Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Review Buku: Yuk, Jadi Orangtua Shalih! Sebelum Meminta Anak Shalih

Mar 9, 2020

Yuk, Jadi Orangtua Shalih!


Judul : Yuk, Jadi Orang Tua Shalih! Sebelum Meminta Anal Shalih
Penulis : Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari
Penerbit : Mizania
Tempat Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2017
Cetakan ke : 6
Tebal Buku : 174 halaman

Orangtua biasa, memberi tahu ...
Orangtua baik, menjelaskan ...
Orangtua bijak, meneladani ...
Orangtua cerdas, menginspirasi ...

Setiap Ayah-Bunda mendambakan anak shalih. Itulah hadiah terindah bagi setiap orangtua. Tapi, bagaimanakah caranya mendapatkan anak yang shalih?

Buku ini hadir untuk menjawab pertanyaan itu, dengan beranjak dari keyakinan bahwa diperlukan orangtua shalih untuk menghasilkan anak shalih. Ayah-Bunda bisa menjadi orangtua shalih dengan cara memaksimalkan lima karunia yang telah dimiliki: karunia belajar, karunia konsistensi, karunia kiblat, karunia mendengarkan, dan karunia al-shaffat. Ditulis oleh seorang trainer yang menekuni dunia keayahbundaan, buku ini—lengkap dengan teori, contoh kasus, dan cara menyelesaikan masalah—akan membimbing Ayah-Bunda dalam mengatasi berbagai kesulitan mengasuh anak.

Dengan membaca buku ini, insya Allah, Ayah-Bunda akan bisa mewujudkan cita-cita menjadi orangtua yang baik, bijak, dan cerdas. Sebuah perwujudan ikhtiar Ayah-Bunda untuk memiliki anak-anak yang shalih.

***

Parenting is not Childrening


"Kenapa ya anakku begini?"
"Kenapa ya anakku begitu?"

Pepatah yang lebih tepat untuk kondisi ini "gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak". Ya memang lebih mudah melihat keburukan anak kita. Kok dia nakal ya. Kok dia susah diatur ya. Kok dia disuruh ngaji susah amat. Kok-kok-kok-petok.

Lupa aja gitu kalau anak itu ya cerminan diri. Apa yang kita ajarkan ya itu yang dia terapkan dalam kesehariannya. Bagaimana kebiasaannya, bagaimana dia memecahkan masalahnya. Ya semua karena kita yang install ke diri anak. Ya baiknya, ya buruknya.

Jadi, kalau ada yang nggak beres dari anak. Mereka susah banget dikasih tahu. Ya tolong, coba cek ke diri masing-masing. Apa sih yang salah?

Buku ini ngasih reminder banget soal itu. Mengingatkan kembali bahwa fokus parenting itu bukan di anak. Tapi bagaimana kita mengkondisikan diri kita.

Kalau pingin punya anak yang shalih, ya coba dulu untuk menjadikan diri sendiri orangtua yang shalih juga. Mau anak jadi hafidz/hafidzah, tapi sebagai orangtua jarang banget baca Alquran. Ya halu namanya. Gimana caranya anak bisa menikmati jadi penjaga Alquran kalau dia nggak terbiasa begitu di rumah dan tidak melihat contoh dari orangtuanya.

Maunya anak kalau sholat 5 waktu di masjid, denger adzan langsung responsif. Bergegas gitu. Tapi orangtuanya kalau sholat suka di injury time. Ya gimana ya.

Children see, children do. Apa yang anak lihat, ya itu yang dia lakukan. Jadi kalau mau anak jadi hafidz/hafidzah, pingin anak begini begitu, ya benerin dulu diri sendiri. Setidaknya mulai memantaskan diri untuk jadi orangtua shalih gitu.

Buku ini juga memberikan reminder ke kita bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa versi mini. Kemampuan berpikir mereka masih terbatas. Masih butuh untuk diarahkan.

Banyak cara yang ditunjukkan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam praktik parenting. Tapi point yang paling saya suka di sini bukan hanya di bagaimana saja. Sebagai orang tua, kita harus punya arah. Ke mana sih arah pendidikan dan pengasuhan kita. Bahasa kerennya visi misi.

Ini PR banget. Perkara visi misi pendidikan dan pengasuhan kan nggak bisa diselesaikan oleh salah satu pihak. Kedua orangtua harus sepaham, seiya, dan sekata. Punya tujuan yang sama.

Harus banget? Ya dong. Kalau tidak, kasihan juga anaknya. Bingung mau ikut yang mana. Pastinya sih, dia akan ikutin yang paling mudah. Endingnya, ya ambyar.

Recomended nggak bukunya?

Dari saya sih, iya banget. Abah Ihsan jelasin cukup detail dengan banyak contoh kasus. Misal nih, belum punya waktu dan biaya untuk ikut training beliau, bisa banget baca buku ini dulu.

Kalau mau cari buku ini, jangan di toko buku. Sulit sekali menemukannya. Langsung saja beli di toko-toko online atau ke mizanstore langsung.

Last but not least, saya mau ucapin banyak terima kasih buat Ranti yang sudah menghibahkan buku ini. Sejujurnya, sudah lama sekali pingin buku ini tapi belum kesampaian juga. Kok ya alhamdulillah dapat rejeki. Barakallah..

Comments

  1. Kita yang harus lebih soleh daripada anak.

    Belajar sabar dan tidak emosi itu susahnya minta ampun.

    ReplyDelete
  2. Sudah baca buku ini, bagus banget isisnya. Tidak sekedar memotivasi tapi memberikan contoh kongkrit juga atas persoalan2 yang sering dihadapi dalam mendidik anak.

    ReplyDelete
  3. setuju sih. istilah paranting sbnrnya bukan utk anak. tp bgaimana sikap orantua. kadang masih ada yg suka salah kaprah

    ReplyDelete
  4. Pelajaran juga buat aku yang masih jadi anak, harus belajar cek diri sendiri dulu kalau ada kondisi yang tidak sesuai dengan harapan. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau masih jadi anak, buku ini bisa jadi bahan referensi. Jadi paham dulu sebelum menikah. Kebanyakan setelah menikah dan punya anak, waktunya buat belajar jadi serba terbatas karena tanggung jawab yang makin banyak.

      Delete
  5. Anak itu memang cerminan orangtuanya. Pengalamn pribadi punya anak usia balita itu bisa niruin dengan persis gaya, nada suara dan pilihan kata - kata orang - orang sekitarnya terutama orangtuanya

    ReplyDelete
  6. Parenting is not childrening. Setuju nih quote nya. Kebanyakan org memang cukup sering melihat kesalahan pada anak bukan pada diri sendiri sbg ortu. Padahal anak adalah kertas putih dan org tua lah yg mengisinya dengan tulisan yg baik ataupun buruk. Bukunya sgt rekomend.

    ReplyDelete
  7. Gimana nggak recomend ya. Ini sudah cetakan ke enam. Bagus bukunya buat self reminder dan bahan parenting discuss

    ReplyDelete
  8. Betul mak April...Sebelum kita menyolehkan anak kita akan lebih bagus diri kita sendiri yang lebih sholeh darinya.


    Karena buah jatuh tak jauh dari pohonnya.😊😊

    ReplyDelete
  9. Sudah cetakan ke-6? Wah, pasti bagus nih buku. Jadi penasaran.

    ReplyDelete
  10. Baca review saja susah berasa menarik. Bagaimana kalau baca langsung bukunya ya.

    Menjadi orang tua memang tidak hanya sekadar membesarkan saja, tapi orang tua juga perlu terus belajar membenahi diri agar anak dapat mengikuti bagaimana yang diajarkannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul sekali mbak. Jadi harus teruuus belajar. Beda fase tumbuh kembangnya, beda juga caranya.

      Delete
  11. Wah menohok sekali kata-kata 'kalau mau punya anak shalih, jadilah orangtua shalih'. Sepertinya patut dibaca nih. Makasih mba artikelnya

    ReplyDelete
  12. Duh berasa ketampol baca review nya..

    Ingin beli bukunya .. Sebab utk ikut workshopnya Abah Ihsan belum kesampaian.


    ReplyDelete
  13. Bener ini pe er banget buat saya sebagai ortu. Jadi pengen punya buku ini. Soalnya kalau pengen anak saleh, ya ortu dulu harus mencontohkan kalau dirinya juga saleh

    ReplyDelete
  14. Parenting is the most difficult lesson buat aku mbak hahaha udah berapa puluh buku parenting yang kubaca selain buku ini. Harganya berapa mbak?

    ReplyDelete
  15. Selama ini, kalau anak begini dan begitu, saya juga selalu melihat ke diri saya mbaaa, kenapa tuh anak-anak begitu, saya belum tepat kasih contoh tentang apaaa yaaa. Jadi orang tua memang kita selalu belajarrrr dan bertumbuh bersama anak-anak kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mbak, jadi orangtua memang terus belajar. mau anak berapa pun ya tetap belajar.

      Delete
  16. Masya Allah ketamoar saya ... Terima kasih review-nya mbak.

    ReplyDelete
  17. Setuju banget parenting isn't childrening. Btw kl urusan mendidik anak, penting banget ortu jd teladan yg baik bagi anak²nya. Krn buah gak jatuh jauh² dr pedagangnya, upss

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah, seneeng bukunya manfaat. Ini buku kepake banget juga lho buat nyamain mindset pengasuhan bareng suami. Jadi biar seiya sekata gitu nanti pas ngadepin anak. Apalagi banyak contoh kasus juga susahnya disiplinin anak, misal ibunya aja yang effort tapi bapaknya santai.

    ReplyDelete
  19. Orang tua kan memang role model bagi anak-anak nya jadi kalau mau anaknya Sholeh ya kita-kita dulu harus mensholehkan diri ya mbak, bukunya recommended banget nih

    ReplyDelete
  20. Children see, children do..anak kecanduan gadget siapa tahu orang tua juga gitu..beneran reminder ini bukunya, bagus sekali bahasannya.
    Dan setuju kalau pingin punya anak yang shalih, ya mesti menjadikan diri sendiri orangtua yang shalih juga..

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak, betul banget. emang harus ngaca ke diri sendiri sih.

      Delete
  21. Recommended banget ini Mbak, duuhh wajib punya ya ini. Biar terus2 ingat dan memperbaiki diri, agar anak juga bisa jadi baik seperti yg kita harapkan.

    ReplyDelete
  22. Children see..
    Children do..
    Bener banget mba
    Sebagai orang tua kuharus terus memperbaiki diri

    ReplyDelete
  23. Need a village to raise a child..Dan memang tetap yang utama dari orang tua yang mencontohkan kesalehan..kadang saya suka berpikir, ketika anak mencontoh cara kita berbicara berarti dia juga mencontoh bagaimana kita menyikapi keadaan dan membiasakan diri dalam kebaikan tentunya..jadi pengen baca bukunya juga nih mba..

    ReplyDelete