Oct 14, 2019
Kerja Sesuai Passion Asyik Nggak Sih?
Ceritanya abis dengerin Rapot episode terbaru. Mereka lagi cerita tentang pekerjaan pertama mereka. Gimana dulu mereka struggle banget untuk jadi MC. Kalau sekarang sih nggak perlu ditanya lagi ya. Udah kondang semua. Bayarannya juga bombastis.
Obrolan mereka bikin saya keinget gimana dulu akhirnya banting setir jadi blogger. Setelah resign dari pekerjaan sebagai dosen, pindah ke Bogor, akhirnya menyibukkan diri dengan nulis.
Pertama kali merintis karier jadi blogger tuh moodbosternya gedhe banget. Agustus saya ikut lomba blog, september diumumkan sebagai Juara 2. Padahal, itu pertama kalinya ikut lomba. Next month, saya ikut challenge salah satu komunitas. Bikin artikel di blog selama 30 hari. Temanya mereka yang tentukan. Boleh juga artikelnya diupload ke website mereka. Eh, menang lagi.
2 kemenangan ini yang bikin saya makin PD untuk nulis terus. Lepas dari 2 tantangan ini, saya mulai serius belajar nulis dan blogging. Gimana caranya dapat duit dari blogging juga saya pelajari semuanya.
Langsung menghasilkan pundi-pundi rupiah? O tentu tidak. Ini takes time buat bangun blog yang kece dan bersahabat sama Google.
Job pertama saya waktu itu review satu produk fashion. Dibayar? Enggak. Cuma dikasih produk aja. Tapi nggak apa-apa sih. Waktu itu saya mikirnya buat pengalaman aja.
Mungkin karna saya sendiri juga nggak terlalu minat dengan produknya ya, reviewnya juga jadi gimana gitu. Tapi yaudah lah ya. Telen aja.
Next job, saya ditawari content placement. Rate-nya lumayan untuk blog saya yang masih baru begini. Saya iyakan dan semua yang dia minta saya kerjakan. Saya nggak ngerti tuh masalah bikin laporan hasilnya gimana. What should I do after publish my blog post tuh nggak ngerti.
Tapi dari sini saya belajar banyak. Semuanya nggak mudah di awal. Bikin tulisan yang bisa terjadwal itu nggak mudah. Bahkan, setelah job datang juga nggak mudah. Bayarnya lamaaaaaa sekali. Iya kalau besar, berjuta-juta. Paling cuma ratusan ribu. Turunnya bisa berminggu-minggu.
Bisa sih ikut yang pasti-pasti aja. Bidding project di website pengelola project. Ini juga pernah. Tapi duitnya juga nggak seberapa sih. Dulu, saya menawarkan diri juga aneka macam topik. Begitu diterima, ternyata artikelnya jadi nggak oke di blog saya. Akhirnya saya stop.
Program afiliasi juga pernah saya ikuti. Menghasilkan? Tidak. Sama sekali nggak menghasilkan apa-apa. Ada sih yang klik. Lihat isinya apa. Tapi nggak sampai beli. Padahal, saya baru akan dapat duit dari situ.
Upaya lain yaitu bikin kelas blogging. Saya suka ngeblog. Saya juga suka ngajar. Adanya kelas blogging ini betul-betul memfasilitasi saya untuk dapat keduanya. Saya bahkan nggak nyangka banget kalau kelas online ini bisa menghasilkan rupiah banyak sekali.
Saking banyaknya, saya jadi pingin buka kelas lagi untuk bulan Oktober. Sayangnya, kondisi tidak memungkinkan. Ada project lain yang ingin saya kejar sebelum saya melahirkan.
Well, it's not easy to be blogger. Kejar tayang jadwal publish biar DA PA naik. Belum lagi harus blogwalking, bangun personal branding di sosial media, masih harus belajar SEO juga biar trafficnya ketolong meski nggak bisa share di sosmed.
Banyak hal yang harus dilakukan. Pernah banget pas lagi semangat-semangatnya terus dapat amanah lain yang nguras waktu. Lepas dari amanah itu, kena drama mkrning sickness. Setelah itu, masih harus menghadapi fakta MOZ ganti aturan lagi. Efeknya, DA anjlok parah. Padahal tahun ini punya target DA yang cukup tinggi juga. Tapi rasanya terlalu jauh deh.
Kerja keras pakai banget buat ngebangun blog ini. Begadang buat ngatur ini itu juga nggak sesekali aja. Tapi lepas dari itu, I'm happy.
Dulu, waktu ngajar tuh rasanya nguras energi banget. Pulang dari kerja udah super duper capek dan nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Setelah pindah haluan, jam kerja sering kali meningkat juga, kok rasanya energinya tuh adaaa terus. Semacam tidak pernah padam.
Kerja sesuai passion itu asyik kok. Meski seringkali kita harus merelakan banyak waktu untuk all out di sini, tapi ya seru aja gitu. Tanpa tekanan. Bisa enjoy ngejalaninnya.
Kalau soal duit, ini beneran jangan terlalu berharap. Semuanya kalau baru merintis tuh pasti susah. Bisa boncos banget gitu.
Pernah juga baca curhatan blogger lain. Mereka kelihatannya aktif banget datang event. Biasanya kan kalau datang event emang dibayar ya. Tapi ternyata nggak semua begitu. Ada yang cuma buat bangun branding aja. Ada yang bahkan bayar event itu.
Beneran nggak bisa berharap langsung dapat durian runtuh. Kita emang kudu struggle dulu di awal. Belajar ini itu. Bangun ini itu.
Berapa bulan baru menghasilkan? Ini relatif ya. Bisa beda tiap orang. Tergantung gimana cara kita berusaha aja. Udah seberapa kenceng usahanya. Seberapa gedhe halangannya. Gitu.
Bisa nggak dijadikan pekerjaan utama?
Bisa aja kalau udah jalan. Kalau masih struggling ya mending punya pekerjaan lain sih. Kerjanya pasti, duitnya belum tentu ada. Buat orang yang emang butuh untuk menafkahi ya susah kalau ngandelin ini aja. Tapi kalau cuma buat dijadiin freelance aja, bisa lah yaa..
Oct 10, 2019
10 Hal yang Harus Kamu Lakukan Setelah Posting Tulisan di Blog
Traffic
tinggi, DA/PA ciamik, artikel bisa masuk Page One. Rasa-rasanya ini sudah jadi
common dream para blogger ya. Siapa sih yang nggak kepingin begitu?
Indikator-indikator tadi yang menentukan bagaimana performa blog kita. Makin
baik nilainya, pintu rejeki terbuka semakin lebar pula. Iya apa iya?
Masalahnya, cita-cita
semacam ini adakalanya tidak diimbangi dengan usaha yang relevan. Mungkin
karena anggapan bahwa setelah menulis di blog semua masalah selesai. Macem
orang abis pup gitu. Ngeden, keluar, siram. Selesai. Padahal blogging itu nggak
sekedar nulis aja. Kalau cuma nulis, terus tutup laptop, bagaimana caranya
tulisan kita akan ditemukan oleh pembaca?
“Tulisan itu akan menemukan pembacanya masing-masing.”
Siapa yang
keracunan quotes ini? Banyak orang yang akhirnya tidak melakukan hal lebih,
hanya karna membaca quotes ini. Salah? Tidak. Quotes ini tidak salah. Tapi kita
yang keliru mengitepretasikannya.
Tulisan itu
memang akan menemukan pembacanya masing-masing, kalau kita mau bagikan. Tunjukkan
pada orang lain. Suatu saat nanti, dia akan menemukan orang yang setia dengannya.
Tapi kalau hanya diam saja, ya jadi macam diary yang digembok dan ditaruh di
bawah bantal itu. Siapa yang membaca? Penulisnya sendiri.
Kalau kamu
masih menganut hal semacam ini dan ingin traffic blog meningkat, bertobatlah.
Kembalilah ke jalan yang benar. Caranya? Tulisan yang kamu buat tidak bisa
dibuat suka-suka. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan agar bukan hanya
pembaca yang mau melirik
tulisan kita, tapi juga mesin pencari. Setelah publish tulisan di blog,
usaha kita tidak berhenti sampai di situ saja. Ada beberapa hal lain yang juga
harus kita lakukan.
1. Bagikan
ke sosial media
Meski kita
sudah menerapkan SEO on Page. Tulisan kita tidak akan langsung terindeks oleh
mesin pencari. Artinya, butuh waktu bagi orang lain untuk akhirnya menemukan
tulisan kita. Sedangkan, kita ingin tulisan kita segera dibaca oleh orang dan
mendapatkan respon dari orang lain. Ya, kan? Untuk mempersingkat waktu itu, jangan
sungkan untuk membagikan tulisan kita di sosial
media yang kita miliki. Ini bukan hanya agar tulisan kita cepat dibaca
orang saja, sosial media juga bisa kita gunakan sebagai sarana untuk branding
diri kita.
2. Jadwalkan
untuk membagikan tulisan di Twitter beberapa kali
Ada yang masih
main Twitter? Kalau dibandingkan dengan Youtube dan Instagram, iya memang tidak
seramai itu. Tapi masih banyak lho orang yang main Twitter. Mau bukti?
Masih ingat
cerita horror yang viral dari thread Twitter? Itu lho KKN Desa Penari. Sekarang
sudah keluar novelnya. Dari Twitter, kemudian jadi viral dan bukunya dicari
oleh banyak orang.
Lalu,
bagaimana dengan tulisan kita di blog? Tidak ada salahnya juga kita bagikan di Twitter.
Bukan hanya sekali. Buat semacam kultweet yang membahas topik tersebut. Sesudahnya,
kita bisa bagikan link lengkapnya. Sesekali kita bisa angkat lagi topik tersebut
dan menyertakan link blog kita. Cara seperti ini yang biasanya akan memancing
orang untuk membaca tulisan kita. Alih-alih langsung share link saja.
3. Buat
Instagram Story untuk promosi tulisan baru
Yap, memang
menyenangkan kalau bisa memanfaatkan fitur ini. Tapi, yakin setelah punya
follower lebih dari 10K tulisan kita akan ditengok oleh follower kita? Eits, belum
tentu.
Kita perlu
ingat bahwa orang hanya akan mau melakukan hal yang kita inginkan, kalau mereka
penasaran dengan isinya. Kira-kira mana yang lebih bikin penasaran? Langsung update
kalau kita abis share tulisan di blog, atau jaring interaksi dengan follower
dulu?
Nggak perlu
lihat data sih. Kita bisa tanyakan ke diri kita sendiri. Mana yang lebih kita
suka? Kalau sudah ketemu jawabannya, ya lakukan.
Saya pribadi
lebih tertarik dan kepo dengan tulisan tertentu setelah saya mengikuti sharing singkat
yang dibagikan oleh penulis di instastory-nya
dibanding yang langsung share tulisannya. Cara ini kemudian saya buktikan
sendiri. Kalau saya langsung share tulisan dan minta follower saya klik link di
bio saya ternyata sedikit sekali yang mau klik tulisan ini. Dapat 1 saja sudah
untung. Ini lain ceritanya kalau saya sharing dulu. “Ngobrol” dulu dengan
follower saya. Orang yang klik link saya juga jadi lebih banyak. dibilang
banyak sekali juga tidak. Dari total follower, ada 10% yang membaca story saya.
5-10% dari pembaca itu yang akhirnya klik link yang saya bagikan setelah saya
buat sharing sebagai bahan promosi.
Saya yakin,
ketika engagement
dengan follower terbangun, akan semakin banyak lagi orang yang akan membaca
blog kita setelah kita punya fitur swipe up.
“Gimana caranya?
Tiap kali bikin interaksi sedikit sekali yang mau baca apalagi merespon.”
Apa sih yang
bikin kita tertarik untuk baca? Karena kepo, kalau nggak gitu karena kita butuh
informasi itu. Ini sebabnya kita harus memastikan bahwa follower yang kita
miliki saat ini memang sesuai dengan target pembaca yang kita mau. Kalau tidak
bagaimana? Ya effortnya akan jauh lebih tinggi lagi.
4. Share
di Facebook Group
Kamu tergabung
di banyak komunitas? Manfaatkan komunitas-komunitas yang kamu miliki untuk
membagikan tulisanmu. Makin banyak komunitas yang kita ikuti, makin banyak pula
peluang kita untuk membagikan tulisan-tulisan kita.
5. Respon
komentar yang masuk
Share di
sosmed sudah. Buat konten promosi di Twitter, Instagram Story, dan Facebook
sudah. Lalu, apa lagi?
Yuk, tengok
blog kita sendiri. Setelah tulisan kita bagikan, biasanya akan ada orang yag
berkunjung ke blog dan meninggalkan jejak di sana. Komentar-komentar yang masuk
itu jangan dianggurin aja. Engagement juga perlu kita bangun di sini. Sebisa
mungkin balas semua komentar yang masuk.
“Tapi repot,
Lel. Banyak sekali komentarnya.”
Kalau tidak bisa
melakukan setiap hari, kita bisa kok buat jadwal khusus hanya untuk membalas
respon yang masuk. Lakukan hal ini sekali waktu itu. Ini untuk efisiensi kerja juga
sih.
6. Blogwalking
Selain membalas komentar dan membagikan tulisan di blog,
lakukan juga blogwalking ke blog lain. Cara ini ternyata bisa membantu kita untuk
mendapatkan traffic lain. Kalau mau dianalogikan, ini semacam ketuk pintu rumah
orang, lalu menyapanya. Orang jadi lebih notice, kan?
7. Cek
Google Analytic untuk melihat performa
Kalau semuanya sudah dilakukan, saatnya kita buka Google Analytic untuk melihat performa blog kita. Dari semua usaha yang sudah kita lakukan itu, dampaknya apa sih? Kita bisa tahu dari data statistik yang ditampilkan oleh Google Analytic.
“Oh,
banyak yang mengunjungi. Tapi ternyata mereka cuma nengok aja, nggak baca
tulisan kita.”
“Oh, tulisan
kita ternyata banyak dikunjungi dan dibaca.”
“Oh, topik
yang begini yang ternyata disukai oleh pembaca kita.”
Semuanya bisa
kita ketahui dari Google Analytic. Kalau sudah tahu, kita tinggao membuat
evaluasi dan perencanaan ke depan untuk perbaikan performa blog kita.
8. Promosikan
kembali tulisan di sosial media
Biasanya nih,
kita rajin sekali membagikan tulisan yang baru saja kita tulis ke sosial media.
Tapi sayangnya, kita banyak melupakan tulisan-tulisan lawas kita. Kalau mau
dapat traffic tinggi, tulisan-tulisan lama kita juga jangan sampai lupa
dibagikan. Caranya bisa dengan sharing di komunitas, lalu memberikan link sebagai
alat bantu untuk menjelaskan topik yang kita bahas tadi.
9. Upgrade
konten sesuai dengan kebutuhan
Tulisan kita ternyata sudah mulai banyak dilirik nih. Nah,
sesekali lakukan inspeksi tulisan-tulisan lama. Ingat, orang tidak hanya akan
membaca tulisan terbaru kita. Tulisan kita jaman baheula juga memungkinkan
untuk mereka baca. Padahal, dulu mungkin cara kita nulis masih suka-suka, typo
juga di sana-sini, alur pun nggak jelas. Kita bisa upgrade tulisan kita jadi
lebih baik lagi. Atau, semisal kita punya informasi terbaru terkait topik yang
pernah kita tulis, ya sudah upgrade saja tulisan tersebut. Kita nggak harus lho
bikin tulisan dari awal banget.
10.
Apresiasi diri
Ini bagian yang paling penting juga. Apa yang sudah kamu
lakukan dari nomor 1-9 itu bukan hal yang mudah. Butuh effort yang besar untuk
melakukan semua itu. Jangan lupa untuk mengapresiasi diri sendiri. Kejar target
itu oke, tapi kalau sampai membuat kita lupa bahwa kita sudah mengupayakan
banyak sekali cara, ini juga tidak baik. So, jangan lupa untuk berterima kasih
pada diri sendiri atas segala kerja keras yang sudah dilakukannya.
Kesimpulan
Nah, itu
tadi 10 hal yang bisa kita lakukan setelah posting tulisan di blog. Tujuannya ya
supaya tulisan kita lebih cepat menemukan pembacanya. Banyak sekali memang PR
yang perlu kita lakukan, tapi kalau semuanya dilakukan dengan senang hati, sebanyak
apapun, tetap bisa kita nikmati.
Kalau kamu
punya tambahan cara lain untuk menemukan pembaca, tulis di kolom komentar ya.
Oct 7, 2019
Review GoClean: Solusi Cerdas Membalas Lambaian Mesra Tumpukan Cucian
Ayah saya seorang tentara dan ibu saya adalah guru. Sedari kecil, saya
dan adik sudah dibiasakan menggunakan pakaian yang rapi, bahkan untuk sekedar
main sama tetangga saja. Keluar rumah itu haram hukumnya kalau belum mandi.
Baju yang kami pakai juga pasti sudah disetrika oleh ibu.
Beranjak dewasa, tentu saja ibu saya ingin hal ini ditiru oleh kedua
anak gadisnya. Saya dan adik harus bisa setrika baju sendiri dan bertanggung jawab
atas hal ini. Sayangnya, pelajaran ini rasa-rasanya susah sekali saya terima.
Setrika itu sudah capek, panas, baju juga tidak kunjung rapi. Belum
lagi komplain dari ibu tentang baju hasil setrikaan saya.
"Kok gini sih?"
"Kok gitu sih?"
Kalau nggak bener, beliau minta untuk setrika ulang. Hmmm... Sudahlah
enggan, jadi semakin enggan lagi. Rasa-rasanya pingin say good-bye saja dari
aktivitas setrika ini.
Perantauan Menyelamatkan dari Aktivitas Setrika
sumber : pexel.com |
Tahun 2009, saya mulai merantau ke Surabaya. Tinggal jauh dari orang tua. Artinya, paksaan untuk setrika baju sendiri juga sudah tidak ada lagi. Alih-alih memilih menghabiskan waktu untuk setrika, saya lebih memilih cari laundryan paling murah di dekat kost. Di sanalah cucian saya berlabuh.
Kalau dibilang bebas sepenuhnya dari altivitas setrika, ya tidak juga.
Baju yang masuk lemari kan biasanya ada bekas lipatan yang mengganggu. Saya
masih setrika baju-baju saya saat akan berangkat kuliah atau keluar kost. Tapi
ini jauh lebih mudah karena saya hanya mensetrika ulang baju-baju itu.
Ibu saya tidak pernah komplain akan hal ini. Tepatnya, beliau tidak
tahu kalau selama ini saya begitu. Kebiasaan ini berlangsung selama 9 tahun
saya tinggal di Surabaya.
Sebetulnya, saat itu saya sedikit khawatir dengan diri sendiri. Saya
tidak biasa mengurus cucian sendiri. Bagaimana kalau nanti saya berumah tangga?
Jumlah cucian yang harus saya urus tentu juga akan lebih banyak dari yang biasa
saya urus. Kalau masih berdua, ya bisa dua kali lipat. Kalau nanti punya anak?
Hmmm... Bisa bertambah berkali-kali lipat.
Membalas Lambaian Mesra Cucian Setelah Menikah
Benar saja. Setelah menikah, cucian yang melambai semakin banyak.
Kalau tidak segera disentuh, dia akan berkembang biak, punya anak dan cucu yang
bikin makin pusing lagi. Mau tidak mau, saya harus menemukan solusi cermat
untuk membalas lambaian mesra cucian ini. Ada beberapa trik yang saya pakai.
1. Tidak semua pakaian disetrika
Untuk mengurangi beban setrika, saya hanya akan mensetrika pakaian
yang harus disetrika saja. Contoh, kemeja kerja suami, gamis-gamis saya. Semua
baju yang memang saya dan suami pakai untuk keluar rumah saja yang akan saya
setrika.
2. Lipat Menggunakan Metode Konmari
Baju-baju lain, seperti baju rumah dan kerudung biasanya saya lipat
menggunakan metode konmari. Caranya, saya haluskan baju-baju itu dengan telapak
tangan saya. Kemudian saya lipat. Sebetulnya, cara ini tidak membuat baju yang
dilipat jadi serapi baju yang disetrika. Tapi hasilnya lumayan lah. Apalagi
bajunya cuma dipakai di rumah saja. Tak masyalah kalau kusut-kusut sedikit.
3. Setrika Kerudung Hanya Ketika Akan Keluar Rumah
Tadi saya cerita kalau kerudung-kerudung yang saya miliki tidak saya
setrika ketika masuk ke lemari. Ini juga bukan berarti saya keluar rumah dengan
kerudung super duper kusut ya. Kerudung-kerudung ini baru disetrika kalau saya
mau pakai saja. Selebihnya ya dilipat saja.
3 cara tersebut betul-betul berhasil menghilangkan stress ketika
cucian mulai melambai mesra. Saya bisa mengurangi waktu untuk berpanas-panas
ria dengan setrika.
Tapi itu dulu...
Sebelum suami lebih sering pakai t-shirt ke kantor. Sebelum saya hamil
juga.
Beberapa bulan terakhir, suami saya jarang sekali mengambil kemeja
dari lemari. Katanya sih karena cuma kerja di kantor saja. Pekerjaan suami saya
memang tidak mengharuskan menggunakan pakaian formal. Suami dan teman-teman
kerjanya, kalau memang tidak bertemu klien ya cukup pakai t-shirt saja selama
di kantor. Bahkan, ada yang pakai celana pendek. Sesantai itu.
Suami sebetulnya sudah tidak banyak komplain tentang urusan setrika
ini. Asal bajunya rapi, itu sudah cukup. Kusut-kusut sedikit juga nggak masalah
buat dia. Tapi saya yang nggak enak sendiri. Masa dia ke kantor pakai t-shirt
kusut?
Akhirnya, pola tadi tidak lagi saya pakai. Saya sudah tidak lagi
memilah pakaian untuk disetrika. Sebelum masuk lemari, semua baju wajib
disetrika.
Awalnya memang berat. Beraaaat sekali. Demi suami, apa sih yang tidak.
Lambaian Mesra Baju-Baju Bayi
Sejauh ini, saya bisa membalas lambaian mesra cucian itu. Lama
kelamaan jadi terbiasa juga. Waktu setrika biasanya saya pakai juga untuk
nonton drama korea atau realitu show korea supaya tidak terasa capeknya.
Tantangan baru muncul lagi. Kehamilan yang semakin besar menandakan
pula kalau sebentar lagi janin yang ada di dalam perut saya akan segera
launching. Persiapan kamar bayi, baju-baju bayi, dan perlengkapan lain sudah
harus mulai disiapkan sejak sekarang. Ibu-ibu saya sudah berpesan begini,
"baju bayi abis beli jangan lupa dicuci dan disetrika dulu."
Mereka tahu betul kalau saya enggan melakukan ini. Saya bisa saja memberikan le laundry, tapi saya agak ragu dengan penanganan jasa laundry. Kalau tidak bersih betul bagaimana? Sudah keluar uang, bayi kena masalah kulit pula. No no no!
Saya handle sendiri. Semua baju bayi yang sudah kami beli saya
masukkan ke ember untuk dicuci. Price tag dan stiker keterangan SNI saya cabut
semuanya. Setelah semuanya masuk, saya shock sendiri. Baju-baju bayi yang saya
kumpulkan ternyata ada 1 ember besar penuh. Ini sudah termasuk popok, selimut,
bedong, dan alas ompol ya.
Banyak sekali. Mencuci baju sebanyak itu bukan masalah sulit. Kami
sudah punya mesin cuci di rumah. Tapi setrikanya... Huhuhu... Membayangkan saja
sudah pusing.
Itu belum baju-baju saya dan suami. Kalau digabungkan bisa setinggi
gunung tentunya. Terbayang sudah berjam-jam menyelesaikan setrikaan sebanyak
itu dalam kondisi perut yang semakin besar. Badan yang mulai cepat boyokan
juga. Kaki yang juga cepat sekali lelah.
Aha! Panggil GoClean Aja!
Alhamdulillah, saya menemukan solusi. Ada GoClean yang siap membantu kita untuk
setrika.
Itu pertanyaan yang sering muncul kalau saya bilang mau panggil GoClean
untuk setrika. Kebanyakan orang mungkin tahunya dia hanya akan membantu kita
bersih-bersih rumah saja. Tapi ternyata tidak lho. GoClean juga bisa dipanggil
untuk setrika baju di rumah. Jadi, kali ini saya akan ceritakan Review GoClean yang
saya pesan kemarin untuk membalas lambaian mesra cucian.
Semuanya berawal dari galau dan mager berat untuk setrika baju-baju
sendiri dan dedek bayi. Belum apa-apa sudah parno dengan panasnya uap setrika
dan punggung yang boyokan. Tanpa pikir panjang lagi, saya langsung ambil HP dan
buka aplikasi GoLife. Lalu, klik GoClean. Pilih kategori layanan yang Spesial.
Di sini, saya pilih jasa Setrika sesuai dengan apa yang saya butuhkan.
Aplikasi ini sudah menyediakan estimasi pengerjaan bergantung jenis
dan jumlah pakaian. Jadi, kita bisa kira-kira sendiri nih, berapa lama kira-kira
waktu yang kita butuhkan untuk menggunakan jasa ini. Makin banyak cucian, tentu
saja jam yang dipilih akan semakin banyak. Tapi, tidak perlu khawatir. Semakin
lama menggunakan jasa GoClean, harga per jamnya justru lebih murah lho.
Kita juga bisa memilih mitra yang nantinya akan melayani. Mau random boleh, mau wanita bisa, mau pria juga bisa. Semuanya terserah kita. Kalau semuanya sudah, kita tinggal lanjutkan pemesanan, atur waktu kapan kita ingin mereka datang. Klik pesan. Semudah itu.
Kita juga bisa memilih mitra yang nantinya akan melayani. Mau random boleh, mau wanita bisa, mau pria juga bisa. Semuanya terserah kita. Kalau semuanya sudah, kita tinggal lanjutkan pemesanan, atur waktu kapan kita ingin mereka datang. Klik pesan. Semudah itu.
Layanan ini khusus kita pakai untuk setrika dan melipat pakaian saja
ya. Jadi, tidak bisa digabungkan dengan layanan GoClean yang lain. Untuk
peralatan setrika, kita juga yang harus menyediakan semuanya. Baik setrika,
maupun cairan pelicin yang nanti akan digunakan.
Selanjutnya, kita tinggal tunggu mitra datang. Kemarin saya pesan 3 jam. Kebetulan sekali sedang ada promo, jadi dapat potongan Rp25.000,-. Semakin murah lagi deh. Mamak happy kalau begini ini.
Mitra datang tepat waktu. Sebelumnya, kami sempat berkirim pesan juga melalui aplikasi untuk memastikan alamat rumah saya.
Selanjutnya, kita tinggal tunggu mitra datang. Kemarin saya pesan 3 jam. Kebetulan sekali sedang ada promo, jadi dapat potongan Rp25.000,-. Semakin murah lagi deh. Mamak happy kalau begini ini.
Mitra datang tepat waktu. Sebelumnya, kami sempat berkirim pesan juga melalui aplikasi untuk memastikan alamat rumah saya.
Mitra GoClean yang ke rumah |
Namanya, Bu Dian Puji Astuti. Beliau mitra GoClean yang melayani kami. Begitu datang, saya persilakan beliau masuk ke rumah dulu. Setelah itu saya kasih tahu mana pakaian yang harus disetrika terlebih dahulu. Ini penting. Meski saya sudah perhitungkan estimasi pengerjaan, tapi bisa saja perkiraan saya keliru. Nah, paling tidak cucian yang paling bikin riweh sudah dikerjakan Bu Dian. Jadi, saya tinggal kerjakan sisanya kalau waktu tidak memungkinkan.
Selama proses pengerjaan, saya nggak banyak mengarahkan. Beliau sudah tahu harus melakukan apa. Request dari saya juga dilakukan dengan baik. Dalam waktu 3 jam, semua pakaian selesai. Alhamdulillah, nggak jadi setrika sendiri. Senang sekali rasanya.
Proses Pengerjaan |
Selama proses pengerjaan, saya nggak banyak mengarahkan. Beliau sudah tahu harus melakukan apa. Request dari saya juga dilakukan dengan baik. Dalam waktu 3 jam, semua pakaian selesai. Alhamdulillah, nggak jadi setrika sendiri. Senang sekali rasanya.
Baju-baju bayi sebelum dan sesudah disetrika |
Baju-baju saya dan suami sebelum dan sesudah disetrika |
Kenapa GoClean?
Kalau ada yang tanya kenapa saya pilih GoClean untuk membalas lambaian
mesra tumpukan cucian, jawabannya, kenapa nggak? Ada 3 jaminan yang diberikan GoClean
ke pelanggan yang bikin saya makin mantab pilih GoClean alih-alih jasa tukang
setrika yang lain.
1. On-demand
Kita mau apa sih? GoClean siap lho bantu kita untuk
membereskan semuanya. Kita tinggal di mana saja juga bukan lagi masalah. Bisa
kok. Soal setrikaan ini juga. Kadang kan kita punya rule sendiri ya untuk
setrika. Baju mana sih yang boleh disetrika dan tidak. Baju mana yang harus
digantung dan dilipat. Baju mana yang boleh pakai pelican dan tidak. Kita bisa
bilang ke Mitra GoClean. Mereka akan permintaan kita. Plusnya lagi, kita bisa
memantau kinerja mereka langsung. Kurang apa-apa bisa tinggal bilang aja.
2. Terlatih
Mitra GoClean ini juga sudah terlatih. Sebelum terjun ke
lapangan, mereka akan diikutkan pelatihan resmi yang sudah distandarisasi oleh
GoLife. Soal kinerja, kita udah nggak perlu ragu lagi soal ini.
3. Terpercaya
Pernah nggak sih merasa insecure kalau ada orang asing masuk rumah?
Saya pernah. Apalagi yang nggak dikenal. Bukan cuma masalah kinerjanya aja sih,
tapi kita juga butuh jaminan terhadap barang-barang kita juga, kan?
“Tapi kok kamu berani pesen GoClean? Kan itu masukin orang asing ke
rumah juga.”
Saya merasa aman karena Mitra GoClean ini bekerja di bawah pengawasan
GoLife. Ada layanan lain yang dikasih GoLife sebagai bentuk kenyamanan kepada
pelanggan, yaitu GoLife Happiness Guarantee Program. Ada 3 janji untuk
pelanggan yang akan mereka berikan sebagai bentuk komitmen kepuasan jasa
layanan.
Apa itu GoLife Happiness Guarantee Program?
GoLife Happiness Guarantee Program adalah program dari GoLife yang
menjamin kualitas dan keamanan layanan yang diberikan oleh mitra GoLife. Layanan
ini sudah mencakuo semua layanan yang ada di GoLife, termasuk layanan GoClean.
Apa saja sih isinya?
Ada 3 komitmen yang dijanjikan oleh GoLife untuk memberikan kepuasan jasa
layanan.
Garansi Layanan Ulang
Pernah nggak
sih, pesen jasa tertentu terus nggak puas sama hasilnya? Abis itu apa ada
jaminan uang kembali? Belum tentu. Apa da jaminan layanannya diulang sampai
kita puas? Nggak juga.
Tapi GoLife
beda. Mereka berani memberikan garansi layanan ulang ke pelanggan. Misalnya
nih, kita udah pesen dan nggak puas dengan hasilnya. Kita bisa ajukan komplain
melalui kolom rating.
Asuransi Layanan
Maunya setrikaan beres, eh, malah ada yang rusak atau hilang.
Atau malah kena tindak kekerasan. Hmmm…
Ini nggak akan terjadi kalau kita pakai GoClean. Kenapa? GoLife sudah bekerja sama dengan PasarPolis dalam memberikan manfaat jaminan penggantian jika pengguna mengalami kehilangan barang, cedera fisik, atau membutuhkan perawatan medis akibat penggunaan layanan yang diberikan mitra GoLife. Kita akan mendapatakan manfaat perlindungan asuransi secara gratis, tanpa biaya premi polis maupun biaya lain. Plusnya lagi, seluruh biaya akan menjadi tanggungan GoLife.
Proses klaimnya bagaimana? Simak langsung di infografis berikut ya.
Mitra Berpengalaman
Selain mendapatkan pelatihan terstadarisasi dari GoLife, mitra GoLife
sendiri juga sudah terverfikasi dan sudah melalui proses seleksi latar belakang.
Jadi, nggak sembarang orang bisa masuk ke sini. Mereka yang menjadi mitra GoLife
juga memiliki pengalaman kerja rata-rata 2 tahun di bidangnya. Dengan ini, kita,
sebagai konsumen, akan terjamin mendapatkan pelayanan terbaik dari GoLife.
Kesimpulan
Saya yakin bahwa saya bukan satu-satunya orang yang enggan berurusan
dengan cucian. Kalau dulu, mau tidak mau harus setrika sendiri. Sekarang sudah
ada solusi yang bisa kita pakai untui membalas lambaian mesra cucian. Selain kita
bisa awasi sendiri pekerjaan tersebut, GoClean juga memberikan berbagai layanan
yang tidak hanya membuat kita senang menggunakan jasa setrikanya, tapi juga
tenang.
Kamu punya masalah yang sama dengan saya? Panggil GoClean aja!
Oct 3, 2019
Ketika Istri Merasa “Diperkosa” Suami
Masalah seks
sebetulnya sudah jadi hal yang wajar yang terjadi dalam pernikahan. Meski, pernikahan
bukan hanya soal seks. Tapi di dalamnya pasti ada ini yang fungsinya sebagai penyaluran
kebutuhan biologis. Ini normal dan halal dilakukan oleh pasangan suami istri. Tapi
urusan ini jadi ramai setelah muncul RUU KUHP dan RUU PK-S yang intinya akan
memperkarakan urusan ini. Dampaknya, kalau ini disahkan maka suami yang memaksa
istrinya untuk berhubungan badan bisa dijerat pidana selama 9 tahun dengan tuduhan memperkosa istrinya.
Well, kasus
ini jelas menimbulkan pro dan kontra.
Dari sisi
yang pro bilang, “ini harus disahkan saja untuk melindungi perempuan dari
kekerasan seksual yang dialami.”
Dari sisi
yang kontra bilang, “pasal ini ngawur, orang sama istrinya sendiri kok nggak
boleh. Itu halal lho. Terus harus gimana? Cari di luar?”
Perdebatan ini cukup sengit. Dari pihak yang merasa
tersakiti dan pihak yang merasa itu adalah haknya. Kalau cuma mau lihat dari
pribadi masing-masing, apa yang dirasakan dan apa yang sudah jadi haknya, masalah
ini tidak akan pernah selesai. Gitu aja terus sampai Squidward berhenti kesel
sama Spongebob dan bersahabat karib.
Nggak ada asap tanpa api. Masalah semacam ini juga nggak
akan masuk dalam RUU kalau nggak pernah ada keluhan. Kalau hubungan pernikahan
antara suami istri ini berjalan sesuai koridornya. Masalahnya, nggak begitu. Meski
agama sudah mengatur bagaimana keduanya seharusnya berinteraksi, bahkan untuk
urusan ranjang. Praktiknya tidak begitu. Kalau akhirnya muncul masalah, ya
jelas aja.
Ini seperti kita lagi naik kendaraan, terus kita nggak mau
mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Mau belok kanan, lampu sein yang dinyalain
yang kiri. Lampu merah, waktu berhenti masih ngeyel nerobos juga. Apa yang akan
terjadi? Ya ruwet itu tadi.
Nah, sekarang kita tengok duduk permasalahannya ada di mana.
Fakta yang Terjadi
Waktu awal-awal
nikah, saya sempat ikut webinar selama beberapa pekan yang membahas tentang
masalah reproduksi wanita. Ada satu pertanyaan yang wow banget saat itu. Saya
tidak tahu siapa yang bertanya karena semua pertanyaan dikumpulkan melalui
admin.
“Saya sudah
menikah dan punya 2 anak. Saya mau tanya bagaimana seorang perempuan ketika
mengalami orgasme itu sendiri? Selama ini, saya tidak bisa menikmati
hubungan badan dengan suami karena selalu merasa kesakitan.”
Kurang lebih
pertanyaannya begitu. Buat saya, ini aneh. Kok bisa nikah selama itu dan dia
terus merasa kesakitan? Kalau dia pengantin baru, belum pernah jebol sama sekali pertahanannya, wajar begitu. Lha ini udah
menikah, udah banyak kali mungkin melakukan hubungan badan. Tapi tetap sakit?
Pertanyaan lain
juga ada yang nggak kalah menarik. Intinya sih, adakalanya dia merasa diperkosa
oleh suaminya sendiri. Dia galau. Kalau suami minta, terus nggak dituruti, maka
dia akan dilaknat oleh Para Malaikat. Tapi, kalau diteruskan, dia sendiri yang
merasa kesakitan.
Sakitnya kayak
apa sih? Buat yang belum menikah dan berhubungan badan sama sekali mungkin
nggak bisa menggambarkan seperti apa rasanya. Kalau mau tahu, coba aja lakukan
hal ini.
Coba lipat
lengan kalian, terus masukkan jari ke dalamnya. Gesek-gesekkan jari itu ke lipatan
lengan itu. Pastikan tidak sedang berkeringat, tidak ada sabun atau lotion yang
ada di lengan itu. Seperti apa rasanya? Panas, perih, nggak nyaman. Kurang lebih
seperti itu yang dirasakan kalau pihak perempuan belum siap.
Ada jugaa
curhatan lain yang muncul terkait masalah ini. Waktu itu nggak sengaja nemu
IGTV yang membahas masalah seks dalam obrolan santai. Ini agak fulgar sih, tapi
nggak apa-apa ya.
“Kalau suami
lagi pingin tuh suka nggak tahu waktu dan sikon. Kadang, kita dibangunin tengah
malem buat diajakin dines. Masih ngantuk, mood belum kebangun, udah main gasak
aja. Harusnya kan nggak gitu. Diapain dulu kek, biar kitanya sama-sama enak.”
Kasus
terakhir yang mungkin paling sering dialami oleh para istri di luar sana. Ini
juga yang mungkin bikin mereka jadi enggan kalau diajak main.
Oya,
sebetulnya korban dari marital rape ini tidak harus perempuan ya. Katanya sih
begitu. Tapi, kalau saya ngobrol sama suami, kita sama-sama nggak nemu sisi
diperkosanya di bagian mana. Karna ya balik lagi, semuanya bisa sama-sama enak,
kalau pihak perempuan menikmati. Kalau laki-laki diperkosa, ini gimana ceritanya?
Beneran, dia nggak ikutan menikmati juga setelah itu?
Ini masih
jadi misteri juga.
Jika Istri Menolak
Lalu, apa
yang terjadi kalau istri menolak hubungan badan?
Contoh ini
muncul dalam obrolan salah satu WAG yang saya ikuti. Jadi ceritanya ada orang
yang curhat ke salah satu penghuni WAG. Posisinya dia sedang hamil. Kalau hamil,
biasanya Hasrat seksual memang menurun drastis. Gimana nggak turun, urus badan
aja repot. Ya mual lah, ini lah, itu lah. Karena si istri ini tidak mampu
memenuhi keinginan suaminya dalam kondisi seperti itu, akhirnya suaminya
ngebokep.
Saya nggak
mau mengecilkan masalah bokep ini. Tapi ini baru ngebokep. Nonton film porno
saja. Bagaimana kalau yang terjadi jauh lebih parah dari itu? Suami jajan di
luar saat istrinya sedang hamil. Kebayang nggak gimana potek-potek hatinya
kalau tahu kenyataan semacam ini?
Dampak lain,
ini dijelaskan dalam hadist shahih. Istri yang menolak ajakan suami untuk
berhubungan, tanpa alasan yang syar’I, maka dia akan dilaknat oleh malaikat. Terkait
hal ini, Rasulullah juga pernah menerangkan bahwa doa orang yang tidak berdosa
itu doanya mudah diijabah oleh Allah. Kita tahu sendiri kalau malaikat itu nggak
pernah bikin dosa. Bayangkan kalau mereka berdoa ramai-ramai untuk melaknat
kita sampai pagi hari?
Ini semacam
makanan yang dibuka. Tidak ditutup. Lalat, debu, dan lain-lain bisa hinggap
dimakanan tersebut. Itu juga yang akan terjadi. Kalau Allah turunkan wabah
penyakit, ya kita bisa kena. Kalau ada yang kirim sihir atau teluh, kita bisa
kena juga.
Horror? Banget.
Kenapa Hal Ini Bisa Terjadi?
Dampaknya
ngeri ya. Kerusakan memang bisa terjadi di mana-mana, hanya karena urusan
ranjang saja. Dari pada saling ngeyel, yuk, kita cari duduk masalahnya ada di
mana. Kenapa sih hal semacam ini bisa terjadi?
“Jika seorang suami mengajak istrinya ke ranjang, lalu
istrinya menolaknya sehingga dia (suami) melalui malam itu dalam keadaan marah,
maka malaikat melaknat istrinya hingga subuh.”
Itu dalil
yang menjelaskan. Selow dulu ya. Jangan ngegas kalau baca ini.
Waktu
pertama kali saya dengar dalil ini, hal yang terbesit dalam benak saya adalah
betapa mudahnya seorang istri berdoa terhadap suaminya. Karena, misal kita lagi
masak dan suami ngajak ke ranjang, maka masaknya harus ditunda dulu untuk memenuhi
hasrat seksual suami. Apalagi kalau pengantin baru, misal suami minta lebih
dari 5 kali sehari, ya harus diiyakan. Wownya lagi, hal ini tidak berlaku untuk
istri.
Kesannya memang
sesaklek itu. Tapi, pada praktiknya tidak. Istri bisa saja menolak hal ini
kalau ada udzur syar’i. Misal, sedang sakit, kelelahan, atau menstruasi. Hal
semacam ini bisa dikomunikasikan dengan suami.
Pointnya itu. Jadi, kita nggak cuma bicara tentang hak dan kewajiban suami istri tapi juga bagaimana komunikasi antara keduanya.
Nah, kalau
ceritanya si istri cuma nggak mood aja gimana?
Hello, dalam
pernikahan itu bukan cuma istri lho yang punya kewajiban. Suami juga lho. Suami
ini qawwam bagi istrinya. Dia yang memimpin. Dia imamnya. Tapi posisinya kan
nggak seperti atasan dan bawahan ya. hubungan suami istri itu seperti seorang
sahabat. Saling memperlakukan dengan baik.
Kalau istri
belum mood gimana? Ya komunikasikan dong. Terus cari solusinya supaya keduanya
sama-sama enak. Misal, dengan membangkitkan hasrat seksual istri dulu. Nggak
main sikat aja. Ini juga dzalim. Dalam buku Barakallahu Laka yang ditulis oleh
Ustadz Salim Fillah, hal yang semacam ini dijelaskan secara detail. Bahkan,
kalau memang diperlukan, ngasih makanan dan minuman yang bisa membuat istri
lebih rileks dan nyaman juga perlu dilakukan. Bahkan sampai ngatur ritme yang
pas supaya keduanya sama-sama enak.
Dalam kasus
si istri yang selalu merasa sakit itu, sebetulnya ada kemungkinan lain yang
terjadi. Bukan hanya soal hak dan kewajiban suami istri yang tidak dijalankan
dengan baik. Atau masalah komunikasi yang bermasalah. Bisa jadi, salah satunya memang
sakit secara psikologis. Misal, istrinya punya trauma di masa lalu atau suaminya
yang memang suka sensasi sakit yang dirasakan saat berhubungan seksual. Kan ada
ya yang begitu itu.
Kalau kondisinya
begini bagaimana? Nolak itu nggak masalah. Karena memang ada udzur syar’i. Tapi
buian berarti masalah itu dibiarkan berlarut-larut. Kalau memang butuh bantuan
psikolog ya lakukan. Sekali lagi, dampaknya besar.
Iya, mungkin
bisa lepas dari laknat malaikat. Bagaimana kalau suami justru lari ke perempuan
lain? Mencari pemenuhan pada tempat yang lain. Ngeri kan?
Kesimpulan
Percayalah bahwa
Islam sudah mengatur segalanya dengan sedemikian sempurna. Urusan ranjang saja
dibahas begitu detail dalam Islam. Bahkan tidak hanya melihat dari satu sisi saja,
harus dari keduanya, baru diambil bagaimana seharusnya bersikap. Masalah semacam
ini tidak akan terjadi kalau kita mau mengembalikan masalah pada koridor
penyelesaian yang shahih.
Pernikahan itu
adalah ibadah terlama yang akan dijalani. Tantangan yang ada itu luar biasa
besar. Baik suami atau istri itu perlu untuk terus belajar teekait
ibadah-ibadah yang ada di dalamnya. Bagaimana seharusnya bersikap, bagaimana
ketika masalah A-Z muncul. Masalah bisa saja terjadi, bukan hanya karena tidak
dikembalikan pada koridor penyelesaiannya yang seharusnya, tapi bisa jadi
karena minimnya ilmu kita untuk mengambil solusi tersebut.
Jadi, bukan berarti
nggak ada solusinya. Kita aja yang nggak tahu.
Ini juga
jadi reminder untuk diri saya sendiri untuk terus belajar, belajar, dan belajar
mengkaji Islam. Bukan hanya dalam hal pernikahan saja, tapi semua aspek kehidupan.
Subscribe to:
Posts (Atom)