Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Menyempurnakan Cinta

May 18, 2018

Seseorang pernah bercerita kepada saya tentang kisah perpisahan orang tuanya.

"Aku tumbuh besar dalam keadaan membenci Bapak. Ibu cerita bahwa Bapak tak menafkahi kami. Alasan itu yang menjadikan Ibu meninggalkan Bapak. Bertahun-tahun kemudian, setelah aku mampu mulai menerima Bapak, dan setelah Bapak dipanggil Allah, barulah aku tahu alasan Bapak tidak menafkahi kami. Saat itu Bapak terkena stroke. Bagaimana mungkin Bapak menafkahi kami, jika untuk berjalan saja tak mampu? Rasa bersalah menggelayuti diriku. Ingatan bahwa kemana pun aku pergi, Bapak ada di sana. Mengamatiku dari jauh. Sedangkan aku, berlari menjauhinya."

Saya tidak sedang ingin bercerita tentang kondisi si anak dengan bapaknya. Tapi ada hal menarik tentang hubungan suami istri yang kemudian bisa dijadikan sebuah pelajaran bagi kita semua.



Kisah ini entah mengapa justru mengingatkan saya pada pengabdian dan pengorbanan yang dilakukan oleh istri Nabi Ayyub a.s. Berbanding terbalik memang, tapi semoga dengan banyak kisah ini kita bisa sama-sama mengambil hikmah darinya. 

Tak ada yang mampu menandingi pengorbanan dan kesetiaan istri Nabi Ayyub dalam mendampingi suaminya. Bayangkan saja, suami yang tadinya sehat bugar, kemudian jatuh sakit. Bukan sakit stroke seperti kisah di atas, tapi sakit yang menular dan berbau. Siapa saja pasti akan menghindarinya. Tapi tidak dengan sang istri. Istri Nabi Ayyub justru tetap bersabar merawat suaminya yang sakit tersebut. 

Ujian bagi mereka tidak hanya sakit yang dialami oleh suami. Karena sakit yang tak kunjung sembuh, Nabi Ayyub yang semula memiliki harta yang banyak dengan berbagai jenis hewan ternak, budak, dan tanah kemudian jatuh miskin. Hartanya habis, ternak-ternaknya binasa, dan anak-anaknya meninggal dunia.

Saya sendiri tak sanggup membayangkan kondisi itu. Betapa besar ujian yang Allah berikan kepada mereka. Betapa sabar istrinya menghadapi ujian yang begitu berat. Bukan hanya kondisi suami saja yang tak baik, pun kondisi ekonominya pun tak baik. Anak-anaknya pun diambil kembali ke sisi Allah. Bahkan dalam kondisi tersebut, sang istri rela menggantikan tugas suami untuk mencari nafkah sambil merawatnya. Delapan tahun lamanya ujian itu harus mereka hadapi bersama. Hingga Allah mengangkat penyakit Nabi Ayyub dan melipat gandakan rizki karena kesabarannya.

Kisah ini adalah contoh betapa besar kecintaan istri kepada suaminya. Betapa taat dan setianya dia. Istri Nabi Ayyub kemudian menjadi sejarah dalam Islam sebagai wanita yang senantiasa qona'ah dalam kelapanga dan kesempitan. Penyakit dan kebangkrutan Nabi Ayyub tak membuatnya meninggalkan suaminya. 

Kisah lain datang dari sahabat ibu saya. Tentang pilihannya untuk tetap mendampingi sang suami. Setelah menikah, suaminya jatuh sakit, hingga harus berulang kali keluar masuk rumah sakit. Beruntung seluruh biaya rumah sakit ditanggung oleh negara. Penyakitnya bukannya semakin membaik, justru semakin memburuk. Suaminya bukan hanya terbaring di atas tempat tidur, tapi terus menerus muntah darah. Dalam kondisi itu, suaminya tahu bahwa dia tak akan bisa memberikan hak istrinya.

"Dek, tinggalkan saja aku. Carilah suami yang jauh lebih baik, yang mampu membahagiakan kamu dan memenuhi hak-hakmu sebagai seorang istri. Menikahlah lagi."

Istrinya menangis. Tak sedikitpun terbersit dalam benaknya untuk meninggalkan sang suami. Dia tak sanggup membalas kata-kata suaminya. Tapi dia tahu pilihan yang akan dia buat setelah itu.

"Mas pasti sembuh. Mas semangat ya. Aku akan terus di samping Mas."

Kondisi suaminya memang semakin membaik seiring berjalannya waktu. Tapi kondisi yang lemah itu tak cukup sanggup mendatangkan keturunan bagi keduanya. 20 tahun lamanya mereka harus menunggu. Hidup berumah tangga tanpa kehadiran anak dan kondisi suami yang amat lemah tentu tidak mudah bagi seorang istri. Kerinduan pada hadirnya buah hati tentu sering hadir dalam kehidupan mereka. Tapi mereka sadar dan cukup tahu diri bahwa sulit sekali memperoleh anak dengan kondisi yang mereka alami. Sabar akhirnya lagi-lagi menjadi pilihan mereka.

Kesabaran keduanya akhirnya dibalas oleh Allah. Dalam usia yang tak muda lagi, seorang buah hati hadir dalam hidup mereka. Tak hanya mampu memberikan warna baru bagi keduanya, pun kekuatan baru bagi sang suami. Kini, kondisi suami jauh lebih baik dari saat dulu saya mengenal Beliau.

***

Islam telah mengatur dengan jelas hubungan suami dan istri dalam rumah tangga. Keutamaan seorang istri atas suami adalah senantiasa bersikap sabar atas apapun yang didapat suaminya. Baik itu dalam hal nafkah, maupun dalam hal akhlaq. Ketawadu'an seorang istri hendaknya senantiasa menyertainya, hingga terbentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa rokhmah. 

Syariat pada dasarnya memang telah memberikan opsi bagi istri untuk meninggalkan suami jika kondisi semacam kisah-kisah di atas terjadi. Tapi tentu saja sabar dalam kondisi ini adalah yang terbaik. Allah SWT akan memberikan surga-Nya kepada istri yang tak hanya sabar menghadapi ujian itu pun tetap taat kepada suami dalam kondisi apapun.

"Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga." (HR. Tarmidzi dan Ibnu Majah)

Artinya, jika seorang wanit beriman meninggal dunia, sedangkan selama hidupnya ia benar-benar memperhatikan kewajiban terhadap suami sampai suami ridha dengannya, maka ia dijamin masuk surga. Karena setelah menikah, ridho suami adalah hal yang utama bagi seorang wanita.

"Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lim waktu, juga berpuasa di bulan Ramadhan, serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan ada wanita yang memiliki sifat mulia ini, "Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka." (HR. Ahmad)

Salah satu kunci keharmonisan dalam rumah tangga adalah ketaatan istri kepada suami. Hal ini yang akan menjadikan suami dan istri memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, jika di antara kita sedang mendapati ujian serupa dengan kisah-kisah di atas, bersabarlah dan terus mendo'akan atas kesembuhannya. Jangan pernah keluar dari mulut kita sepatah katapun yang akan menyakitinya. Berikan pula dukungan dan harapan bagi kesembuhan suami. Bila semua itu mampu kita lakukan, maka sempurnalah cinta kita kepada suami dengan ketaatan yang tak hilang ditelan zaman dan tak lenyap karna ujian di dunia.

Allahu'alam bishowab.

©lellyfitriana

Comments