Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Perempuan dan Pendidikan

Apr 25, 2018

Ada hal menarik yang saya temukan saat mencari gambar Fatimah Al Fihri, seorang cendikiawan muslim yang mendirikan universitas Islam pertama di dunia.

sumber: pinterest
Gambar tersebut membandingkan bagaimana nasib perempuan dengan aturan Barat dan aturan Islam dengan perbedaan yang amat besar. Gambar tersebut yang kemudian bikin saya jadi pingin kepo-kepo lagi tentang sejarah perempuan pada tahun 1800-an.

Tahun 1800-an bisa dibilang adalah tahun-tahun penuh perjuangan para perempuan di Barat untuk memperoleh hak pendidikan yang sama dengan laki-laki. Sekolah-sekolah yang ada hanya dikhususan untuk para lelaki saja. Sedangkan jika perempuan yang nekat untuk sekolah akan dipandang rendah oleh masyarakat. 

Perempuan tak diizinkan memperoleh pendidikan karena perannya di dalam rumah. Mereka diminta untuk mengurus semua keperluan keluarga, membesarkan anak-anak mereka, serta melayani suami. Perempuan bertanggung jawab untuk memberikan pelajaran aturan kehidupan kepada anak-anak mereka. 

Seiring berjalannya waktu, kesadaran pentingnya pendidikan pada kaum peremuan pun muncul. Para perempuan kemudian berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan yang layak agar mampu membesarkan anak-anak mereka dengan pengetahuan. Dari perjuangan itulah sekolah-sekolah khusus perempuan itu muncul.


Jauh sebelum perempuan Barat mendapatkan edukasi dan sekolah putrinya. Di masa Khilafah, kita mengenal sosok Fatimah Al-Fihri dan perannya dalam dunia pendidikan. Fatimah Al-Fihri adalah seorang puteri dari keluarga bangsawan yang amat kaya. Ayah Fatimah adalah Muhammad Al-Fihri, seorang pengusaha sukses di kota Tunisia yang kemudian bermigrasi ke Fes, Maroko. Keluarga Al-Fihri meskipun kaya raya, tapi tidak sombong. Mereka justru memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Fatimah memiliki saudara perempuan bernama Maryam. Keduanya adalah puteri-puteri yang shalihah dan berpendidikan. Kecintaan mereka pada ilmu agama Islam dan sains yang menjadikan mereka perempuan-perempuan yang terus menerus mengkaji serta memperdalam pengetahuan mereka.

Setelah melakukan perjalanan dengan ayah mereka dan menetap di distrik barat kota Fes, Maroko, Fatimah dan Maryam membentuk komunitas studi untuk  memajukan masyarakat di kota tersebut. Mereka bergaul dengan masyarakat tanpa mengenal kelas sosial. Mereka sadar bahwa pusat-pusat studi keagamaan haruslah ada untuk menjaga pengetahuan Islam dan mengembangkan masyarakat intelektual. Untuk mewujudkan hal itu, mereka rela untuk menyumbangkan kekayaan merekan untuk pembangunan pusat studi.

Maryam memutuskan untuk memberikan sebagian warisannya untuk membangun masjid Agung Al-Andalus. Sedangkan Fatimah membangun masjid yang diberi nama Al-Qarawiyyah pada tahun 859. Masjid ini sekaligus madrasah yang telah memainkan peran besar dalam menyebarkan pengetahuan dalam peradaban Islam. Madrasah tersebut kemudian berkembang menjadi universitas yang menjadi pusat penting pendidikan pada abad ke-12. Universitas itu pun merupakan universitas Islam dan paling bergengsi pertama di dunia.

Universitas Al-Qarawiyyin (sumber:  islamindonesia.id)
Guiness Book of World Records telah mencatat kampus ini sebagai kampus tertua di dunia. Ilmuwan-ilmuwan terkemuka pun sudah banyak dihasilkan oleh universitas ini, diantaranya Ibn Rushayd Al-Sabti, Mohammed Ibn Al-Hajj Al-Abdari Al-Fasi, Abu Imran Al-Fasi, Allal Al-Fasi, Leo Africanus, dan masih banyak tokoh-tokoh lain.

Kisah Fatimah dan Maryam Al Fihri hanyalah salah satu dari sekian banyak cendikiawan-cendikiawan muslim dalam masa keemasan Islam. Mereka ada dengan semangat untuk menjalankan kehidupan Islam yang kaffah. Pendidikan untuk perempuan dibuka lebar untuk mengupgrade pengetahuan perempuan yang tentu akan sangat amat dibutuhkan dalam menjalankan perannya, baik peran dimestik sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, maupun perannya di dalam masyarakat.

Begitulah keindahan Islam ketika dia mengatur dan memimpin peradaban manusia. Semuanya diberikan hak sesuai dengan porsi masing-masing. Namun tetap diberikan kemudahan untuk menjalankan kewajiban masing-masing. Negara punya fungsi tidak hanya sebagai penyalur tapi sebagai pengayom sekaligus pelindung bagi masyarakat. Kesejahteraan dijamin, akses pendidikan diberikan secara gratis, pun demikian dengan jaminan kesehatan.

Peradaban Islam dengan aturan-aturan Allah yang ditegakkan di bumi, tidak hanya mampu menghasilkan individu yang shalih dan shalihah, pun juga cendikiawan muslim yang menghasilkan karya-karya yangg sungguh luar biasa untuk umat manusia.




Surabaya, 25 April 2018

 Ⓒlellyfitriana

Comments

  1. Artikelnya bagus Mba. Harus dibaca sama orang-orang yang membatasi perempuan dalam memperoleh pendidikan. :)

    ReplyDelete