Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Social Media, Bad or Good Things?

Nov 24, 2018



Hari ini, kita itu tumbuh di era social media. Orang belajar dari social media. Orang berbagi lewat social media. Orang terhubung dengan yang lain melalui social media. Bahkaaan, orang jualan juga lewat social media. Mau bukti? Coba deh cek HP masing-masing. Gabung ke berapa grup Whatsapp saat ini? Saya yakin pasti banyak banget. Bahkan sampai pusing sama notifikasinya

Social Media Membantu Menaikkan Traffic



Buat saya, social media betul-betul bisa membantu saya untuk membagikan konten-konten positif yang saya miliki, update blog post, dan tentu saja untuk menaikkan traffic. Blogger-blogger mau newbie atau pun sudah profesyenel pasti sepakat dengan hal ini.

Ya memang tidak dapat dipungkiri, kalau kenaikan traffic blog itu salah satunya karena pengaruh engagement yang baik di sosial media yang mereka miliki. Tiap post sesuatu, orang pada kepo terus berkunjung ke link yang dibagikan. Jumlah pengunjung blog naik. Ada yang meninggalkan komentar, ada juga yang jadi silent reader. Diem-diem suka ngikutin tulisan-tulisan kita. Macem secret admirer gitu. 


Konten yang Berkualitas dan Konsistensi

Kalau sadar betul bahwa sosial media berpengaruh besar pada engagement yang kita terima. Pasti diseriusin tuh. Saya termasuk orang yang mulai serius untuk memperhatikan hal ini. Nggak semua sosial media sih yang saya urus. Nggak sanggup juga maintain segitu banyaknya. Cukup perbaiki konten di blog dan instagram. Terus bangun konsistensin untuk terus update di keduanya.



Konten yang berkualitas dan konsisten itu bisa mempertahankan followers untuk tetap duduk anteng di akun yang kita punya. Apalagi, sekarang beberapa sosial media sudah menggunakan algoritma yang beda dari sebelumnya.

Saya ambil contoh instagram aja ya. 

Coba deh inget-inget lagi. Dulu, waktu awal-awal kemunculannya, instagram akan menampilkan postingan berdasarkan waktu post. Jadi, postingan yang muncul di home kita, urut dari siapa (orang yang kita follow) posting duluan. Sekarang? Hanya postingan orang-orang yang sering kita lihat yang akan muncul dipermukaan. Saya sendiri bahkan tidak melihat postingan dari banyak sekali akun yang saya follow. Paling ya itu lagi, itu lagi.

Dulu, saya kira memang mereka nggal update konten. Ternyata update. Tapi saya yang nggak tahu. Story pun demikian. See?

Bayangkan kalau kita jarang post konten. Secara otomatis, konten kita akan tertimbun oleh postingan yang lain. Orang yang dulunya suka nongkrongin konten yang kita kasih, jadi sulit untuk menjangkau. Nah, kalau udah kayak gini. Mau berharap traffic naik? Mimpi aja kali.



Konsisten untuk update konten, tidak bisa dipungkiri bahwa itu semua memakan waktu yang banyak. Saya sendiri butuh waktu tidak hanya satu atau dua jam saja untuk blogging. Tapi bisa dari pagi sampai malam. Ini sudah riset, nulis, editing gambar, share tulisan, bangun opini di instagram, balesin komen, dan blogwalking. Adakalanya, saya merasa kayak orang gila. Kok bisa segitunya gitu. Tapi ya kalau mau cepet jadi pro ya harus belajar dan latihan terus kan?


Ketika Social Media Memegang Kendali



Menggunakan social media untuk mendrive traffic itu bagus. Kalau traffic naik, engagement bagus, kualitas konten bagus juga, bukan tidak mungkin pintu rejeki akan terbuka lebar dari sini. Coba aja lihat berapa banyak orang yang dapat pemasukkan dari pemanfaatan social media yang dia punya. Yes, itu hal baiknya.

Di sisi lain, karena terlalu lama pegang HP. Tanpa sadar, tiba-tiba kita udah kecanduan dan kena nomophobia. Takut jauh dari HP. Gelisah kalau nggak pegang HP. Ada yang begini? Buanyaaak. Termasuk saya.



Niatnya sih promote blog, eh, mampir akun online shop, mampir akun-akun seleb, nontonin tingkahnya bocah-bocah selebgram. Close instagram, buka facebook. Masih dengan niat yang sama, tapi eksekusi yang beda dari niat. Tanpa sadar, kita udah menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk scrolling sana sini. Apa kabar dengan produktifitas? Yaaa gitu deh.

Social media itu macem pedang dengan 2 mata pisau. Ada sisi baik, tapi juga ada sisi buruknya. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan itu saja. Kalau sosial media cuma dipakai upload muka doang, scrolling akun gosip, kepoin mantan, ya hanya kan membuang banyak waktu. Tapi kalau sosial media bisa dimanfaatkan untuk hal lain, seperti marketing dan dakwah. Pasti akan jauh lebih bermanfaat.

Strategi Bersosial Media



Pemanfaatan social media untuk hal-hal baik itu juga butuh strategi. Tujuannya, agar waktu kita tidak tersita hanya untuk bersosial media. Gara-gara asyik promosi, dari pagi sampai malam pegamg hapeeee mulu. Cucian nggak keurus, rumah berantakan, nggak pernah sosialisasi dengan dunia nyata.

Ya jangan gitu juga. Atur waktu. Buat jadwal kapan mau nulis, editing, post, dan share.

Intinya sih, baik buruknya sosial media itu tergantung dari bagaimana kita memanfaatkan sosial media ini. As long as, kita mampu memegang kendali, ya kita bisa memperoleh manfaatnya. Tapi kalau tidak ya akan punya dampak buruk pada kita. Kalau kamu, dampak mana nih yang didapat dari bersosial media? Baik, kah? Atau buruk, kah?

Comments

  1. Kalo soal memaksimalkan konten atau promosi blog lewat Instagram, saya masih suka mandek. Soalnya medsos kebanyakan dipakai buat main-main atau hiburan aja hahaha. Sempet baper sih waktu algoritma IG berubah, karena itu berarti foto kita nggak banyak dapet likes followers kalo jarang update hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya awalnya juga nggak ngeh sih. cuma kok rasanya viewer story yang biasanya bisa 150 kok turun jadi separo doang. terus ngamatin, kok beberapa akun yang jarang saya lihat tenggelam di telan bumi.

      Delete
  2. Wah sama nih. Menjadikan medsos buat jadi media promosi. Hehe..

    ReplyDelete
  3. Sepakat. Kirain aku aja yang suka nyasar ngelihat yang lain dulu melenhos jauh dari niat awal, hehe.... udah ya teh aku masih baru nulis yang hari ketiga euy.... harus kebut. Semangat dan bijak dalam menggunakan medsos ya ;).

    ReplyDelete
    Replies
    1. semangaaat mengejar ketinggalan, aku menantimu di sini. :D

      Delete
  4. Medsos itu bisa good atau bad efect sih sebenarnya. Intinya harus bisa memilah dan memilih informasi. Instagram kadang kurang saya optimalkan, masih seringnya buka fb dan google aja. Ngeblog juga belum bisa tiap hari kecuali ikut tantangan nulis. Hehe 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya malah FB yang nggak diurus-urus banget. buka FB cuma buat share link blogpost. hehehe

      Delete
  5. Wah, saya harus belajar memanage waktu bersosmed nih.

    ReplyDelete
  6. Ada such dampak buruknya, bisa kecanduan. Kalau ga di filter anak-anak bisa lihat video yang ga bagus buat dilihat. Tapi manfaatnya juga banyak, dapat info cepet.😍

    ReplyDelete
  7. Setuju, Mbak. Saya itu paling sering keasyikan fb-an, kadang sampai lupa ada hal lain yang harusnya saya selesaikan. Sosmed memang 2 sisi baik dan buruk. Tinggal kita gimana memperlakukan sosmed.

    ReplyDelete
  8. Pas banget lagi kesulitan bagi waktu maintain medsos. Kebanyakkan ngobrol di wag juga jadi produktivitas terganggu

    ReplyDelete
  9. Kerasaaaaa banget! Sosmed ini menaikkan traffic ke blog!

    ReplyDelete
  10. Yess, kadang bisa berasa bak kecanduan juga klo hp off mau ngapain. Tapi memang kita yg harus bisa kontrol diri ya agar dunia online benar² dimanfaatkan utk sesuatu yg positif 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak. Harus banget dikontrol biar bisa manfaatin sisi baiknya

      Delete
  11. iya ada sisi positif negatifnya. tapi bisa lah ya diminimalisir. ga bisa aku tuh jauh-jauh dari media sosial

    ReplyDelete
  12. Baik dan buruk nya ditelen mba, soalnya yang baik suka berbarengan dengan yang buruk jika tidak ada management dan controlling

    ReplyDelete
    Replies
    1. yaaa jangan ditelen langsung juga. harus ada controlling untuk meminimalisir sisi buruknya

      Delete