Oct 29, 2018
Quarter Life Crisis #2: Finding Meaning in Life
Waktu SMA saya pernah bertanya kepada diri saya sendiri, "untuk apa sih Allah menciptakan manusia di dunia ini? Untuk apa saya dilahirkan?" Sayangnya, pertanyaan itu tak dapat langsung dijawab. Saya tidak berhasil menemukan jawaban dari semua itu. Beranjak ke masa kuliah, seorang teman mulai bertanya kepada saya pertanyaan yang membuat saya merenung dan berpikir keras sepanjang siang dan malam.
"Untuk apa kamu hidup? Apa tujuan hidupmu?"
Apakah hanya saya yang mempertanyakan pertanyaan ini? Tidak. Kita semua pernah bertanya kepada orang tua kita, diri kita sendiri, dan orang-orang terdekat kita yang lain tentang 3 hal ini.
Dari mana kita berasal?
Untuk apa kita hidup di dunia ini?
Akan ke mana kita setelah mati?
3 pertanyaan ini adalah 3 pertanyaan mendasar yang pernah kita tanyakan dulu. Entah itu ketika kita masih kecil atau ketika kita mulai beranjak dewasa. Atau bahkan saat ini, kita pun masih mempertanyakan 3 pertanyaan ini. 3 pertanyaan inilah yang nantinya akan menuntun kita untuk menemukan arti hidup kita yang sebenarnya. Sesuatu yang membuat hidup layak untuk dijalani. Sesuatu yang amat dinantikan. Sesuatu yang membuat kita mau memberikan penghargaan secara utuh untuk hidup.
Bagaimana kita menjalani passion, hobi, atau aktivitas yang kita sukai akan ditentukan dari bagaimana kita menjawab 3 pertanyaan yang mendasar ini. Tidak hanya itu saja, tapi juga bagaimana kita akan menjalin hubungan dengan orang lain pun akan dipengaruhi oleh tiga pertanyaan ini. Sebegitu pentingnya pertanyaan ini terjawab dengan benar, maka kita harus benar-benar serius untuk mencarinya. Bukan hanya sekedar jawaban dari ketiganya tapi hubungan antara ketiga jawaban itu juga.
Dari Mana Kita Berasal?
"Ma, aku dulu asalnya dari mana?"
Ini adalah pertanyaan yang sering kali ditanyakan oleh anak-anak. Bukan hanya anak kita saja, tapi kita dulu pun menanyakan hal semacam ini. Lalu, para orang tua akan menjawab dengan jawaban semacam ini yang biasanya akan diikuti oleh pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.
"Dari perut Mama."
"Kalau Mama asalnya dari mana?"
"Dari nenek."
"Kalau nenek?"
Daan seterusnya. Ini semacam pertanyaan yang tidak akan ada habisnya. Lalu, dari mana sih sebenarnya kita berasal?
Dalam Alquran, Allah telah berfirman untuk menjawab pertanyaan ini,
"Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik."
- QS Al Mu'minun (23) : 14 -
Ada banyak sekali ayat yang menjelaskan penciptaan manusia, alam semesta serta kehidupan. Kita hanya perlu yakin bahwa Alquran yang selama ini kita pegang sebagai panduan hidup kita betul-betul datang dari Allah. Bukan buatan manusia.
Untuk Apa Kita Hidup di Dunia Ini?
Jawaban dari pertanyaan ini pun dapat kita temukan dalam Alquran. Allah berfirman dalam Surat Adz-Dzariat ayat 56:
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
- QS Adz Dzariat (51) : 56 -
Makna ibadah yang di sini bukan hanya sekedar ibadah ritual semacam sholat, zakat, puasa, haji, atau yang lain. Tapi seluruh aktivitas yang kita lakukan mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi harus kita jadikan sebagai sarana ibadah kita dengan Allah swt.
Bagaimana caranya?
Mudah. Niatkan semuanya untuk Allah dan lakukan dengan benar. Standar benar dan salah yang kita pakai tentu bukan hanya sekedar katanya, adat, atau budaya. Tapi menggunakan syariat Islam sebagai standar seluruh aktivitas kita.
Akan Kemana Kita Setelah Mati?
Allah berfirman dalam Alquran,
"Kemudian setelah itu, sungguh kamu pasti mati. Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari Kiamat."
- QS Al Mu'minun (23) : 15-16 -
Ayat ini telah menjelaskan dengan cukup gamblang kepada kita semua tentang ke manakah kita setelah mati. Kita akan sama-sama dibangkitkan saat hari kiamat nanti untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita di dunia ini. Semuanya akan dihitung dan ditimbang. Jika amal kebaikan kita lebih banyak, maka kita akan masuk ke surga. Sebaliknya, kita akan masuk ke neraka.
Tapi sebelum itu semua ada hal yang harus dipastikan. Syarat yang akan menentukan apakah amal itu akan ditimbang ataukah kita akan masuk begitu saja ke neraka. Syarat itu adalah menjadi MUSLIM.
Kalau nggak muslim memangnya nggak bisa masuk surga? Kan nggak adil namanya, mereka sudah berbuat baik, tapi nggak ada balasan apapun.
Ini semacam mengikuti lomba lari. Kita punya skill lari yang luar biasa hebat. Tapi mungkin nggak sih kita menang lomba kalau kita nggak pernah daftar? Sebaik apapun skill kita, sekeras apapun kita berjuang, tidak akan mungkin kita memenangkan perlombaan itu. Iyalah. Kan tadi belum daftar.
Lalu, tujuan akhir mana yang kamu inginkan?
Kalau saya sih pilihnya ke surga.
Ketiga pertanyaan ini sebetulnya saling terkait antara yang satu dengan yang lain. Ketika kita sadar bahwa kita ini berasal dari Allah, maka kita juga akan menyadari bahwa tak mungkin sebuah produk berjalan dengan sendirinya tanpa manual book, tanpa petunjuk pemakaian. Allah telah turunkan Alquran kepada kita untuk kita jadikan pedoman dalam hidup kita. Pedoman kita tentang bagaimana kita menjalankan dan memilih segala aktivitas kita di dunia. Tentu saja, semua ini kita lakukan tak lain karena mengharapkan surga-Nya.
Saya rasa tak ada harga yang lebih mahal dari ini untuk membayar kenapa kita harus bekerja keras, berjuang, dan mencurahkan segala hidup kita untuk suatu hal, kecuali surga. Bila kamu menemukan hal lain yang jauh lebih berharga dari kehidupan di surga nanti, silahkan. Itu hakmu.
sumber gambar : pexels.com
Oct 24, 2018
Yeeiii.. I Did It!
Pengumuman Kelulusan Kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch 6.
Tahu Institut Ibu Profesional dari kakak kelas saya. Sebenarnya sudah tahu lama kalau mereka ikut itu. Tapi nggak ngeh dengan aktivitas di sana apa. Sampai pas mau nikah, sadar kalau masih terlalu banyak ilmu tentang ibu yang kudu diupgrade. Akhirnya, saya ikut beberapa kelas online tentang marriage and parenting. 2 topik itu yang saya tekuni. Berharap bisa oke gitu setelah nikah dan punya anak. Salah satunya ya IIP ini.
Dulu sih daftarnya di Surabaya. Bisa aja sih saya langsung daftar ke Bogor, tapi kok rasanya eike PD banget bakal jadi nikah beneran. Ya kan semua hal bisa terjadi. Kita sama-sama nggak tahu.
Terus, saya dihubungi sama fasilitatornya Surabaya. Memastikan apakah saya betul-betul di Surabaya. Nggak salah kelas gitu. Saya cerita lah kalau sebulan lagi mau nikah, posisi saat ini ada di Surabaya. Tapi abis itu ikut suami ke Bogor. Konsultasi ini itu, akhirnya diputuskan kalau saya pindah ke Bogor. Mutasi kelas ke sana.
Lama juga lho sebelum kelas mulai. Ada waktu buat kenalan dulu. Dikasih gambaran kelasnya kayak apa, penyampaian materinya gimana, apa aja yang perlu disiapkan, tata tertibnya apa. Sampai syarat lulusnya apa. Semuanya dijelaskan. Katakan aja ini kontrak kuliah. Satu persatu disampaikan dan dibuka sesi diskusi supaya calon peserta matrikulasi pada paham.
Perangkat kelas juga di susun. Siapa yang mau mengajukan diri. Saya? Sebetulnya nggak kepingin ngajukan diri sih. Tapi kok daftar perangkat kelas nggak kunjung keisi. Yaudah deh, gue aje. Saya mah gitu orangnya, suka nggak srantan. Akhirnya yaaa macem orang yang hobi tampil. Padahal nggak gitu lho. Saya udah nahan diri, tapi kok nggak ada. Yaudah.
Lalu, kelas dimulai. 3 bulan kami digembleng dengan berbagai materi dan nice homework yang makin lama makin wow. Nggak jarang juga saya kehabisan ide, nggak tahu mau nulis apaan. Tapiii deadline udah mepet banget. Yaudah, tulis seadanya pake canva. Kalau nggak seadanya, saya akan tulis dengan lebih detail di blog ini. Silahkan aja cek dilabel matrikulasi atau institut ibu profesional.
Berat sih, tapi nggak kerasa bisa melalui 9 minggu bersama. Jungkir balik ngerjain tugasnya. Terus mau udahan. Sedih, kan? Tapi penasaran juga, lulus nggak ya?
Hari ini pengumuman kelulusan itu muncul. Daaaan alhamdulillah saya lulus.
Antara seneng dan haru jadi satu. Bisa ya saya ngelalui itu semua di awal-awal pernikahan yang begitu banyak drama penyesuaian. Alhamdulillah semua bisa dilalui.
Oct 23, 2018
Toxic People
Kamu punya nggak toxic people di dalam hidupmu? Ini orang-orang yang ngasih dampak buruk bagi kehidupanmu. Ya macem-macem sih dampaknya. Ada yang bikin jadi sama jahatnya sama ngeracuni. Ada juga yang bikin kita jadi nggak pede karena segala judgemental yang dia kasih ke kita.
Punya?
Blog post kali ini, saya mau share gimana sih caranya mengenali toxic people dan menghadapinya dengan baik. Semua karena kita semua sama-sama berhak mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Berhak untuk dikelilingi oleh orang-orang yang bikin kita nyaman dengannya, mau support kita, dan berbagai aura baik lain yang bisa dia tularkan pada kita.
Faktanya, even kita tahu bahwa orang adi toxic banget, tetep aja kita nggak bisa pergi jauh-jauh dari dia. Why? Karena rasa bersalah atau nggak enak-enakan. Faktornya banyak sih. Pertama, bisa jadi karena dia dan kita udah temenan lamaaa sekali. Kemana-mana bareng. Ngapa-ngapain bareng.
Kedua, karena dia adalah kenalan kita. Sebetulnya kita nggak punya kaitan yang erat sama dia sih. Tapi karena dia ini temennya sahabat kita. Ketiga, karena dia teman kerja kita yang ke mana-mana bareng.
Ada kalanya sih, pertemanan macam ini nampaknya biasa aja gitu. Tapi ternyata puny dampak yang mengakar dalam kehidupan kita. Akhirnya, kita jadi sungkan mau pergi. Padahal, dekat-dekat dengan mereka cuma ngasih berbagai dampak buruk ke dalam kehidupan kita.
Kalau kamu punya orang-orang semacam ini. Orang yang cuma bikin kamu merasa buruk terhadap dirimu sendiri. Nggak ada salahnya lho kamu jauhi dia. You deserve to have wonderful, supporting, and loving people in your life.
Oct 22, 2018
3 Cara yang Dapat Kamu Tiru Agar Punya Waktu Melakukan Apa yang Ingin Kamu Lakukan
Ingin ini, ingin itu banyak sekali
That's what I feel right now. Nggak sekarang aja sih, kemarin-kemarin juga gitu. Iya, saya ini termasuk orang yang agak kemaruk soal keinginan. Pingin ikut program tahfidz. Pingin belajar nulis. Pingin nulis buku. Pingin belajar Bahasa Arab. Pingin ikut kelas gambar (ini keinginan dari SD yang belum juga keturutan hingga detik ini). Kalau saya list satu-satu bakal panjaaaang banget. Saking banyaknya.
Pertanyaannya adalah bagaimana caranya meluangkan waktu untuk melakukan semua itu? Sementara kita cuma punya 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Mampu kah kita memenuhi sederet to do list yang kita tulis? Bisa kok. Saya akan berbagi 3 cara yang biasa saya melakukan itu semua. Yuk, simak baik-baik.
1. Putus segala pengalih waktu
Beberapa orang schedule yang padat sepanjang hari. Seolah-olah, dia tidak punya waktu sedikit pun untuk aktivitas lain. Padahal, di tengah jadwal padatnya itu, dia sering teralihkan dengan sosial media, seperti facebook, instagram, youtube, dan lain-lain.
"Kan cuma bentar lihatnya."
Iya, bentar doang. Bentar-bentar lihat facebook. Bentar-bentar lihat instagram. Bentar-bentar lihat twitter. 15 menit cek ini. 15 menit yang lain cek itu. Tanpa sadar cek sana sini, waktu sudah habis satu jam. Hanya untuk bersosial media.
Cara yang paling mudah untuk mengurangi hal semacam ini adalah dengan menset alarm dalam kurun waktu tertentu. Sampai dengan alarm berbunyi yang harus kita lakukan adalah fokus pada apa yang kita kerjakan. Kalau mau sadis ya uninstall aja. Tapi kalau masih butuh dan nggak mau teralihkan, kami bisa pakai block aplication atau sosial media detox untu mengurai
Kurangi tab pada browser yang sedang kamu gunakan juga. Cukup buka yang berhubungan dengan pekerjaanmu saja. Terlalu banyak tab seringkali membuat kita teralihkan untuk berselancar hal-hal di luar kontek perkerjaan.
2. Fokus pada satu pekerjaan
Multitasking memang baik, seakan banyak pekerjaan bisa diselesaikan dalam satu waktu. Tapu tak semua pekerjaan dapat dilakukan dengan cara ini. Apalagi untuk aktivitas yang membutuhkan konsentrasi lebih dalam menyelesaikannya. Melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu justru malah membuat kita terganggu dan memakan waktu yang lama.
Fokuslah untuk menyelesaikan satu per satu pekerjaan. Misalnya, kamu mau mencari bahan tulisan, brain storming ide, menulis, self editing, belajar bahasa arab. Lakukan semuanya satu per satu. Selesaikan satu, baru berpindah ke yang lain. Ini akan membantumu menyelesaikan semuanya lebih cepat karena kamu benar-benar fokus mengerjakannya.
3. Rencanakan hari dan minggu idealmu
Semua list yang sudah kita susun, masukkan dalam jadwal harian dan mingguan ideal yang kita inginkan. Jangan lupa untuk memasukkan list yang non-negotiable terlebih dahulu. Baru setelah semua aktivitas itu dipenuhi kita bisa mengisinya dengan aktivitas lain.
Prinsip no extra time juga bisa kamu terapkan dalam jadwal harian dan mingguan yang kamu buat. Maksudnya, apabila memungkinkan untuk melakukan 2 aktivitas, lakukan. Misalnya, sambil setrika kamu bisa mendengarkan materi-materi kelas online yang kamu ikuti atau mendengarkan kajian-kajian Islam dari youtube atau radio. Melakukan olahraga di rumah sambil nonton film juga bisa kamu lakukan. Jadi, sekali dayung 2 3 aktivitas dapat terlampau.
Selain membuat jadwal harian dan mingguan, kami juga bisa membuat jadwal bulanan. Ini untuk membuat tema aktivitas yang ingin kamu lakukan. Misal, bulan ini kamu ingin belajar Bahasa Arab, lalu bulan depan belajar menulis dan editing. It's up to you.
Oya, jangan lupa menyisipkan waktu untuk istirahat juga. Bagaimana pun kamu juga manusia yang butuh istirahat.
Jadwal yang dibuat juga nggak harus strik banget dilakukan. Makanya, tadi kan saya sarankan untuk membuat list non-negotiable dan tidak. Pada jadwal yang non-negotiable ya kita harus lakukan. Tapi di jadwal yang lain, boleh lah diganti dengan aktivitas lain, misal bertemu dengan teman.
Apa sih pentingnya membuat jadwal seperti ini? Supaya kita sadar apa yang harus kita kerjakan dan lakukan setiap harinya tanpa ada yang terlewat. Kalau jadwal ini tidak dibuat, susah sekali untuk meluangkan waktu. Bahkan mungkin kita tidak pernah tahu kalau kita bisa melakukan banyak aktivitas dalam seminggu atau sehari.
Oct 21, 2018
Psychological Time vs Clock Time
Bicara tentang waktu nih, apa sih yang ada dibenakmu tentang waktu? Seberapa penting sih waktu buat kamu? Penting aja atau penting banget? Atau justru sebaliknya. Diabaikan. Sebagai seorang muslim, nggak bisa ya kita mengabaikan waktu begitu saja. Saking pentingnya waktu, Allah sampai bersumpah dengannya.
Waktu, perubahan masa. Masa lalu, masa depan, dan masa kini. Ada yang ghaib, ada juga yang dapat kita jangkau. Iya, masa lalu dan masa depan adalah sesuatu yang tak mampu kita jangkau. Apa yang terjadi di masa lalu tak akan mampu kita ubah. Sedangkan apa yang terjadi di masa depan juga tak pernah kita tahu akan seperti apa. Waktu yang dapat kita jangku bukan masa lalu ataupun masa depan, melainkan sekarang.
Pernah nggak sih kalian merasa ngrh banget dengan masa lalu dan masa depan? Kalau saya sih pernah banget. Memori tentang masa lalu nggak jarang juga memunculkan berderet penyesalan. Kenapa sih dulu nggak gini? Kenapa sih dulu nggak gitu? Ada yang seperti saya? Banyak ya kayaknya.
Berbeda dengan memori tentang masa lalu, pikiran kita tentang masa depan ini cenderung unik. Ada kalanya membuat kita antusias, semangat, termotivasi, dan berbagai macam energi positif lain. Tapi adakalanya juga membuat kita merasa cemas, takut, khawatir. Gimana ya kalau nanti begini? Gimana ya kalau nanti begitu?
Padahaaaal... Semua itu nggak nyata. Macem ilusi yang terjadi di dalam kepala kita. Tapi itu sering terjadi terus, terus, dan terus. Ini nih yang disebut dengan psychological time. Waktu yang hanya terjadi benak kita. Rasa bersalah, sedih, penyesalan, dan perasaan lain yang mengikuti karena ingat masa lalu itu nggak nyata. Bagitu juga dengan segala bentuk kecemasan ketika kita mulai membayangkan masa depan. Sayangnya, keduanya sering kali membuat kita terjebak di dalamnya. Tak jarang hal ini mengganggu produktifitas kita.
Alih-alih fokus pada psychological time yang nggak benar-benar nyata, kita perlu beralih ke clock time. Apa itu clock time? Waktu yang benar-benar mampu kita hadapi secara nyata, yaitu semua yang terjadi SEKARANG. NOW.
Pindah dari psychological time ke clock time juga nggak bisa langsung sih. Apalagi untuk orang-orang yang udah parah banget. Butuh latihan. Butuh pembiasaan. Nggak mudah, tapi bukan hal yang mustahil juga. Ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk pindah ke clock time.
1. Menyusun janji
Ketemu orang secara random itu oke-oke aja sih. Tapi kalau kamu mau time management-mu berjalan dengan baik tanpa harus mengurangi intensitas bergaul dengan orang lain, gunakan cara ini. Buat janji ketika akan bertemu kenalan kita. Janji yang dibuat ini bisa membantu kita untuk mengkondisikan jadwal kegiatan yang lain.
Tapi juga jangan membuat janji ketika tidak menepatinya. Ini nih kebiasaan banyak orang, suka janji tapi setelah itu diabaikan.
2. On time
Lakukan segalanya dengan tepat waktu. Kerja tepat waktu. Ketemu orang tepat waktu. Kapan mulai dan berakhirnya jelas. Jadi, nyusun schedule juga mudah, 'kan? Melakukan segala hal tepat pada waktunya adalah salah satu cara kita untuk menghargai waktu.
3. Lakukan sekarang
Kalau kamu punya sesuatu yang harus dikerjakan, lakukan sekarang. Ada tugas, kerjakan sekarang, nggak pakai nanti. Ada tumpukan pekerjaan rumah, lakukan sekarang. Melakukan segala hal sekarang akan membantu kamu untuk membuang stress karena tumpukan pekerjaan akibat menunda-nunda.
4. Fokus pada apa yang dikerjakan saat ini
Berusahalah untuk terus fokus pada apa yang sedang dikerjakan saat ini. Memikirkan masa depan untuk mengantisipasi banyak hal itu baik, tapi kalau hal itu hanya akan membuat kita terjebak di dalamnya. Lalu muncul sekian banyak ketakutan, mulai hentikan dan fokus pada apa yang kamu kerjakan saat ini.
Melakukan evaluasi pada kesalahan yang sudah diperbuat di masa lalu itu juga baik. Tapi kalau hal ini hanya membuat kita terjebak pada rasa bersalah saja, hentikan. Mulailah fokus pada setiap langkah yang sedang kita tempuh saat ini.
5. Just relax
Gimana ya caranya ngurangi stress? Gimana ya caranya supaya nggak terlalu khawatir? Gimana ya caranya supaya segala hal negatif yang menyerang diri kita itu menjauh? Mudah. Just relax. Cobalah untuk tenang. Menarik napas panjang lalu menghembuskannya kembali juga bisa dapat membantu menenangkan pikiran. Masing-masing orang saya yakin punya cara yang berbeda untuk menenangkan pikirannya. Silahkan dilakukan.
Intinya sih, jangan sampai kita terjebak dengan segala hal yang ada di benak kita. Padahal itu semua tidak nyata. Jalani saja apa yang ada di depanmu. Hadapi hari dengan gagah berani.
Oct 20, 2018
Unpredictable Honeymoon #2: Bertemu Si Merah
Happy nice weekend semuanya..
Bogor lagi hujan nih. Adem banget, jadi pingin bikin indomie kuah. Ada yang mau?
Oke, mari kita lanjutkan ceritanya sambil nyeruput kuah indomie. Hwehehehe...
***
"Ini nanti aku turunnya nunggu Pak Kondekturnya manggil nomor terminalnya, 'kan?" tanya saya ke suami untuk memastikan kembali.
"Iya, nanti disebutin terminalnya. Tenang aja."
Bus damri yang saya naiki telah memasuki area bandara. Jantung saya berdebar kencang. Semakin dekat dengan terminal tujuan, semakin cemas rasanya. Terminal 1A lewat, terminal 1B lewat, terminal 1C lewat, tapi panggilan itu tak kunjung ada. Jangan-jangan saya harus bilang dulu ke sopir atau kondekturnya.
"Terminal 2. Surabaya!" Pak Kondektur mulai meneriakkan terminal tujuan. Seorang penumpang dengan tas hitam turun dengan tergesa-gesa.
Dari arah belakang, saya mendengarkan percakapan yang cukup membuat saya lebih tenang.
"Terminal 1C di belakang 'kan ya? Waah... Dilewatin nih kita."
"Iya, muter dulu lagi kita."
Ooo muter dulu. Berarti setelah terminal 2, kami juga akan diantar ke terminal 1 lagi. Baiklah.
Sesampai di terminal 1B saya menghubungi suami untuk menentukan lokasi kami akan bertemu. Lagi pula saya juga sudah lapar sekali. Mau ngemil dulu sebelum nanti makan malam bersama suami. Begitu turun, saya mengambil troli, menata tas-tas yang saya bawa di atasnya. Lalu, saya mulai mencari restorant yang menunya cukup familiar di lidah saya. Saya tahu harga makanan di bandara pasti mahal. Kalau rasanya nggak enak 'kan rugi sudah bayar mahal.
"Mas, aku tunggu di A&W yaa..."
Saya memesan beberapa camilan. Lalu, duduk menunggu suami sambil memakan pesanan saya tadi. Fyi, saya datang terlalu awal dari jadwal keberangkatan. Pesawat saya berangkat jam 8 lewat. Tapi pukul 5 sore saya sudah di bandara. Warbyasaaah.
Berasa anak rajin.
Menunggu jadi terasa lebih lama karena sendiri. Suami saya juga tak kunjung datang hingga waktunya check-in tiba. Terpaksa saya masuk dulu, check-in sendiri, jalan ke gate sendiri, boarding pun sendiri. Sebetulnya saya mau menunggu suami saja untuk boarding, tapi saya belum sholat, sedangkan mushola yang bisa dijangkau tanpa koper ada di dalam. Ya sudah, saya masuk dulu.
Suami saya datang tepat pukul 8 malam. Belum makan malam dan kelaparan. Wkwkwk...
Mas langsung naik ke atas menemui saya karena waktunya sudah mepet. Jadi yaaa... Mana sempat makan malam. Sari kacang hijau yang saya belikan tentu saja tak mampu mengganjal perutnya.
"Harus nasi ini, Dek."
Suami saya sebetulnya bukan tipe orang yang harus makan nasi. Makan malam dengan roti pun tak masalah. Tapi karena kelaparan, rasanya roti saja tidak akan cukup untuk menyembuhkan rasa laparnya.
Alhamdulillah.. Pesawat kami delay. Jadi, suami saya bisa makan dulu sebelum berangkat ke Bali. Dibilang rezeki ya iya, dibilang apes karna delay sejam juga iya. Ambil hikmahnya saja lah yaaa...
Hampir pukul 10 malam kami baru naik ke pesawat. Mata kami sudah berat sekali. Ngantuk bukan main. Ingin rasanya segera duduk di dalam pesawat dan tidur. Tapi saya juga ingin melihat pemandangan malam Kota Jakarta dari atas pesawat. Jadi, ngantuknya saya tahan-tahan dulu sampai pesawat lepas landas.
Satunya masih bisa senyum, satu lagi udah KO berat |
Suami apa kabar? Begitu duduk di pesawat sudah KO berat. Matanya kira-kira tinggal 5 Watt saja. Belum juga lepas landas sudah ada yang nyandar di kursi begini.
Sudah tidur duluan |
Saya? Sebetulnya sih nggak lama juga meleknya. Begitu terbang, lihat lampu-lampu sebentar, saya tidur. Mata sudah sepet banget. Nggak tahan mau melek lagi. Begitu bangun, kami sudah sampai di Bandara Ngurah Rai Bali.
"Mas, mobilnya gimana? Sudah hubungi drivernya belum?"
"Tadi udah kok. Ntar sambil nunggu bagasi aku kontak lagi."
Sebetulnya sewa mobil untuk honeymoon kali ini agak dadakan juga. H-7 baru kami memutuskan untuk sewa mobil. Sebelum ini, kami sudah sama-sama sepakat untuk sewa motor saja di Bali. Tapi kemudian suami saya berubah pikiran.
"Sewa mobil aja deh. Ini ada yang murah. Mau lepas kunci juga. Hari pertama kita biar nggak bingung mau tidur di mana. Rugi juga sewa hotel kalau baru check-in dini hari."
Kami memesan Daihatsu Agya yang harga sewanya paling murah dan yang bisa ready untuk tanggal 4-8 Oktober 2018. Namanya juga sewa mobil, warna mobil apa saja sebetulnya tidak masalah. Asal bisa dipakai. Kami memilih Agya juga karena murah. Lagi pula kami cuma berdua saja. Tidak butuh mobil dengan kapasitas besar lah yaa. Cuman, pingin aja gitu dapat pinjaman mobil warna merah. Nggak ngefek dengan performa mobil sih, tapi kan kece naik mobil warna merah.
"Drivernya nunggu di depan Solaria, Dek."
Setelah urusan bagasi selesai. Kami menuju lokasi serah terima mobil. Harus jalan agak jauh juga sih dari pintu keluar. Pingin naik troli saja rasanya. Tapi malu.
Sesampai di depan Solaria, ketemu driver yang mengantarkan mobil, suami saya yang urus serah terima mobil. Pengecekan mobil, berkas-berkasnya. Saya sih tinggal tahu beres aja. Nggak ngerti juga lagian. Plus, urusan check and re-check suami saya ini ahlinya. Duitaaaaaiiiiil sekali.
Oya, tahu tidak? Mobil yang datang warnanya MERAAAH. Sukaaaa....
Hehehe.. Nggak penting sih. Tapi saya excited banget naik mobil warna merah. Apalagi nyetir sendiri. Mmmm... nyetir bentar doang sih. Mostly suami saya yang nyetir.
Mobil yang datang bukan Agya seperti yang kami minta sih, tapi Ayla. But you know laaah... Agya sama Ayla itu sodaraan. Dan kayak hampir sama gitu. Jadi, it's okay no problemo.
Tujuan pertama kami adalah Pantai Sanur. Dari bandara ke Pantai Sanur paling cuma 30 menit, kalau lewat tol laut ya. Kami agak excited sih lewat tol laut. 'Kan masih tergolong baru. Sayangnyaaaaa.... mobilnya terlalu pendek. Pandangan kami terhalang dinding pembatas. Jadi yaaa.. nggak keliatan apa-apa, selain tembok.
Selama perjalanan menuju Sanur, saya yang menjadi navigator. Jangan disangka saya hapal Bali ngelontok ya. No. Saya cuma ngandelin google maps aja. Itu pun banyak nyasarnya. Banyak kejadian yang mmmmm gara-gara terlalu manut sama direction-nya google maps.
"Mas, kita ke Sanur 'kan? Ini aku ngetiknya langsung Sanur ya?"
"Iya, Pantai Sanur."
Daaan tahu kah saudara-saudara sekalian? Kami nyasar. Betul sih maps ngasih arah ke Pantai Sanur. Tapi bukan itu pantai yang kami maksud. Jalan masuknya saja sempit. Sudah begitu, banyak anjing pula. Saya larang suami saya untuk membuka kaca jendela. Khawatir anjingnya bakal ngelongok ke dalam mobil. 'Kan pendek mobilnya. Kalau masuk gimana?
Saya baru sadar kalau pantai yang kami maksud namanya bukan Sanur kalau di dalam peta, tapi Pantai Matahari Terbit. Masih searea dengan Pantai Sanur sih, tapi tempat ini punya area parkir yang lebih luas. Bahkan dekat dengan masjid. Setelah menuju pantai yang benar, kami mengisi perut kami dengan beberapa camilan yang kami beli di mini market terdekat. Lalu memarkir mobil di depan masjid. Daaan.. tidur. Udah ngantuk cyiiin...
"Mas mas, bangun mas. Maaas... cepetan banguuun.."
Mobil yang datang bukan Agya seperti yang kami minta sih, tapi Ayla. But you know laaah... Agya sama Ayla itu sodaraan. Dan kayak hampir sama gitu. Jadi, it's okay no problemo.
Tujuan pertama kami adalah Pantai Sanur. Dari bandara ke Pantai Sanur paling cuma 30 menit, kalau lewat tol laut ya. Kami agak excited sih lewat tol laut. 'Kan masih tergolong baru. Sayangnyaaaaa.... mobilnya terlalu pendek. Pandangan kami terhalang dinding pembatas. Jadi yaaa.. nggak keliatan apa-apa, selain tembok.
Selama perjalanan menuju Sanur, saya yang menjadi navigator. Jangan disangka saya hapal Bali ngelontok ya. No. Saya cuma ngandelin google maps aja. Itu pun banyak nyasarnya. Banyak kejadian yang mmmmm gara-gara terlalu manut sama direction-nya google maps.
"Mas, kita ke Sanur 'kan? Ini aku ngetiknya langsung Sanur ya?"
"Iya, Pantai Sanur."
Daaan tahu kah saudara-saudara sekalian? Kami nyasar. Betul sih maps ngasih arah ke Pantai Sanur. Tapi bukan itu pantai yang kami maksud. Jalan masuknya saja sempit. Sudah begitu, banyak anjing pula. Saya larang suami saya untuk membuka kaca jendela. Khawatir anjingnya bakal ngelongok ke dalam mobil. 'Kan pendek mobilnya. Kalau masuk gimana?
Saya baru sadar kalau pantai yang kami maksud namanya bukan Sanur kalau di dalam peta, tapi Pantai Matahari Terbit. Masih searea dengan Pantai Sanur sih, tapi tempat ini punya area parkir yang lebih luas. Bahkan dekat dengan masjid. Setelah menuju pantai yang benar, kami mengisi perut kami dengan beberapa camilan yang kami beli di mini market terdekat. Lalu memarkir mobil di depan masjid. Daaan.. tidur. Udah ngantuk cyiiin...
"Mas mas, bangun mas. Maaas... cepetan banguuun.."
***
Kenapa saya membangunkan suami saya? Apa yang membuat saya terbangun? Nantikan kisah perjalanan honeymoon kami selanjutnya yaa...
Oct 19, 2018
Susah Lepas dari HP? Lakukan 5 Tips ini Agar Hidup Lebih Produktif
Siapa yang nggak punya HP? Angkat tangaaan...
Siapa yang nggak punya smartphone? Angkat tangaaan...
Saya yakin sekali hampir tidak ada ya. Hari gini nggak punya HP itu sudah jadi barang langka sekali. Iya apa iya?
Awalnya orang membeli HP sebagai sarana untuk berkomunikasi. Artinya, asalkan dapat digunakan berkirim pesan dan bertelepon ria mestinya sudah cukup. Fakta di lapangan berkata lain. Orang-orang akan cenderung membeli HP yang memliki fitur lebih dari sekedar berkirim pesan singkat dan telepon.
Awalnya orang membeli HP sebagai sarana untuk berkomunikasi. Artinya, asalkan dapat digunakan berkirim pesan dan bertelepon ria mestinya sudah cukup. Fakta di lapangan berkata lain. Orang-orang akan cenderung membeli HP yang memliki fitur lebih dari sekedar berkirim pesan singkat dan telepon.
"Paling tidak ada kameranya lah."
Berapa pixel? 1 MP? 2 MP? Masih ada yang mau beli? Saya rasa sudah jarang ya. Bahkan HP dengan pixel rendah begitu sudah hampir punah. Makin tinggi pixelnya, makin diminati. Alasannya, biar kalau selfie hasilnya bagus. Hehehe...
Iya, sih. Beberapa orang juga masih menggunakan kamera HP untuk menunjang pekerjaan mereka. Tapi banyakan mana dari yang sekedar selfie, wefie, dan mengabadikan momen pribadi?
Bukan hanya kamera, tapi fitur-fitur lain yang tentu membuat orang semakin nyaman untuk mendekap HP keeeemana saja. Bangun tidur yang dicari HP. Mau makan yang dicari HP. Sampai di tempat tujuan yang dicari HP. Bahkan, ke toilet pun yang dicari HP. Ada yang seperti ini? Ada. Banyak.
Kehadiran HP yang tak bisa lepas dari tangan ini mau tidak mau harus diakui sebagai salah satu masalah yang menghambat produktifitas. Bagaimana tidak? Mau kerja, ada notifikasi. Niat awalnya sih mau ngecek saja. Eh, keterusan scrolling yang lain. Tanpa sadar waktu sudah terbuang sekian jam lamanya. Lalu, apa kabar dengan pekerjaan? Diam di tempat. Tak bergeming. Masih sama seperti semula.
Ini terjadi pada kebanyakan orang, termasuk saya. Ada kalanya sulit untuk melepaskan diri dari HP. Bukan untuk urusan pekerjaan ya. Tapi untuk yang lain, seperti main game, scrolling sosial media, checking email, nonton youtube atau viu, dan seterusnya. Kalau mau pengakuan dosa menggunakan HP dengan tidak bijak itu bakal panjang.
Sulit bukan berarti tidak bisa, kan? Saya sendiri mencoba untuk menjauhkan diri dari HP kalau saya sedang ingin fokus bekerja. Sebisa mungkin saya menggunakan device lain seperti laptop yang tidak saya hubungkan dengan sosial media saya. Seperti saat menulis artikel ini, puasa dulu dari segala notifikasi di HP. Harus ditahan betul-betul untuk tidak tengok kanan-kiri, kecuali riset bahan.
Berikut ini adalah 5 hal yang bisa kamu lakukan untuk menjauhkan diri dari HP. Tujuannya satu, supaya lebih produktif. Manfaat lain yang bisa kamu dapatkan, tentu saja mengurangi ketergantungan pada benda satu ini. Yuk, simak baik-baik.
1. Install block application software di HP
sumber : forestapp.cc |
sumber : forestapp.cc |
Sumber : forestapp.cc |
Jadi, cara kita "puasa" sosial media dan aplikasi lain adalah dengan menanam pohon virtual melalui aplikasi ini. Kalau sudah banyak "puasa", nanti kita dapat menciptakan hutan kita sendiri. Bentuk pohon dan jumlahnya akan dipengaruhi dari berapa lama kita bisa fokus. Pohon virtual yang kita tanam akan mati secara otomatis kalau kita membuka aplikasi lain. Cara ini yang lebih memotivasi saya untuk nggak nengok-nengok aplikasi lain selama nanam pohon sih. Ya, biar pohon saya nggak mati aja.
Ingin merasakan serunya menanam pohon dengan Forest? Install saja aplikasi ini.
2. Selektif dalam memilih konten dan akun
Kalau kamu suka nonton video di Youtube, kamu harus banget mulai selektif memilih konten untuk ditonton. Pertimbangkan kembali, apakah konten tersebut membawa manfaat atau hanya sekedar menghibur saja. Untuk memudahkan menjangkau konten-konten yang bermanfaat, kamu bisa memulainya dengan mensubcribe channel yang bisa membuatmu bertambah ilmu. Channel-channel dakwah misalnya. Atau kalau kamu ingin belajar ilmu tertentu, memasak atau journaling misalnya, silahkan subscribe channel tersebut. Kalau misal hanya untuk sekedar hiburan saja, sebaiknya dihindari atau bahkan kalau perlu di-unsubscribe.
Hal yang sama juga harus kamu lakukan dengan akun facebook dan instagrammu. Akun apa sih yang membuatmu terganggu dalam mengerjakan suatu pekerjaan? Akun gosip, kah? Atau akun online shop? Kalau itu memang bisa membuatmu menghabiskan waktu berjam-jam scrolling instagram dan facebook, unfollow.
3. Minimalisir sosial media dan game
Facebook, instagram, whatsapp, telegram, youtube, dan game memang sering kali menjadi virus yang membuat kita berhenti untuk melakukan aktivitas. Kalau kamu salah satu yang terjangkit virus semacam ini, mulailah uninstall aplikasi yang tidak benar-benar urgent, seperti game. Untuk facebook, instagram, dan youtube bisa juga kita uninstall untuk membatasi penggunaannya. Jadi, kita hanya bisa mengaksesnya hanya melalui desktop PC saja, tidak melalui HP kita. Kalau memang masih belum bisa, aplikasi ini setidaknya harus dijauhkan dari home dan diletakkan di dalam folder tersendiri. Tujuannya supaya ketika kita menyalakan HP yang dilihat tidak langsung facebook, instagram, dan youtube yang membuat kita keasyikan scrolling konten yang ada di dalamnya.
4. Jauhkan HP dari tempat tidur
Siapa yang kalau bangun pagi yang dicari HP? Ngacung! Alasan awalnya sih supaya mudah lihat jam ketika bangun tidur atau digunakan sebagai alarm. Tapi ternyata setelah bangun mulai asyik bersosial media sampai matahari semakin meninggi.
Nah, untuk menghindari hal semacam ini, letakkan HP jauh dari tempat tidur. Kalau perlu, kamu bisa meletakkannya di ruangan yang terpisah dari area tidurmu. Kalau HP-mu biasa kamu gunakan sebagai alarm, kamu bisa mulai membeli jam weker sebagai alarm di pagi hari. Jadi, tidak ada alasan lagi untuk meletakkan HP di dekat tempat tidur.
5. Non-aktifkan notifikasi
Notifikasi pada HP memang sering kali membuat tangan kita gatal untuk berselancar di dunia maya. Awalnya mungkin hanya mengecek notifikasi saja. Tapi lama-lama ceritanya jadi lain. Matikan notifikasi dari sosial media yang kamu miliki sehingga kamu tidak akan terganggu dengan notifikasi dari berbagai sosial media yang ada.
Beberapa grup whatsapp juga terkadang membuat kita keasyikan ngobrol ngalur ngidul di dalamnya. Minimalisir notifikasi di grup whatsapp, kecuali memang grup itu kamu gunakan untuk kuliah online atau koordinasi pekerjaan. Tapi kalau hanya sekedar chit chat dengan teman lama, kamu bisa mematikan notifikasi pada beberapa grup tersebut.
Oct 18, 2018
Things That Simplify My Life
Ada banyak hal yang berubah dari hidup saya setelah saya menikah. Tidak langsung bleg 180 derajat berubah sih. Pelan tapi pasti perubahan itu terjadi. Mulai dari bekerja di kantor, sekarang bekerja dari rumah. Tinggal di kamar kost yang kecil, sekarang tinggal di rumah sendiri yang lumayan luas. Kalau dulu apa-apa sendiri, sekarang sudah ada orang yang harus dipertimbangkan juga. Lingkungan pertemanan saya juga berubah karena saya harus pindah dari Surabaya ke Bogor. Banyak hal yang harus diadaptasikan supaya saya bisa tetap survive dan nggak gila menghadapi semua perubahan itu. Bagi saya, kehidupan saya lebih sederhana ketika saya belum menikah.
Dulu, saya hanya perlu mengorganize kamar kecil dengan ukuran 3x3 meter persegi, sekarang saya harus mengorganisir seluruh rumah. Mulai dari halaman depan rumah, teras, ruang tamu, garasi, kamar tidur, kamar tamu, ruang sholat, 2 kamar mandi, dapur, ruang keluarga, laundry room, hingga halaman belakang rumah. Dulu, saya hanya cukup menghabiskan waktu paling lama 2 jam untuk membersihkan dan menata ulang kamar saya menjadi seperti baru. Sekarang, waktu 2 jam hanya cukup untuk menyapu rumah dari halaman depan sampai belakang. Belum mengepel lantainya, belum cuci piring, belum cuci baju, setrika kemeja suami, melipat cucian yang sudah kering, dan setumpuk pekerjaan yang lain.
Dulu, saya bisa saja bersih-bersih kamar seminggu sekali. Sekarang, 2 hari saja saya off membersihkan rumah, itu sudah parah sekali kotornya. Apalagi kalau kami baru pulang belanja, rumah jadi mirip gudang.
Bekerja di rumah memang lebih menyenangkan. Saya bisa mengatur sendiri jam kerja saya dan jadwal istirahat saya. Tapi di sisi lain, rasanya pekerjaan itu tiada habisnya. Habis beberes rumah, pegang notes, coret-coret outline, nulis, dst.
Awal-awal menjalani kehidupan semacam ini saya banyak galaunya. Banyak sedihnya karena tidak mampu menjalankan apa yang sudah menjadi tanggung jawab saya. Suami saya sebetulnya juga tidak pernah komplain ini itu, tapi saya kasihan kalau dia pulang sedangkan rumah masih berantakan, cucian menumpuk, atau makanan belum ada di meja. Saya asumsikan saja semua itu terjadi pada diri saya sendiri. Lelah kerja, rumah kotor, itu menyebalkan. Tapi yaaaa 'kan saya ini juga manusia yang punya keterbatasan. I can't do all of this by my self. Dan saya juga nggak mau kehidupan saya berakhir hanya ngurus rumaaah terus. Kapan saya bisa mengembangkan diri saya, kalau yang diurus ituuuu saja?
Then, I've tried to simplify my life. Kalau semua bisa disederhanakan kenapa tidak? Ya, 'kan? Kali in saya akan berbagi tips 7 hal yang saya lakukan untuk menyederhanakan aktivitas sehari-hari saya.
1. Buat jadwal pekerjaan
Kalau mau nurutin cucian dan pekerjaan rumah lain, itu nggak akan ada habisnya. Jadi, alih-alih menghabiskan seluruh waktu saya untuk melakukan semua itu, saya buat jadwal kapan saya harus mengerjakan pekerjaan rumah A, B, C, sampai Z Saya buat kandang waktu yang hanya akan saya kerjakan pada waktu itu juga. Kalau kelewat ya nanti, kalau ada waktu luang, kalau ada cukup tenaga. Sebagai contoh, saya dedikasikan hari Senin saya untuk beberes total dan mengurus segala hal berbau cucian. Mulai dari nyuci, jemur, setrika, sampai lipat-lipat. Semua saya lakukan di hari senin saja. Sedangkan hari-hari yang lain saya gunakan untuk rutinitas harian yang nggak boleh bolong seperti nyapu, memasak, dan cuci piring.
Pada hari Senin, kegiatan blogging dan lain-lain akan disisihkan untuk sementara waktu. Jadi, saya hanya akan menggunakan waktu saya untuk menulis ketika ada waktu sisa.
Untuk memulai membuat jadwal, kamu bisa break down pekerjaan yang terkait dengan aktivitas harianmu itu apa. Bagi berdasarkan amanah yang kamu handle saat ini. Sebagai ibu misalnya, urusan dengan anak yang mana saja yang bisa dirinci, detailkan. Sebagai istri, tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan. Sebagai penulis, apa saja yang harus dikerjakan. Lalu, masukkan dalam jadwal harian, mingguan, dan bulanan. Tidak semua pekerjaan harus dilakukan setiap hari, ada yang cukup seminggu sekali, atau bahkan sebulan sekali.
2. Bagi job desk
Hi moms, we need to realize that we're not super women. We only have two hands and time limit 24 hours a day. Setelah membuat jadwal, kamu mungkin bakal jauh lebih pusing lagi karena merasa waktu 24 jam itu nggak akan cukup untuk mengerjakan semua hal. Itu juga yang saya alami. So, nggak usah kemaruk. Bagi saya tugas itu pada orang lain, suami misalnya. Saya dan suami sudah sepakat kalau menyapu adalah tugas saya, sedangkan soal mengepel lantai itu dia yang urus. Alhamdulillah, saya punya suami yang ringan tangan. Kalau memang ada waktu dan mampu membantu pasti dibantu. Entah cuci piring, cuci sayuran, atau pekerjaan rumah yang lain.
Untuk beberapa orang yang perfeksionis, ini kadang sulit untuk dilakukan. Alasannya, kalau dikerjakan oleh orang lain hasilnya tak akan sesuai dengan keinginan pribadi. Tapi kalau mau nurutin ego ya capek sendiri, 'kan? So, ajari orang yang akan diberi tanggung jawab tersebut. Misal, kalau naruh barang A harus di laci yang ini, barang B harus di laci yang itu supaya mudah mencari. Kalau nata tempat tidur harus seperti apa saja, komunikasikan.
Jangan keburu marah-marah kalau ada hal yang dikerjakan orang lain terus nggak beres. Cek lagi, sudahkah kita mengkomunikasikannya dengan baik?
3. Decluttering and organizing
Pernah nggak sih lihat rumah yang isinya penuh sesak dengan barang-barang? Kebayang nggak bagaimana membersihkannya? Iya, susah banget, 'kan? Butuh waktu lebih. Terus pernah nggak mencoba melihat isi rumah kita lebih dekat. Sadar nggak sih kalau kadang-kadang kita suka menyimpan barang-barang yang bahkan nggak kita pakai lagi. Alasannya, "dipakai nanti". Padahal, sampai bulukan juga nggak kepake-pake itu barang.
So, mulai pilah dan pilih mana sih barang yang masih kamu gunakan dan yang tidak. Mana yang masih kamu sayang dan mana yang tidak. Mana yang bisa membuatmu lebih bahagia dan mana yang tidak. Pisahkan semua barang yang kamu jawab tidak secara terpisah. Semua barang itu bisa kamu donasikan, daur ulang, atau bahkan dibuang. Oya, pastikan kalau kamu memang ingin mendaurulangnya lakukan saat itu juga. Kalau tidak kamu hanya akan memindahkan tumpukan barang yang kamu miliki ke tempat yang lain. Dan itu nggak akan pernah menyelesaikan masalahmu.
Kalau semuanya selesai, barulah mengorganize semuanya. Kamu tata dengan baik. Kamu bisa kelompokkan jenis-jenis barang tertentu di satu lemari agar mudah untuk mencarinya. Atau kamu juga bisa memberikan label di kotak penyimpanan agar lebih mudah untuk mencarinya.
Goals akhir yang sebenarnya ingin kita tuju adalah bisa beberes lebih cepat, rapinya tahan lama, and last but not least make us happy. Urutan decluttering dan organazing nggak bisa dibalik ya. Kamu juga nggak bisa menghilangkan decluttering ini. Percuma aja kamu nata barang-barang dengan rapi kalau nggak ada decluttering sebelumnya. Kegiatan merapikan yang kamu lakukan akan berjalan terus, terus, dan terus tiada habisnya. Happy belum tentu, capek iya.
4. Do some food preparation
Sama halnya dengan beberes, memasak juga bisa membutuhkan waktu yang lama. Saya biasanya melakukan food prep setelah belanja. Semua bahan saya simpan sudah dalam kondisi siap masak. Sudah dibersihkan, sudah dikupas, sudah dipotong, dan beberapa bumbu sudah saya haluskan. Jadi, kalau mau masak tinggal plung-plung-plung gitu.
Ini sangat amat membantu saya. Suami saya harus berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Memang sih, bisa saja saya bangun lebih awal untuk memasak. Tapi dengan melakukan food prep ini, saya bisa memasak lebih cepat dari sebelumnya. Dalam 30 menit, sayur, lauk, bahkan minuman hangat untuk suami bisa tersaji di meja makan.
Oya, untuk bahan yang bisa lebih tahan lama dengan dimasak terlebih dahulu juga bisa dilakukan ya. Untuk melakukan food prep ini prinsipnya semua bahan selama satu minggu harus sudah tersedia. Jadi, waktu yang digunakan untuk food prep juga lebih efisien karena sekali hap gitu.
Keuntungan lain dari food prep adalah ketika kita lagi sakit ini akan memudahkan orang lain untuk memasak. Ya karena tinggal plung plung plung gitu. Sebelum melakukan food prep ini, saya pernah memasak dibantu suami. Hasil akhirnya yaaa gitu itu. Nggak pas. Masakan saya nggak enak-enak banget sih. Tapi hasil karya suami lebih aneh lagi. Wkwkwk.. Kalau ada food prep, suami juga nggak bingung kalau mau masak. Saya tinggal sebutkan bahannya, masakan jadi lebih baik hasilnya dari tanpa food prep.
Untuk buibu yang super sibuk, ini jelas pas banget dilakukan.
5. Use drive account to connect all devices
Sumber : Office support |
Saya punya 3 device yang biasa saya gunakan untuk bekerja. Entah itu menulis, seminar, atau yang lain. Repot 'kan kalau kita harus membawa storage device kemana-mana seperti flashdisk atau hard disk. Belum lagi kemungkinan connector yang tidak compatible untuk semua device. Jadi, masih harus ditambahkan connector lain yang menghubungkan supaya bisa click gitu. Ribet.
Bersyukurlah karena sekarang sudah ada banyak sekali akun penyimpanan data. Mau google drive, onedrive, atau icloud, terserah. Itu free kalau mau coba. Tapi yang free punya batasan kapasitas ya. Kalau saya sih, beli aja akunnya jadi saya masih bisa bebas menyimpan data di sana.
Akun yang saya miliki adalah akun onedrive. Beli lisensinya sudah bisa dapat lisensi office365 yang lain seperti onenotes, word, excel, powerpoint, skype, dll. Bisa dicek langsung di website office langsung ya kalau mau. Selanjutnya saya tinggal install one drive di semua device saya. Semua file penting akan saya masukkan ke sana.
Keuntungannya, dengan menyimpan di onedrive, kita bisa menghemat space memory device kita. Asalkan jaringan internet lancar, in syaa Allah nggak akan ada masalah. Kedua, bisa buka file dari device mana saja. Karena sudah tersinkronkan tadi ya. Bahkan pakai device teman juga bisa. Buka saja https://onedrive.live.com/, sign in akun kamu, lalu kamu tinggal buka file yang ingin dilihat. Mau share file juga bisa pakai share link file atau folder. Lebih mudah, banget. Udah nggak jamannya lagi tuker-tukeran flashdisk.
6. Merger your task
Tidak semua pekerjaan bisa dilakukan dalam satu waktu. Apalagi kalau pekerjaan itu butuh konsentrasi tinggi. Kalau digabung-gabung malah pusing nanti.
Di rumah saya ada mesin cuci, ini amat memudahkan sekali. Jadi, sambil mencuci baju saya bisa membersihkan rumah. Rumah bersih, tinggal jemur. Pekerjaan merapikan baju-baju yang baru kering juga biasanya saya lakukan sambil mendengarkan kuliah online atau menonton video-video yang bisa menambah wawasan saya. Cuci piring dan masak juga kadang suka begini.
Di rumah saya ada mesin cuci, ini amat memudahkan sekali. Jadi, sambil mencuci baju saya bisa membersihkan rumah. Rumah bersih, tinggal jemur. Pekerjaan merapikan baju-baju yang baru kering juga biasanya saya lakukan sambil mendengarkan kuliah online atau menonton video-video yang bisa menambah wawasan saya. Cuci piring dan masak juga kadang suka begini.
7. Re-use
Barang-barang yang ada di sekitar kita sebenarnya bisa banget lho dimanfaatkan kembali. Botol-botol bekas, kardus bekas, kantong plastik bekas, bahkan pintu dan jendela lama sisa renovasi rumah pun bisa dimanfaatkan. All we need to do is be creative.
"Gue nggak kreatif nih, Lel. Suka bingung kalau nyari ide buat sesuatu."
It's okay. Nggak masalah. Kamu masih bisa nyari di youtube, atau sumber-sumber lain sebagai bahan insporasi. Intinya sih, nggak penting kamu dapat ide dari mana. Mau hasil pemikiranmu sendiri atau bukan, yang penting barang bekas tadi nggak serta merta dibuang atau digeletakkan begitu saja di gudang. Manfaatkan.
Gitu dulu ya sharing dari emak-emak baru ini. Semoga bermanfaat. Emak-emak senior yang sudah berpengalaman juga boleh lho berbagi cerita dan tips lain untuk saya atau buibu yang lain. Langsung tulis di kolom komentar yaaa... :)
Subscribe to:
Posts (Atom)
Popular Posts
Latest tweet
Archive
-
▼
2018
(97)
-
▼
October
(14)
- Quarter Life Crisis #2: Finding Meaning in Life
- Yeeiii.. I Did It!
- Toxic People
- 3 Cara yang Dapat Kamu Tiru Agar Punya Waktu Melak...
- Psychological Time vs Clock Time
- Unpredictable Honeymoon #2: Bertemu Si Merah
- Susah Lepas dari HP? Lakukan 5 Tips ini Agar Hidup...
- Things That Simplify My Life
- Unpredictable Honeymoon #1: Semuanya yang Pertama ...
- Quarter Life Crisis #1: Mau Dibawa Ke Mana?
- 7 Tips Jitu Agar Tidak Menunda Pekerja dan Menyele...
- Balancing Rocks
- Resign or Not?
- Hijab, Wujud Ketaatan Muslimah
-
▼
October
(14)