Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Dana Darurat, Buat Apa?

Jan 2, 2019



Sebelum menikah, saya adalah orang yang termasuk dalam kategori boros. Saya suka lapar mata ketika belanja ke mall atau sedang makan di tempat makan yang enak. Bisa saja saya beli barang yang tidak saya butuhkan atau menghabiskan uang untuk makan makanan enak dengan harga yang bisa untuk makan seminggu. Prinsip saya saat itu, "kalau uang mau habis itu, artinya mau dikasih lagi."

Memang, rejeki itu selalu ada setiap kali saya butuh. Setidaknya di kondisi keuangan yang super mefet saya masih punya sedikit uang yang setidaknya bisa buat beli indomie atau sereal. Begitu menikah dan saya cerita kebiasaan saya ini kepada suami, saya dimarahi dong. Suami saya bilang kalau prinsip semacami ini tidak bisa selamanya dipegang. Tiap orang itu wajib punya tabungan, minimal tabungan itu digunakan untuk dana darurat. Kalau ada hal-hal yang sifatnya mendesak, dana itu ada.

Sampai September lalu, sebetulnya saya masih belum mengiyakan konsep ini. Allah itu tidak tidur. Ada Allah yang membantu kalau kami kepepet, dst. Sampai saya menyadari kalau tabungan kami berdua yang disimpan dari zaman bujang, sedikit demi sedikit mengikis. 



Setiap kali saya ikut suami ambil uang, saya kaget, "kok duitnya cuma segitu sih di rekening?" Bukan karena curiga, tapi heran saja, sebetulnya uang-uang itu lari ke mana? Bahkan setelah saya lebih rajin masak di rumah pun kondisinya sama, makin tipis. Lalu, suami saya jabarkan bagaimana pembagian keuangan dalam satu bulan. Pemasukkannya dipakai untuk slot apa saja, sisa berapa. Dia jabarkan semuanya.

Qadarullah juga, awal-awal pernikahan kami ujian keuangan itu adaaaa saja. Motor yang kena tilang gara-gara lupa nyalain lampu dan nggak bawa STNK, motor harus service besar yang makan biaya lebih dari 2 juta rupiah. Tagihan air yang terputus karena suami tidak di rumah selama beberapa bulan sebelum kami menikah. Banyak lah. Sampai lupa.



Kami sering saling tatap ketika ada pengeluaran tak terduga lagi. Lalu, kami tertawakan masalah itu bersama. Mau apa lagi? Tidak ada yang bisa kami lakukan. Uang itu memang harus keluar dengan dana yang cukup besar.

Dari sini, saya bersyukur sekaligus belajar banyak hal. Alhamdulillah, suami saya punya uang tabungan lebih untuk membayar semua itu. Saya sendiri juga masih punya tabungan yang bisa digunakan untuk mengcover kebutuhan kami di saat yang benar-benar darurat seperti yang selama ini terjadi. Bagaimana kalau seandainya semua itu tidak ada? Ya, hutang. Hal paling mengerikan lain yang mungkin terjadi adalah terjerat hutang riba. Ini adalah perkara yang begitu kami hindari. 



Belajar dari pengalaman itu, saya belajar bahwa punya dana darurat dan tabungan itu penting. Apalagi setelah tsunami kebutuhan akhir tahun kemarin. Tabungan saya dan suami habis. Wow banget. Menyesal? Tidak juga. Ya karena memang butuh untuk keluarga juga.

Suami saya sebetulnya nggak ngeh kalau tabungan saya habis. Baru tahu setelah dia inspeksi tabungan saya.

"Kok tinggal segitu?"
"Kan buat bayar ini itu," saya jelaskan rinciang pengeluaran saya apa saja. 
"Jangan diulangi lagi, nanti kalau project dari Reza cair aku ganti."

Seneng dong duitnya digantiin. Lumayan bisa buat pasang internet di rumah atau ikut kelas nulis yang lain. Walaupun sampai sekarang juga belum cair sih. 



Jadi, kalau ditanya, "dana darurat itu buat apa sih?"

Jawabannya ya untuk kebutuhan darurat kita. Tiap rumah tangga ujiannya beda. Ada yang dikasih sakit, ada yang dikasih ujian rumah butuh renov karena rusaknya parah, dan ada juga yang dikasih ujian hal-hal lain yang tidak bisa kita prediksi sebelumnya.

Berapa sih dana darurat yang harus ready di tabungan kita?

Ini sebetulnya tergantung dari siapa objeknya. Kalau single, minimal bisa cover kebutuhan bulanan selama 6 bulan. Kalau sudah menikah dan belum punya anak, minimal bisa cover selama 9 bulan. Kalau sudah menikah dan punya anak, minimal bisa cover selama 12 bulan.

Sebanyak itu pengalinya. bahkan kalau anaknya banyak, dana darurat yang disiapkan mestinya juga semakin besar. 

Terus gimana caranya mendapatkan uang sebanyak itu?

Ya nabung. Kita perlu menghitung kembali dan merencanakan keuangan kita. Income yang masuk ini masuk ke slot wajib berapa rupiah sih? Kalikan dengan faktor pengali di atas untuk mendapatkan target dana darurat yang ingin kita kumpulkan.

Selebihnya, kita bisa mulai menyisihkan pemasukkan kita ke tabungan ini. Bisa 10%, 20%, atau berapa saja boleh asal sanggup. Punya target waktu lebih baik. Kita jadi lebih ngerem diri untuk nggak gampang jajan sih kalau kita punya target jumlah dan waktu itu.

"Kalau aku, Lel. Nabungnya pakai banyakin sedekah. Allah juga akan bukakan pintu rizki juga kan kalau dengan sedekah."

Sedekah mah wajib. Nggak perlu diingetin mestinya. Mau lapang, mau sempit, sedekahlah. Nggak cuma dengan senyum ya kalau bisa. Berikan lebih. Kita punya apa yang bisa dibagi, bagikan.

Menyiapkan dana darurat adalah ikhtiar kita yang lain untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan. Lagi pula Rasulullah tidak pernah melarang kita untuk jadi kaya kok. Emang bisa dadakan kaya kalau setiap kali gajian uangnya habis terus? Bukan masalah berapa gaji yang kita terima lho ini, tapi tentang bagaimana kita mengelola keuangan kita.


with love,




Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community. 
#Day2 #ODOP #EstrilookCommunity

Comments

  1. dana darurat itu wajib mbak, itu bener. dan memang harus diisi minimal 3 kali pengeluaran.... saya baru muali bikin dana darurat itu oktober tahun lalu, baru aja mulai. ngisinya pun ditabung dikit2. target tahun ini 4 kali. kalau target akhir di angka 6 kali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. semangat mbak. keren ih, setahap demi setahap jadi banyak gitu. lanjutkan mbak.

      Delete
  2. Bener nih, semenjak nikah dan punya anak aku mulai sadar, selain nabung untuk keinginan tertentu, aku juga mesti nabung buat dana darurat. Waktu tiba2 anak sakit taun lalu, dan pas akhir bulan sakitnya, wah repot harus pinjem uang berobat.

    Ke depannya akuga boleh gitu lagi, harus punya dana darurat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, saya juga belajar begini dari suami sih. rajin betul beliau ngajarin saya yang dulunya boros banget jadi mikir kalau mau beli-beli sekarang.

      Delete
  3. setuju,, dana darurat emang dibutuhin.. kalau gk biasa nabung pasti bakal bingung kalau udah kejebak dalam situasi yag butuh banyak pengeluaran. Ujung-ujungnya jadi bingung sendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa... satu-satunya cara ya hutang kalau udah kepepet banget begini.

      Delete
  4. Dana darurat memang sebuah keharusan, seperti halnya pemain cadangan dalam sepakbola. Kalau pemain inti cedera dan tidak ada cadangan, maka buyar sudah permainannya. Salam kenal ya mba. Eh btw, kalo dana dari reza udah cair, jgn lupa traktirannya yah ,whahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener. emang harus ada cadangan sih.
      wkwwkwkwk... traktir gak yaa..

      salam kenal juga

      Delete
  5. dana darurat mmg penting banget di kala kita darurat

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kalau nggak ada ini repot juga kalau misal ada apa-apa

      Delete
  6. memang wajib ya untuk keperlaun ayng tak terduga

    ReplyDelete
  7. Setuju sekali, Mbak..selama ini yang begitu memikirkan baik2 di rumah adalah suami. Punya tabungan untuk keadaan darurat memang sangat penting. Sekarang anak-anak saya pun sudah belajar menabung, si sulung dulu pernah tabungan recehnya bisa mencapai 1 jt lebih...dan dia nggak terlalu suka juga beli sesuatu walau dia tahu uangnya lumayan juga. Dia maunya ditabung aja, kecuali ada sesuatu yang pengen banget.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berapa tahun itu nabungnya? Keren banget bisa sampai sejuta. Dari recehan pula.

      Delete
  8. Sedia payung sebelum hujan, mungkin pepatah ini cocok untuk menggambarkan keadaan dana darurat. Bersiap-siap menghadapi keadaan atau kondisi yang di luar dugaan yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.

    ReplyDelete
  9. Suatu kejadian tak terduga kadang memang tidak bisa kita prediksi
    Memang sangat betul harus bisa menyimpan dana darurat untuk menghadapi berbagai kemungkinan

    Semoga saya juga bisa melakukan hal ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin yaa rabbal alamiin.. semangat mbak. saya juga masih belajar mengubah habbit.

      Delete
  10. Sepakat banget Mbak tentang dana darurat. Selama ini Kami memisahkan rekening untuk kebutuhan rutin dengan kebutuhan khusus (termasuk dana darurat). Ini sangat penting dan membantu sekali dalam kehidupan berumah tangga kami.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masya Allah, kereeen. Dulu waktu single saya juga begini sih. Setelah menikah sudah tidak lagi, kebutuhan sehari-hari kami cairkan supaya kelihatan wujudnya.

      Delete
  11. emang penting sih dana darurat, dirumah selalu ada celengan yang isinya uang tabungan yang setiap minggu diisi. Ya gunanya untuk itu, dana darurat. Makasih ya mba sharingnya.

    ReplyDelete
  12. Saya salfok pada gambarnya. Imut banget😍. Buat sendirikah?

    ReplyDelete
  13. Bacanya berasa jadi pengen curcol karena iyaaaaaa banget. Saat awal menikah adalah ujian banget soal financial, thanks for sharing ya mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayaknya hampir semua gitu yaa.. bersusah payah di depan dulu.

      Delete
  14. Ini penting ya, buat kita sebagai menteri keuangan keluarga. Wah, terimakasih sharingnya mb

    ReplyDelete
  15. ini masuk plan di 2019. Semoga bisa istiqomah setelah beberapa tahun coba tp gagal terus

    ReplyDelete
  16. Bener banget mbak, dana darurat memang harus tetap disiapkan, apalagi kalo Uda punya anak sangat sangat diperlukan karena kebutuhan mendadak mau tidak mau pasti pernah terjadi

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mbak, ada anak atau nggak kebutuhan darurat itu bisa terjadi kapan pun, ngeri kalau nggak ada dana darurat.

      Delete
  17. Sharing yang bermanfaat mbak, mengingatkan saya juga untuk lebih memperhatikan yang satu ini. memang bermanfaat klo sebelumnya sudah menyediakan dana darurat

    ReplyDelete
  18. Iyes, Mbak. Bermanfaat banget itu dana darurat. Pernah baca sih kalo Rumah Tangga harus sedia 6 kali, ternyata 12 Kali ya. Insya Allah, saya tambahin deh bulan depan. Makasih sharingnya :)

    ReplyDelete
  19. Betul mb..dana darurat harus punya..Saya ngeri kalau terlibat hutang...alhamdulillah sudah bisa rutin menyisihkan uang tiap.bulan.
    Makasih sharing ilmunya mba

    ReplyDelete
  20. Dana darurat memang harus dipersiapkan, apalgi anak-anak sekolah, ada aja keperluannya. Belum lagi kalau tiba-tiba sick, meski pegang uang. Alhamdulillah, kami sudah menyiapkannya...

    ReplyDelete
  21. "Bukan masalah berapa gaji yang kita terima lho ini, tapi tentang bagaimana kita mengelola keuangan kita." Kalimat penutupnya akan ku syatet baik-baik dalam pikiranku supaya bisa mempersiapkan dana darurat

    ReplyDelete
  22. iya...dana darurat itu penting. kalo bisa sih porsinya beda dgn tabungan . krn tabungan utk invest

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mbak, tabungan dan dana darurat itu beda. investasi juga beda kalau saya. jadi banyak slotnya. wkwkkw

      Delete