Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Oct 14, 2019

Kerja Sesuai Passion Asyik Nggak Sih?


Ceritanya abis dengerin Rapot episode terbaru. Mereka lagi cerita tentang pekerjaan pertama mereka. Gimana dulu mereka struggle banget untuk jadi MC. Kalau sekarang sih nggak perlu ditanya lagi ya. Udah kondang semua. Bayarannya juga bombastis.

Obrolan mereka bikin saya keinget gimana dulu akhirnya banting setir jadi blogger. Setelah resign dari pekerjaan sebagai dosen, pindah ke Bogor, akhirnya menyibukkan diri dengan nulis.

Pertama kali merintis karier jadi blogger tuh moodbosternya gedhe banget. Agustus saya ikut lomba blog, september diumumkan sebagai Juara 2. Padahal, itu pertama kalinya ikut lomba. Next month, saya ikut challenge salah satu komunitas. Bikin artikel di blog selama 30 hari. Temanya mereka yang tentukan. Boleh juga artikelnya diupload ke website mereka. Eh, menang lagi.



2 kemenangan ini yang bikin saya makin PD untuk nulis terus. Lepas dari 2 tantangan ini, saya mulai serius belajar nulis dan blogging. Gimana caranya dapat duit dari blogging juga saya pelajari semuanya.

Langsung menghasilkan pundi-pundi rupiah?  O tentu tidak. Ini takes time buat bangun blog yang kece dan bersahabat sama Google.

Job pertama saya waktu itu review satu produk fashion. Dibayar? Enggak. Cuma dikasih produk aja. Tapi nggak apa-apa sih. Waktu itu saya mikirnya buat pengalaman aja.

Mungkin karna saya sendiri juga nggak terlalu minat dengan produknya ya, reviewnya juga jadi gimana gitu. Tapi yaudah lah ya. Telen aja.

Next job, saya ditawari content placement. Rate-nya lumayan untuk blog saya yang masih baru begini. Saya iyakan dan semua yang dia minta saya kerjakan. Saya nggak ngerti tuh masalah bikin laporan hasilnya gimana. What should I do after publish my blog post tuh nggak ngerti.



Tapi dari sini saya belajar banyak. Semuanya nggak mudah di awal. Bikin tulisan yang bisa terjadwal itu nggak mudah. Bahkan, setelah job datang juga nggak mudah. Bayarnya lamaaaaaa sekali. Iya kalau besar, berjuta-juta. Paling cuma ratusan ribu. Turunnya bisa berminggu-minggu.

Bisa sih ikut yang pasti-pasti aja. Bidding project di website pengelola project. Ini juga pernah. Tapi duitnya juga nggak seberapa sih. Dulu, saya menawarkan diri juga aneka macam topik. Begitu diterima, ternyata artikelnya jadi nggak oke di blog saya. Akhirnya saya stop.

Program afiliasi juga pernah saya ikuti. Menghasilkan? Tidak. Sama sekali nggak menghasilkan apa-apa. Ada sih yang klik. Lihat isinya apa. Tapi nggak sampai beli. Padahal, saya baru akan dapat duit dari situ.



Upaya lain yaitu bikin kelas blogging. Saya suka ngeblog. Saya juga suka ngajar. Adanya kelas blogging ini betul-betul memfasilitasi saya untuk dapat keduanya. Saya bahkan nggak nyangka banget kalau kelas online ini bisa menghasilkan rupiah banyak sekali.

Saking banyaknya, saya jadi pingin buka kelas lagi untuk bulan Oktober. Sayangnya, kondisi tidak memungkinkan. Ada project lain yang ingin saya kejar sebelum saya melahirkan.

Well, it's not easy to be blogger. Kejar tayang jadwal publish biar DA PA naik. Belum lagi harus blogwalking, bangun personal branding di sosial media, masih harus belajar SEO juga biar trafficnya ketolong meski nggak bisa share di sosmed.

Banyak hal yang harus dilakukan. Pernah banget pas lagi semangat-semangatnya terus dapat amanah lain yang nguras waktu. Lepas dari amanah itu, kena drama mkrning sickness. Setelah itu, masih harus menghadapi fakta MOZ ganti aturan lagi. Efeknya, DA anjlok parah. Padahal tahun ini punya target DA yang cukup tinggi juga. Tapi rasanya terlalu jauh deh.

Kerja keras pakai banget buat ngebangun blog ini. Begadang buat ngatur ini itu juga nggak sesekali aja. Tapi lepas dari itu, I'm happy.



Dulu, waktu ngajar tuh rasanya nguras energi banget. Pulang dari kerja udah super duper capek dan nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Setelah pindah haluan, jam kerja sering kali meningkat juga, kok rasanya energinya tuh adaaa terus. Semacam tidak pernah padam.

Kerja sesuai passion itu asyik kok. Meski seringkali kita harus merelakan banyak waktu untuk all out di sini, tapi ya seru aja gitu. Tanpa tekanan. Bisa enjoy ngejalaninnya.

Kalau soal duit, ini beneran jangan terlalu berharap. Semuanya kalau baru merintis tuh pasti susah. Bisa boncos banget gitu.

Pernah juga baca curhatan blogger lain. Mereka kelihatannya aktif banget datang event. Biasanya kan kalau datang event emang dibayar ya. Tapi ternyata nggak semua begitu. Ada yang cuma buat bangun branding aja. Ada yang bahkan bayar event itu.

Beneran nggak bisa berharap langsung dapat durian runtuh. Kita emang kudu struggle dulu di awal. Belajar ini itu. Bangun ini itu.



Berapa bulan baru menghasilkan? Ini relatif ya. Bisa beda tiap orang. Tergantung gimana cara kita berusaha aja. Udah seberapa kenceng usahanya. Seberapa gedhe halangannya. Gitu.

Bisa nggak dijadikan pekerjaan utama?

Bisa aja kalau udah jalan. Kalau masih struggling ya mending punya pekerjaan lain sih. Kerjanya pasti, duitnya belum tentu ada. Buat orang yang emang butuh untuk menafkahi ya susah kalau ngandelin ini aja. Tapi kalau cuma buat dijadiin freelance aja, bisa lah yaa..

Oct 10, 2019

10 Hal yang Harus Kamu Lakukan Setelah Posting Tulisan di Blog

tips ngeblog



Traffic tinggi, DA/PA ciamik, artikel bisa masuk Page One. Rasa-rasanya ini sudah jadi common dream para blogger ya. Siapa sih yang nggak kepingin begitu? Indikator-indikator tadi yang menentukan bagaimana performa blog kita. Makin baik nilainya, pintu rejeki terbuka semakin lebar pula. Iya apa iya?

Masalahnya, cita-cita semacam ini adakalanya tidak diimbangi dengan usaha yang relevan. Mungkin karena anggapan bahwa setelah menulis di blog semua masalah selesai. Macem orang abis pup gitu. Ngeden, keluar, siram. Selesai. Padahal blogging itu nggak sekedar nulis aja. Kalau cuma nulis, terus tutup laptop, bagaimana caranya tulisan kita akan ditemukan oleh pembaca?

“Tulisan itu akan menemukan pembacanya masing-masing.”

Siapa yang keracunan quotes ini? Banyak orang yang akhirnya tidak melakukan hal lebih, hanya karna membaca quotes ini. Salah? Tidak. Quotes ini tidak salah. Tapi kita yang keliru mengitepretasikannya.

Tulisan itu memang akan menemukan pembacanya masing-masing, kalau kita mau bagikan. Tunjukkan pada orang lain. Suatu saat nanti, dia akan menemukan orang yang setia dengannya. Tapi kalau hanya diam saja, ya jadi macam diary yang digembok dan ditaruh di bawah bantal itu. Siapa yang membaca? Penulisnya sendiri.

Kalau kamu masih menganut hal semacam ini dan ingin traffic blog meningkat, bertobatlah. Kembalilah ke jalan yang benar. Caranya? Tulisan yang kamu buat tidak bisa dibuat suka-suka. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar bukan hanya pembaca yang mau melirik tulisan kita, tapi juga mesin pencari. Setelah publish tulisan di blog, usaha kita tidak berhenti sampai di situ saja. Ada beberapa hal lain yang juga harus kita lakukan.

1.  Bagikan ke sosial media

sosial media


Meski kita sudah menerapkan SEO on Page. Tulisan kita tidak akan langsung terindeks oleh mesin pencari. Artinya, butuh waktu bagi orang lain untuk akhirnya menemukan tulisan kita. Sedangkan, kita ingin tulisan kita segera dibaca oleh orang dan mendapatkan respon dari orang lain. Ya, kan? Untuk mempersingkat waktu itu, jangan sungkan untuk membagikan tulisan kita di sosial media yang kita miliki. Ini bukan hanya agar tulisan kita cepat dibaca orang saja, sosial media juga bisa kita gunakan sebagai sarana untuk branding diri kita.

2.  Jadwalkan untuk membagikan tulisan di Twitter beberapa kali

Ada yang masih main Twitter? Kalau dibandingkan dengan Youtube dan Instagram, iya memang tidak seramai itu. Tapi masih banyak lho orang yang main Twitter. Mau bukti?

Masih ingat cerita horror yang viral dari thread Twitter? Itu lho KKN Desa Penari. Sekarang sudah keluar novelnya. Dari Twitter, kemudian jadi viral dan bukunya dicari oleh banyak orang.

Lalu, bagaimana dengan tulisan kita di blog? Tidak ada salahnya juga kita bagikan di Twitter. Bukan hanya sekali. Buat semacam kultweet yang membahas topik tersebut. Sesudahnya, kita bisa bagikan link lengkapnya. Sesekali kita bisa angkat lagi topik tersebut dan menyertakan link blog kita. Cara seperti ini yang biasanya akan memancing orang untuk membaca tulisan kita. Alih-alih langsung share link saja.

3.  Buat Instagram Story untuk promosi tulisan baru

instagram


“Enak ya kalau followernya lebih dari 10K, bisa swipe up lalu tulisan kita dibaca deh.”

Yap, memang menyenangkan kalau bisa memanfaatkan fitur ini. Tapi, yakin setelah punya follower lebih dari 10K tulisan kita akan ditengok oleh follower kita? Eits, belum tentu.

Kita perlu ingat bahwa orang hanya akan mau melakukan hal yang kita inginkan, kalau mereka penasaran dengan isinya. Kira-kira mana yang lebih bikin penasaran? Langsung update kalau kita abis share tulisan di blog, atau jaring interaksi dengan follower dulu?

Nggak perlu lihat data sih. Kita bisa tanyakan ke diri kita sendiri. Mana yang lebih kita suka? Kalau sudah ketemu jawabannya, ya lakukan.

Saya pribadi lebih tertarik dan kepo dengan tulisan tertentu setelah saya mengikuti sharing singkat yang dibagikan oleh penulis di instastory-nya dibanding yang langsung share tulisannya. Cara ini kemudian saya buktikan sendiri. Kalau saya langsung share tulisan dan minta follower saya klik link di bio saya ternyata sedikit sekali yang mau klik tulisan ini. Dapat 1 saja sudah untung. Ini lain ceritanya kalau saya sharing dulu. “Ngobrol” dulu dengan follower saya. Orang yang klik link saya juga jadi lebih banyak. dibilang banyak sekali juga tidak. Dari total follower, ada 10% yang membaca story saya. 5-10% dari pembaca itu yang akhirnya klik link yang saya bagikan setelah saya buat sharing sebagai bahan promosi.

Saya yakin, ketika engagement dengan follower terbangun, akan semakin banyak lagi orang yang akan membaca blog kita setelah kita punya fitur swipe up.

“Gimana caranya? Tiap kali bikin interaksi sedikit sekali yang mau baca apalagi merespon.”

Apa sih yang bikin kita tertarik untuk baca? Karena kepo, kalau nggak gitu karena kita butuh informasi itu. Ini sebabnya kita harus memastikan bahwa follower yang kita miliki saat ini memang sesuai dengan target pembaca yang kita mau. Kalau tidak bagaimana? Ya effortnya akan jauh lebih tinggi lagi.

4.  Share di Facebook Group

Kamu tergabung di banyak komunitas? Manfaatkan komunitas-komunitas yang kamu miliki untuk membagikan tulisanmu. Makin banyak komunitas yang kita ikuti, makin banyak pula peluang kita untuk membagikan tulisan-tulisan kita.

5.  Respon komentar yang masuk

komentar


Share di sosmed sudah. Buat konten promosi di Twitter, Instagram Story, dan Facebook sudah. Lalu, apa lagi?

Yuk, tengok blog kita sendiri. Setelah tulisan kita bagikan, biasanya akan ada orang yag berkunjung ke blog dan meninggalkan jejak di sana. Komentar-komentar yang masuk itu jangan dianggurin aja. Engagement juga perlu kita bangun di sini. Sebisa mungkin balas semua komentar yang masuk.

“Tapi repot, Lel. Banyak sekali komentarnya.”

Kalau tidak bisa melakukan setiap hari, kita bisa kok buat jadwal khusus hanya untuk membalas respon yang masuk. Lakukan hal ini sekali waktu itu. Ini untuk efisiensi kerja juga sih.

6.  Blogwalking

Selain membalas komentar dan membagikan tulisan di blog, lakukan juga blogwalking ke blog lain. Cara ini ternyata bisa membantu kita untuk mendapatkan traffic lain. Kalau mau dianalogikan, ini semacam ketuk pintu rumah orang, lalu menyapanya. Orang jadi lebih notice, kan?

7.  Cek Google Analytic untuk melihat performa

Google Analytic


Kalau semuanya sudah dilakukan, saatnya kita buka Google Analytic untuk melihat performa blog kita. Dari semua usaha yang sudah kita lakukan itu, dampaknya apa sih? Kita bisa tahu dari data statistik yang ditampilkan oleh Google Analytic.

“Oh, banyak yang mengunjungi. Tapi ternyata mereka cuma nengok aja, nggak baca tulisan kita.”

“Oh, tulisan kita ternyata banyak dikunjungi dan dibaca.”

“Oh, topik yang begini yang ternyata disukai oleh pembaca kita.”

Semuanya bisa kita ketahui dari Google Analytic. Kalau sudah tahu, kita tinggao membuat evaluasi dan perencanaan ke depan untuk perbaikan performa blog kita.

8.  Promosikan kembali tulisan di sosial media

Biasanya nih, kita rajin sekali membagikan tulisan yang baru saja kita tulis ke sosial media. Tapi sayangnya, kita banyak melupakan tulisan-tulisan lawas kita. Kalau mau dapat traffic tinggi, tulisan-tulisan lama kita juga jangan sampai lupa dibagikan. Caranya bisa dengan sharing di komunitas, lalu memberikan link sebagai alat bantu untuk menjelaskan topik yang kita bahas tadi.

9.  Upgrade konten sesuai dengan kebutuhan

Tulisan kita ternyata sudah mulai banyak dilirik nih. Nah, sesekali lakukan inspeksi tulisan-tulisan lama. Ingat, orang tidak hanya akan membaca tulisan terbaru kita. Tulisan kita jaman baheula juga memungkinkan untuk mereka baca. Padahal, dulu mungkin cara kita nulis masih suka-suka, typo juga di sana-sini, alur pun nggak jelas. Kita bisa upgrade tulisan kita jadi lebih baik lagi. Atau, semisal kita punya informasi terbaru terkait topik yang pernah kita tulis, ya sudah upgrade saja tulisan tersebut. Kita nggak harus lho bikin tulisan dari awal banget.

Upgrade tulisan

10.           Apresiasi diri

Ini bagian yang paling penting juga. Apa yang sudah kamu lakukan dari nomor 1-9 itu bukan hal yang mudah. Butuh effort yang besar untuk melakukan semua itu. Jangan lupa untuk mengapresiasi diri sendiri. Kejar target itu oke, tapi kalau sampai membuat kita lupa bahwa kita sudah mengupayakan banyak sekali cara, ini juga tidak baik. So, jangan lupa untuk berterima kasih pada diri sendiri atas segala kerja keras yang sudah dilakukannya.

Kesimpulan

Nah, itu tadi 10 hal yang bisa kita lakukan setelah posting tulisan di blog. Tujuannya ya supaya tulisan kita lebih cepat menemukan pembacanya. Banyak sekali memang PR yang perlu kita lakukan, tapi kalau semuanya dilakukan dengan senang hati, sebanyak apapun, tetap bisa kita nikmati.

Kalau kamu punya tambahan cara lain untuk menemukan pembaca, tulis di kolom komentar ya.

Oct 7, 2019

Review GoClean: Solusi Cerdas Membalas Lambaian Mesra Tumpukan Cucian

review goclean



Ayah saya seorang tentara dan ibu saya adalah guru. Sedari kecil, saya dan adik sudah dibiasakan menggunakan pakaian yang rapi, bahkan untuk sekedar main sama tetangga saja. Keluar rumah itu haram hukumnya kalau belum mandi. Baju yang kami pakai juga pasti sudah disetrika oleh ibu.

Beranjak dewasa, tentu saja ibu saya ingin hal ini ditiru oleh kedua anak gadisnya. Saya dan adik harus bisa setrika baju sendiri dan bertanggung jawab atas hal ini. Sayangnya, pelajaran ini rasa-rasanya susah sekali saya terima.

Setrika itu sudah capek, panas, baju juga tidak kunjung rapi. Belum lagi komplain dari ibu tentang baju hasil setrikaan saya.

"Kok gini sih?"

"Kok gitu sih?"

Kalau nggak bener, beliau minta untuk setrika ulang. Hmmm... Sudahlah enggan, jadi semakin enggan lagi. Rasa-rasanya pingin say good-bye saja dari aktivitas setrika ini.

Perantauan Menyelamatkan dari Aktivitas Setrika

merantau
sumber : pexel.com

Tahun 2009, saya mulai merantau ke Surabaya. Tinggal jauh dari orang tua. Artinya, paksaan untuk setrika baju sendiri juga sudah tidak ada lagi. Alih-alih memilih menghabiskan waktu untuk setrika, saya lebih memilih cari laundryan paling murah di dekat kost. Di sanalah cucian saya berlabuh.

Kalau dibilang bebas sepenuhnya dari altivitas setrika, ya tidak juga. Baju yang masuk lemari kan biasanya ada bekas lipatan yang mengganggu. Saya masih setrika baju-baju saya saat akan berangkat kuliah atau keluar kost. Tapi ini jauh lebih mudah karena saya hanya mensetrika ulang baju-baju itu.

Ibu saya tidak pernah komplain akan hal ini. Tepatnya, beliau tidak tahu kalau selama ini saya begitu. Kebiasaan ini berlangsung selama 9 tahun saya tinggal di Surabaya.

Sebetulnya, saat itu saya sedikit khawatir dengan diri sendiri. Saya tidak biasa mengurus cucian sendiri. Bagaimana kalau nanti saya berumah tangga? Jumlah cucian yang harus saya urus tentu juga akan lebih banyak dari yang biasa saya urus. Kalau masih berdua, ya bisa dua kali lipat. Kalau nanti punya anak? Hmmm... Bisa bertambah berkali-kali lipat.


Membalas Lambaian Mesra Cucian Setelah Menikah



Benar saja. Setelah menikah, cucian yang melambai semakin banyak. Kalau tidak segera disentuh, dia akan berkembang biak, punya anak dan cucu yang bikin makin pusing lagi. Mau tidak mau, saya harus menemukan solusi cermat untuk membalas lambaian mesra cucian ini. Ada beberapa trik yang saya pakai.

1. Tidak semua pakaian disetrika

Untuk mengurangi beban setrika, saya hanya akan mensetrika pakaian yang harus disetrika saja. Contoh, kemeja kerja suami, gamis-gamis saya. Semua baju yang memang saya dan suami pakai untuk keluar rumah saja yang akan saya setrika.

2. Lipat Menggunakan Metode Konmari

Baju-baju lain, seperti baju rumah dan kerudung biasanya saya lipat menggunakan metode konmari. Caranya, saya haluskan baju-baju itu dengan telapak tangan saya. Kemudian saya lipat. Sebetulnya, cara ini tidak membuat baju yang dilipat jadi serapi baju yang disetrika. Tapi hasilnya lumayan lah. Apalagi bajunya cuma dipakai di rumah saja. Tak masyalah kalau kusut-kusut sedikit.

3. Setrika Kerudung Hanya Ketika Akan Keluar Rumah

Tadi saya cerita kalau kerudung-kerudung yang saya miliki tidak saya setrika ketika masuk ke lemari. Ini juga bukan berarti saya keluar rumah dengan kerudung super duper kusut ya. Kerudung-kerudung ini baru disetrika kalau saya mau pakai saja. Selebihnya ya dilipat saja.

3 cara tersebut betul-betul berhasil menghilangkan stress ketika cucian mulai melambai mesra. Saya bisa mengurangi waktu untuk berpanas-panas ria dengan setrika.

Tapi itu dulu...

Sebelum suami lebih sering pakai t-shirt ke kantor. Sebelum saya hamil juga.

Beberapa bulan terakhir, suami saya jarang sekali mengambil kemeja dari lemari. Katanya sih karena cuma kerja di kantor saja. Pekerjaan suami saya memang tidak mengharuskan menggunakan pakaian formal. Suami dan teman-teman kerjanya, kalau memang tidak bertemu klien ya cukup pakai t-shirt saja selama di kantor. Bahkan, ada yang pakai celana pendek. Sesantai itu.

Suami sebetulnya sudah tidak banyak komplain tentang urusan setrika ini. Asal bajunya rapi, itu sudah cukup. Kusut-kusut sedikit juga nggak masalah buat dia. Tapi saya yang nggak enak sendiri. Masa dia ke kantor pakai t-shirt kusut?



Akhirnya, pola tadi tidak lagi saya pakai. Saya sudah tidak lagi memilah pakaian untuk disetrika. Sebelum masuk lemari, semua baju wajib disetrika.

Awalnya memang berat. Beraaaat sekali. Demi suami, apa sih yang tidak.


Lambaian Mesra Baju-Baju Bayi

Sejauh ini, saya bisa membalas lambaian mesra cucian itu. Lama kelamaan jadi terbiasa juga. Waktu setrika biasanya saya pakai juga untuk nonton drama korea atau realitu show korea supaya tidak terasa capeknya.

Tantangan baru muncul lagi. Kehamilan yang semakin besar menandakan pula kalau sebentar lagi janin yang ada di dalam perut saya akan segera launching. Persiapan kamar bayi, baju-baju bayi, dan perlengkapan lain sudah harus mulai disiapkan sejak sekarang. Ibu-ibu saya sudah berpesan begini, "baju bayi abis beli jangan lupa dicuci dan disetrika dulu."

tumpukan cucian


Mereka tahu betul kalau saya enggan melakukan ini. Saya bisa saja memberikan le laundry, tapi saya agak ragu dengan penanganan jasa laundry. Kalau tidak bersih betul bagaimana? Sudah keluar uang, bayi kena masalah kulit pula. No no no!

Saya handle sendiri. Semua baju bayi yang sudah kami beli saya masukkan ke ember untuk dicuci. Price tag dan stiker keterangan SNI saya cabut semuanya. Setelah semuanya masuk, saya shock sendiri. Baju-baju bayi yang saya kumpulkan ternyata ada 1 ember besar penuh. Ini sudah termasuk popok, selimut, bedong, dan alas ompol ya.

Banyak sekali. Mencuci baju sebanyak itu bukan masalah sulit. Kami sudah punya mesin cuci di rumah. Tapi setrikanya... Huhuhu... Membayangkan saja sudah pusing.



Itu belum baju-baju saya dan suami. Kalau digabungkan bisa setinggi gunung tentunya. Terbayang sudah berjam-jam menyelesaikan setrikaan sebanyak itu dalam kondisi perut yang semakin besar. Badan yang mulai cepat boyokan juga. Kaki yang juga cepat sekali lelah.


Aha! Panggil GoClean Aja!

Alhamdulillah, saya menemukan solusi. Ada GoClean yang siap membantu kita untuk setrika.

"Hah? Emang bisa?"


emang bisa?


Itu pertanyaan yang sering muncul kalau saya bilang mau panggil GoClean untuk setrika. Kebanyakan orang mungkin tahunya dia hanya akan membantu kita bersih-bersih rumah saja. Tapi ternyata tidak lho. GoClean juga bisa dipanggil untuk setrika baju di rumah. Jadi, kali ini saya akan ceritakan Review GoClean yang saya pesan kemarin untuk membalas lambaian mesra cucian.

Semuanya berawal dari galau dan mager berat untuk setrika baju-baju sendiri dan dedek bayi. Belum apa-apa sudah parno dengan panasnya uap setrika dan punggung yang boyokan. Tanpa pikir panjang lagi, saya langsung ambil HP dan buka aplikasi GoLife. Lalu, klik GoClean. Pilih kategori layanan yang Spesial. Di sini, saya pilih jasa Setrika sesuai dengan apa yang saya butuhkan.



Aplikasi ini sudah menyediakan estimasi pengerjaan bergantung jenis dan jumlah pakaian. Jadi, kita bisa kira-kira sendiri nih, berapa lama kira-kira waktu yang kita butuhkan untuk menggunakan jasa ini. Makin banyak cucian, tentu saja jam yang dipilih akan semakin banyak. Tapi, tidak perlu khawatir. Semakin lama menggunakan jasa GoClean, harga per jamnya justru lebih murah lho. 

Kita juga bisa memilih mitra yang nantinya akan melayani. Mau random boleh, mau wanita bisa, mau pria juga bisa. Semuanya terserah kita. Kalau semuanya sudah, kita tinggal lanjutkan pemesanan, atur waktu kapan kita ingin mereka datang. Klik pesan. Semudah itu.



Layanan ini khusus kita pakai untuk setrika dan melipat pakaian saja ya. Jadi, tidak bisa digabungkan dengan layanan GoClean yang lain. Untuk peralatan setrika, kita juga yang harus menyediakan semuanya. Baik setrika, maupun cairan pelicin yang nanti akan digunakan.

Selanjutnya, kita tinggal tunggu mitra datang. Kemarin saya pesan 3 jam. Kebetulan sekali sedang ada promo, jadi dapat potongan Rp25.000,-. Semakin murah lagi deh. Mamak happy kalau begini ini.


Mitra datang tepat waktu. Sebelumnya, kami sempat berkirim pesan juga melalui aplikasi untuk memastikan alamat rumah saya.

Mitra GoClean
Mitra GoClean yang ke rumah

Namanya, Bu Dian Puji Astuti. Beliau mitra GoClean yang melayani kami. Begitu datang, saya persilakan beliau masuk ke rumah dulu. Setelah itu saya kasih tahu mana pakaian yang harus disetrika terlebih dahulu. Ini penting. Meski saya sudah perhitungkan estimasi pengerjaan, tapi bisa saja perkiraan saya keliru. Nah, paling tidak cucian yang paling bikin riweh sudah dikerjakan Bu Dian. Jadi, saya tinggal kerjakan sisanya kalau waktu tidak memungkinkan.

proses pengerjaan
Proses Pengerjaan

Selama proses pengerjaan, saya nggak banyak mengarahkan. Beliau sudah tahu harus melakukan apa. Request dari saya juga dilakukan dengan baik. Dalam waktu 3 jam, semua pakaian selesai. Alhamdulillah, nggak jadi setrika sendiri. Senang sekali rasanya.

baju bayi
Baju-baju bayi sebelum dan sesudah disetrika

baju keluarga
Baju-baju saya dan suami sebelum dan sesudah disetrika

Kenapa GoClean?


Kalau ada yang tanya kenapa saya pilih GoClean untuk membalas lambaian mesra tumpukan cucian, jawabannya, kenapa nggak? Ada 3 jaminan yang diberikan GoClean ke pelanggan yang bikin saya makin mantab pilih GoClean alih-alih jasa tukang setrika yang lain.

kenapa GoClean?


1. On-demand

Kita mau apa sih? GoClean siap lho bantu kita untuk membereskan semuanya. Kita tinggal di mana saja juga bukan lagi masalah. Bisa kok. Soal setrikaan ini juga. Kadang kan kita punya rule sendiri ya untuk setrika. Baju mana sih yang boleh disetrika dan tidak. Baju mana yang harus digantung dan dilipat. Baju mana yang boleh pakai pelican dan tidak. Kita bisa bilang ke Mitra GoClean. Mereka akan permintaan kita. Plusnya lagi, kita bisa memantau kinerja mereka langsung. Kurang apa-apa bisa tinggal bilang aja.

2. Terlatih

Mitra GoClean ini juga sudah terlatih. Sebelum terjun ke lapangan, mereka akan diikutkan pelatihan resmi yang sudah distandarisasi oleh GoLife. Soal kinerja, kita udah nggak perlu ragu lagi soal ini.

3. Terpercaya

Pernah nggak sih merasa insecure kalau ada orang asing masuk rumah? Saya pernah. Apalagi yang nggak dikenal. Bukan cuma masalah kinerjanya aja sih, tapi kita juga butuh jaminan terhadap barang-barang kita juga, kan?

“Tapi kok kamu berani pesen GoClean? Kan itu masukin orang asing ke rumah juga.”

Saya merasa aman karena Mitra GoClean ini bekerja di bawah pengawasan GoLife. Ada layanan lain yang dikasih GoLife sebagai bentuk kenyamanan kepada pelanggan, yaitu GoLife Happiness Guarantee Program. Ada 3 janji untuk pelanggan yang akan mereka berikan sebagai bentuk komitmen kepuasan jasa layanan.


Apa itu GoLife Happiness Guarantee Program?


GoLife Happiness Guarantee Program adalah program dari GoLife yang menjamin kualitas dan keamanan layanan yang diberikan oleh mitra GoLife. Layanan ini sudah mencakuo semua layanan yang ada di GoLife, termasuk layanan GoClean.

GoLife Happiness Guarantee Program


Apa saja sih isinya?
Ada 3 komitmen yang dijanjikan oleh GoLife untuk memberikan kepuasan jasa layanan.

Garansi Layanan Ulang

Pernah nggak sih, pesen jasa tertentu terus nggak puas sama hasilnya? Abis itu apa ada jaminan uang kembali? Belum tentu. Apa da jaminan layanannya diulang sampai kita puas? Nggak juga.

Tapi GoLife beda. Mereka berani memberikan garansi layanan ulang ke pelanggan. Misalnya nih, kita udah pesen dan nggak puas dengan hasilnya. Kita bisa ajukan komplain melalui kolom rating.

Asuransi Layanan

Maunya setrikaan beres, eh, malah ada yang rusak atau hilang. Atau malah kena tindak kekerasan. Hmmm…



Ini nggak akan terjadi kalau kita pakai GoClean. Kenapa? GoLife sudah bekerja sama dengan PasarPolis dalam memberikan manfaat jaminan penggantian jika pengguna mengalami kehilangan barang, cedera fisik, atau membutuhkan perawatan medis akibat penggunaan layanan yang diberikan mitra GoLife. Kita akan mendapatakan manfaat perlindungan asuransi secara gratis, tanpa biaya premi polis maupun biaya lain. Plusnya lagi, seluruh biaya akan menjadi tanggungan GoLife.

Proses klaimnya bagaimana? Simak langsung di infografis berikut ya.


proses klaim asuransi
sumber : www.gojek.com

Mitra Berpengalaman

Selain mendapatkan pelatihan terstadarisasi dari GoLife, mitra GoLife sendiri juga sudah terverfikasi dan sudah melalui proses seleksi latar belakang. Jadi, nggak sembarang orang bisa masuk ke sini. Mereka yang menjadi mitra GoLife juga memiliki pengalaman kerja rata-rata 2 tahun di bidangnya. Dengan ini, kita, sebagai konsumen, akan terjamin mendapatkan pelayanan terbaik dari GoLife.


Kesimpulan

Saya yakin bahwa saya bukan satu-satunya orang yang enggan berurusan dengan cucian. Kalau dulu, mau tidak mau harus setrika sendiri. Sekarang sudah ada solusi yang bisa kita pakai untui membalas lambaian mesra cucian. Selain kita bisa awasi sendiri pekerjaan tersebut, GoClean juga memberikan berbagai layanan yang tidak hanya membuat kita senang menggunakan jasa setrikanya, tapi juga tenang.

Kamu punya masalah yang sama dengan saya? Panggil GoClean aja!

Oct 3, 2019

Ketika Istri Merasa “Diperkosa” Suami




Masalah seks sebetulnya sudah jadi hal yang wajar yang terjadi dalam pernikahan. Meski, pernikahan bukan hanya soal seks. Tapi di dalamnya pasti ada ini yang fungsinya sebagai penyaluran kebutuhan biologis. Ini normal dan halal dilakukan oleh pasangan suami istri. Tapi urusan ini jadi ramai setelah muncul RUU KUHP dan RUU PK-S yang intinya akan memperkarakan urusan ini. Dampaknya, kalau ini disahkan maka suami yang memaksa istrinya untuk berhubungan badan bisa dijerat pidana selama 9 tahun dengan tuduhan memperkosa istrinya.

Well, kasus ini jelas menimbulkan pro dan kontra.

Dari sisi yang pro bilang, “ini harus disahkan saja untuk melindungi perempuan dari kekerasan seksual yang dialami.”

Dari sisi yang kontra bilang, “pasal ini ngawur, orang sama istrinya sendiri kok nggak boleh. Itu halal lho. Terus harus gimana? Cari di luar?”

Perdebatan ini cukup sengit. Dari pihak yang merasa tersakiti dan pihak yang merasa itu adalah haknya. Kalau cuma mau lihat dari pribadi masing-masing, apa yang dirasakan dan apa yang sudah jadi haknya, masalah ini tidak akan pernah selesai. Gitu aja terus sampai Squidward berhenti kesel sama Spongebob dan bersahabat karib.



Nggak ada asap tanpa api. Masalah semacam ini juga nggak akan masuk dalam RUU kalau nggak pernah ada keluhan. Kalau hubungan pernikahan antara suami istri ini berjalan sesuai koridornya. Masalahnya, nggak begitu. Meski agama sudah mengatur bagaimana keduanya seharusnya berinteraksi, bahkan untuk urusan ranjang. Praktiknya tidak begitu. Kalau akhirnya muncul masalah, ya jelas aja.

Ini seperti kita lagi naik kendaraan, terus kita nggak mau mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Mau belok kanan, lampu sein yang dinyalain yang kiri. Lampu merah, waktu berhenti masih ngeyel nerobos juga. Apa yang akan terjadi? Ya ruwet itu tadi.

Nah, sekarang kita tengok duduk permasalahannya ada di mana.

Fakta yang Terjadi

marital rap



Waktu awal-awal nikah, saya sempat ikut webinar selama beberapa pekan yang membahas tentang masalah reproduksi wanita. Ada satu pertanyaan yang wow banget saat itu. Saya tidak tahu siapa yang bertanya karena semua pertanyaan dikumpulkan melalui admin.

“Saya sudah menikah dan punya 2 anak. Saya mau tanya bagaimana seorang perempuan ketika mengalami orgasme itu sendiri? Selama ini, saya tidak bisa menikmati hubungan badan dengan suami karena selalu merasa kesakitan.”



Kurang lebih pertanyaannya begitu. Buat saya, ini aneh. Kok bisa nikah selama itu dan dia terus merasa kesakitan? Kalau dia pengantin baru, belum pernah jebol sama sekali  pertahanannya, wajar begitu. Lha ini udah menikah, udah banyak kali mungkin melakukan hubungan badan. Tapi tetap sakit?

Pertanyaan lain juga ada yang nggak kalah menarik. Intinya sih, adakalanya dia merasa diperkosa oleh suaminya sendiri. Dia galau. Kalau suami minta, terus nggak dituruti, maka dia akan dilaknat oleh Para Malaikat. Tapi, kalau diteruskan, dia sendiri yang merasa kesakitan.

Sakitnya kayak apa sih? Buat yang belum menikah dan berhubungan badan sama sekali mungkin nggak bisa menggambarkan seperti apa rasanya. Kalau mau tahu, coba aja lakukan hal ini.

Coba lipat lengan kalian, terus masukkan jari ke dalamnya. Gesek-gesekkan jari itu ke lipatan lengan itu. Pastikan tidak sedang berkeringat, tidak ada sabun atau lotion yang ada di lengan itu. Seperti apa rasanya? Panas, perih, nggak nyaman. Kurang lebih seperti itu yang dirasakan kalau pihak perempuan belum siap.



Ada jugaa curhatan lain yang muncul terkait masalah ini. Waktu itu nggak sengaja nemu IGTV yang membahas masalah seks dalam obrolan santai. Ini agak fulgar sih, tapi nggak apa-apa ya.

“Kalau suami lagi pingin tuh suka nggak tahu waktu dan sikon. Kadang, kita dibangunin tengah malem buat diajakin dines. Masih ngantuk, mood belum kebangun, udah main gasak aja. Harusnya kan nggak gitu. Diapain dulu kek, biar kitanya sama-sama enak.”

Kasus terakhir yang mungkin paling sering dialami oleh para istri di luar sana. Ini juga yang mungkin bikin mereka jadi enggan kalau diajak main.



Oya, sebetulnya korban dari marital rape ini tidak harus perempuan ya. Katanya sih begitu. Tapi, kalau saya ngobrol sama suami, kita sama-sama nggak nemu sisi diperkosanya di bagian mana. Karna ya balik lagi, semuanya bisa sama-sama enak, kalau pihak perempuan menikmati. Kalau laki-laki diperkosa, ini gimana ceritanya? Beneran, dia nggak ikutan menikmati juga setelah itu?

Ini masih jadi misteri juga.


Jika Istri Menolak

marital rap


Lalu, apa yang terjadi kalau istri menolak hubungan badan?

Contoh ini muncul dalam obrolan salah satu WAG yang saya ikuti. Jadi ceritanya ada orang yang curhat ke salah satu penghuni WAG. Posisinya dia sedang hamil. Kalau hamil, biasanya Hasrat seksual memang menurun drastis. Gimana nggak turun, urus badan aja repot. Ya mual lah, ini lah, itu lah. Karena si istri ini tidak mampu memenuhi keinginan suaminya dalam kondisi seperti itu, akhirnya suaminya ngebokep.



Saya nggak mau mengecilkan masalah bokep ini. Tapi ini baru ngebokep. Nonton film porno saja. Bagaimana kalau yang terjadi jauh lebih parah dari itu? Suami jajan di luar saat istrinya sedang hamil. Kebayang nggak gimana potek-potek hatinya kalau tahu kenyataan semacam ini?

Dampak lain, ini dijelaskan dalam hadist shahih. Istri yang menolak ajakan suami untuk berhubungan, tanpa alasan yang syar’I, maka dia akan dilaknat oleh malaikat. Terkait hal ini, Rasulullah juga pernah menerangkan bahwa doa orang yang tidak berdosa itu doanya mudah diijabah oleh Allah. Kita tahu sendiri kalau malaikat itu nggak pernah bikin dosa. Bayangkan kalau mereka berdoa ramai-ramai untuk melaknat kita sampai pagi hari?

Ini semacam makanan yang dibuka. Tidak ditutup. Lalat, debu, dan lain-lain bisa hinggap dimakanan tersebut. Itu juga yang akan terjadi. Kalau Allah turunkan wabah penyakit, ya kita bisa kena. Kalau ada yang kirim sihir atau teluh, kita bisa kena juga.

Horror? Banget.


Kenapa Hal Ini Bisa Terjadi?

marital rap


Dampaknya ngeri ya. Kerusakan memang bisa terjadi di mana-mana, hanya karena urusan ranjang saja. Dari pada saling ngeyel, yuk, kita cari duduk masalahnya ada di mana. Kenapa sih hal semacam ini bisa terjadi?

“Jika seorang suami mengajak istrinya ke ranjang, lalu istrinya menolaknya sehingga dia (suami) melalui malam itu dalam keadaan marah, maka malaikat melaknat istrinya hingga subuh.”

Itu dalil yang menjelaskan. Selow dulu ya. Jangan ngegas kalau baca ini.

Waktu pertama kali saya dengar dalil ini, hal yang terbesit dalam benak saya adalah betapa mudahnya seorang istri berdoa terhadap suaminya. Karena, misal kita lagi masak dan suami ngajak ke ranjang, maka masaknya harus ditunda dulu untuk memenuhi hasrat seksual suami. Apalagi kalau pengantin baru, misal suami minta lebih dari 5 kali sehari, ya harus diiyakan. Wownya lagi, hal ini tidak berlaku untuk istri.

Kesannya memang sesaklek itu. Tapi, pada praktiknya tidak. Istri bisa saja menolak hal ini kalau ada udzur syar’i. Misal, sedang sakit, kelelahan, atau menstruasi. Hal semacam ini bisa dikomunikasikan dengan suami.

Pointnya itu. Jadi, kita nggak cuma bicara tentang hak dan kewajiban suami istri tapi juga bagaimana komunikasi antara keduanya.




Nah, kalau ceritanya si istri cuma nggak mood aja gimana?

Hello, dalam pernikahan itu bukan cuma istri lho yang punya kewajiban. Suami juga lho. Suami ini qawwam bagi istrinya. Dia yang memimpin. Dia imamnya. Tapi posisinya kan nggak seperti atasan dan bawahan ya. hubungan suami istri itu seperti seorang sahabat. Saling memperlakukan dengan baik.

Kalau istri belum mood gimana? Ya komunikasikan dong. Terus cari solusinya supaya keduanya sama-sama enak. Misal, dengan membangkitkan hasrat seksual istri dulu. Nggak main sikat aja. Ini juga dzalim. Dalam buku Barakallahu Laka yang ditulis oleh Ustadz Salim Fillah, hal yang semacam ini dijelaskan secara detail. Bahkan, kalau memang diperlukan, ngasih makanan dan minuman yang bisa membuat istri lebih rileks dan nyaman juga perlu dilakukan. Bahkan sampai ngatur ritme yang pas supaya keduanya sama-sama enak.



Dalam kasus si istri yang selalu merasa sakit itu, sebetulnya ada kemungkinan lain yang terjadi. Bukan hanya soal hak dan kewajiban suami istri yang tidak dijalankan dengan baik. Atau masalah komunikasi yang bermasalah. Bisa jadi, salah satunya memang sakit secara psikologis. Misal, istrinya punya trauma di masa lalu atau suaminya yang memang suka sensasi sakit yang dirasakan saat berhubungan seksual. Kan ada ya yang begitu itu.

Kalau kondisinya begini bagaimana? Nolak itu nggak masalah. Karena memang ada udzur syar’i. Tapi buian berarti masalah itu dibiarkan berlarut-larut. Kalau memang butuh bantuan psikolog ya lakukan. Sekali lagi, dampaknya besar.

Iya, mungkin bisa lepas dari laknat malaikat. Bagaimana kalau suami justru lari ke perempuan lain? Mencari pemenuhan pada tempat yang lain. Ngeri kan?


Kesimpulan



Percayalah bahwa Islam sudah mengatur segalanya dengan sedemikian sempurna. Urusan ranjang saja dibahas begitu detail dalam Islam. Bahkan tidak hanya melihat dari satu sisi saja, harus dari keduanya, baru diambil bagaimana seharusnya bersikap. Masalah semacam ini tidak akan terjadi kalau kita mau mengembalikan masalah pada koridor penyelesaian yang shahih.

Pernikahan itu adalah ibadah terlama yang akan dijalani. Tantangan yang ada itu luar biasa besar. Baik suami atau istri itu perlu untuk terus belajar teekait ibadah-ibadah yang ada di dalamnya. Bagaimana seharusnya bersikap, bagaimana ketika masalah A-Z muncul. Masalah bisa saja terjadi, bukan hanya karena tidak dikembalikan pada koridor penyelesaiannya yang seharusnya, tapi bisa jadi karena minimnya ilmu kita untuk mengambil solusi tersebut.

Jadi, bukan berarti nggak ada solusinya. Kita aja yang nggak tahu.

Ini juga jadi reminder untuk diri saya sendiri untuk terus belajar, belajar, dan belajar mengkaji Islam. Bukan hanya dalam hal pernikahan saja, tapi semua aspek kehidupan.