Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Perjalanan Menuju Ketaatan

May 5, 2018



Ada doa yang selalu kita ucapkan dalam sholat-sholat kita, yang kita ulang minimal 17 kali dalam sehari.
Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. - Q.S. Al Fatihah : 6
Jalan yang lurus itu apa sih? Ya jalan yang benar. Benar sesuai dengan yang Allah perintahkan. Artinya, sadar atau tidak. Setiap hari kita sudah meminta pada Allah untuk terus menerus dibimbing dalam ketaatan. Jika hari ini kita mendapati diri kita telah menemukan hidayah, maka itu semua karna Allah lah yang telah membimbing kita menemukan jalan yang benar.

Sayangnya, perjalanan menuju taat ini gak bisa dibilang mudah. Untuk memulai saja sudah penuh dengan gejolak di dalam jiwa dan raga. Apalagi untuk istiqomah.

Ada salah satu mahasiswi kampus sebelah yang pernah bercerita kepada saya mengenai pengalaman yang telah dia lalui pasca mengenal Islam. Setelah mengaji dia mulai mendudukan benar dan salah dalam sudut pandang Islam. Perubahan cara berpakaian, berperilaku, hingga bergaul pun nampak pada dirinya. Dia paham jika perubahan yang ada pada dirinya tak jarang menimbulkan pertanyaan pada teman-teman di sekitarnya.

"Dia yang sekarang udah nggak seperti dulu lagi."

Begitulah kira-kira persepsi mereka. Bagi mahasiswi itu, persepsi yang terbentuk di lingkungan sekitarnya jstru menjadi penjaga dirinya. Teman-temannya kini menjadi tahu harus bersikap bagaimana terhadapnya. Masalah tidak timbul dari teman-temannya. Tapi bagaimana orang tuanya menyikapi perubahan dirinya.

Papa saya awalnya nggak suka saya menggunakan jilbab seperti sekarang, Bu. Tapi 'kan nggak mungkin juga saya turuti apa kata Papa kalau yg diperintahkan justru berlawanan dari perintah Allah. Ya saya jelaskan terus ke Papa. Coba pendekatan lewat Mama juga. Alhamdulillah, sekarang Papa sudah nggak pernah larang saya lagi. Sekarang ujianya justru naik level. Papa melarang saya untuk pergi mengaji. Sekarang ini dalam proses memahamkan Papa bahwa mengaji Islam itu adalah kewajiban yang tetep harus diusahakan. Urgensinya apa, pengaruhnya ke saya apa. Lepas dari semua itu, saya juga harus menunjukkan ke Papa perubahan sikap saya setelah mengaji tadi. Intnya birul walidainnya digenjot lagi lah, Bu.

Bukan hanya satu dua saja yang mengalami hal semacam ini. Ketika anak ingin berhijrah, apa daya orang tua justru melarang.

Kita tidak bisa menyalahkan orang tua anak-anak ini sepenuhnya. Ketika isu islamphobia disebarkan secara masiv, maka wajar bila orang tua khawatir anak-anak mereka menjadi orang-orang yang dikabarkan oleh berita.

Pertanyaanya, haruskah kita berbalik arah dan kembali ke masa jahiliyah kita?

Tidak. Segala bentuk penolakan yang terjadi entah itu dari teman atau keluarga justru akan menjadi lahan dakwah bagi kita untuk menyebarkan Islam. Bukan hanya lewat teori, tapi perubahan perilaku dan dampak pada aktivitas sehari-hari kita. Selanjutnya, semoga kebaikan-kebaikan yang kita usahakan dapat ditiru dan disebarkan oleh orang lain.

©lellyfitriana

Comments