnya The Power of Daster. Ini baruuu saja dapat kabar kalau bukunya naik cetak. Duuh.. nggak sabar nungguin anak pertama lahir.

5. Konsisten dengan Jadwal yang Dibuat 

Setelah menikah, saya bukan lagi pegawai kantoran yang punya jadwal rutin dari kantor. Saya bossnya, saya sendiri yang buat jadwal. Tapi sampai saat ini, masih juga belum betul-betul bisa konsisten dengan jadwal yang saya buat. Awalnya, saya buat jadwal yang lebih fleksibel, ada range waktu. Tapi ternyata tidak cocok untuk saya yang super dinamis begini. Akhirnya, saya coba buat jadwal mingguan. Ini juga failed.

Terakhir, saya buat bullet journal. Isinya weekly plan, tentang target harian saya dala satu minggu. Lalu daily plan yang saya tulis setiap pagi. Ini isinya tentang jadwal tiap jam dalam sehari. Kapan saya masak, cuci piring, laundry, beres-beres rumah, nulis, blogwalking, ngaji, makan, dst. Ternyata model seperti ini yang paling sesuai dengan saya.

Saya tidak merasa bersalah karena tiba-tiba berubah haluan. Berubah agenda. Jadwal saya berubah total karena memang ada urusan penting. Lebih fleksibel tapi terjadwal.

Sukses? Belum sepenuhnya. Jadwal harian saja masiiiih saja ada yang kelewat. Tapi ini sedang diusahakan sebaik mungkin untuk tetep on schedule sih. Doakan berhasil yaaa...



Itu tadi 5 hal yang sampai hari ini belum juga tercapai. Kalau ditanya apakah ada yang lain? Jawabannya ada. Banyak. Kebanyakan mau tapi belum sanggup melakukan semuanya.

Dec 12, 2018

Menyesal Nggak, Ya?



“Ada nggak sih hal yang bikin kamu nyesel hingga hari ini?”

Kalau ada yang tanya begitu, saya akan jawab TIDAK ADA. Bukan berarti hidup saya berjalan sempurna. Nggak pernah gagal. Semua yang saya cita-citakan terwujud. Apa yang saya mau, saya dapatkan. Nggak gitu juga.

Saya pernah gagal. Berkali-kali bahkan. Banyak hal yang saya cita-citakan, kemudian berubah haluan. Banyak hal juga yang saya mau, tapi nggak bisa saya miliki. My life is not perfect. Dengan sekian banyak ketidaksempurnaan dalam hidup saya, saya memilih untuk menerima semuanya sebagai pelajaran hidup yang amat sangat berharga buat saya.

Dulu, waktu SMA saya pernah punya keinginan kalau nanti lulus, maunya sih kuliah Arsitektur. Bahkan, saya sudah membuat ancang-ancang, nanti kalau S2 mau ambil bidang mana. Faktanya, saya nggak masuk Arsitektur, malah ke Teknik Elektro. Bidang yang nggak pernah sama sekali ada di benak saya. Sedikit pun. Siapa yang menyangka? Lalu, apakah saya menyesal karena salah jurusan? Nggak juga. Saya seneng kuliah elektro. Kalau nggak seneng, ngapain juga saya ngambil S2 di bidang yang sama.



Waktu S2 juga gitu. Maunya sih, lulus 3 semester aja. Tapi ternyata, buku nggak selesai ketika deadline sudah di depan mata. Ya udah, saya nambah lagi satu semester. Menyesal? Enggak. Siapa yang tahu kalau ternyata 2 pembimbing saya hari itu nggak ada yang bisa datang sidang. Jadi, teman-teman saya, yang dibimbing oleh beliau berdua, harus ditemani oleh pembimbing yang lain. Nah, kalau saat itu saya tetep maju. Mau dibimbing siapa?

Selalu ada hal baik dari tiap hal yang nggak enak dalam hidup kita. Tinggal kita mau lihat dari sisi mana.

Hal yang paling nggak enak dalam hidup saya adalah ketika saya gagal menikah. Itu pukulan yang amat sangat berat buat saya. Ini bukan sekedar patah hati biasa. Kalau biasanya, hanya saya yang sakit. Tapi kali ini, kedua orang tua saya pun ikut merasakannya. Bayangin aja. Gedung, catering, rias, dekor sudah dipesan. Souvenir sudah dipilih. Terus, rencana pernikahan itu batal gitu aja.

Sedih? Ooo pastinya. Kecewa? Nggak usah ditanya. Tapi saya bersyukur lho nggak jadi nikah sama dia. Karena setelah akhirnya satu kantor sama dia, kok dia nggak sebaik apa yang saya pikir ya. Kayaknya sih dulu saya iyain karna udah gelap mata kali ya. Alhamdulillah, saya nggak jadi nikah sama dia. Kalau nggak, mana ketemu sama suami saya.



Semua itu pasti akan indah tepat pada waktunya.

Tentang hijrah saya. Teman saya pernah bilang, setelah kita belajar agama, kemudian kita tahu hukum suatu perbuatan. Kita mungkin akan galau. Tapi setelah kita ambil kebenaran itu. kita laksanakan, kita akan menyesal. Bukan menyesal karena sudah melakukannya. Tapi lebih ke “kenapa sih nggak dari dulu aja melakukan hal ini?”

Saya pun pernah berpikir begini, “kenapa sih nggak dari dulu aja ngaji Islamnya? Kenapa sih nggak dari dulu mengkaji Islam secara dalam?” Tapi kemudian saya mikir lagi, “emangnya, kalau dulu udah ngaji, apa saya bisa seyakin ini?” Belum tentu juga. Saya nyari lho kebenaran yang disampaikan itu satu per satu. Saya betul-betul brain storming untuk menggali lebih dalam. Karena saya percaya, iman itu ada ketika kita bisa sepenuhnya yakin. Dan keyakinan itu akan tumbuh ketika kita sudah mencari dan membuktikan banyak hal. Kalau nggak, ya hanya akan dibibir saja. Nggak betul-betul bisa tertancap di hati, apalagi sampai dilakukan.

Saya percaya bahwa segala sesuatu, baik atau buruk, Allah tahu itu. Semua terjadi pun karena kehendak Allah. Saya hanya perlu percaya bahwa apa yang Allah rencanakan untuk saya, selalu menjadi hal terbaik, lebih dari apa yang saya kira. Maka, ketika ada hal yang nggak enak terjadi dalam hidup saya. Nggak ada lagi pilihan yang bisa saya ambil, kecuali sabar. Sabar dalam menghadapi semuanya. Sabar untuk tidak memilih jalan yang Allah nggak suka dengan itu.
Dan, ketika saya mendapatkan apa yang saya mau, rejeki dari sisi yang tidak saya duga, bahkan perihal yang amat sangat kecil, sepele, atau kelihatannya remeh. Tidak ada pilihan lain yang bisa saya ambil, kecuali syukur.

Enak lho hidup kayak gini. Nggak ngoyo dengan banyak tuntutan hidup. Tapi jadi nggak males juga. Karena saya tahu mana sih perkara yang bisa saya kendalikan dan mana perkara yang saya hanya cukup pasrah dengan hasil akhir apa saja yang akan Allah kasih ke saya.