Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

May 20, 2019

Ibu Hamil Puasa, Boleh Nggak Sih?

Puasa ramadhan


Usia kehamilan saya sudah menginjak 13 minggu saat Ramadhan tiba. Meski masih trimester pertama, sebetulnya kondisi saya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Mual muntah juga sudah berkurang. Lemes-lemes di pagi hari itu bisa dibilang sudah nggak ada lagi. Jadi, saya bisa kembali beraktivitas normal seperti sedia kala.

Kondisi yang makin prima bikin saya makin terdorong untuk bisa menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan. Saya tahu bahwa ada keringanan yang diberikan kepada ibu hamil, yaitu boleh untuk tidak berpuasa. Sebagai gantinya, harus mengqadha (mengganti puasa di lain hari).



"Lho? Bukan bayar fidyah ya?"

Nah, ini nih yang juga perlu dibahas. Saya dulu tahunya kalau ibu hamil dan menyusui ketika tidak mampu berpuasa, maka dia harus membayar fidyah. Ternyata, pemahaman seperti ini keliru. Di mana kelirunya? Yuk, kita bahas.

Keringanan untuk Ibu Hamil di Bulan Ramadhan


Puasa ibu hamil


Kita sama-sama tahu bahwa ada beberapa golongan yang diberikan keringanan untuk tidak berpuasa di Bulan Ramadhan. Mereka adalah orang-orang yang sakit, orang-orang tua yang tidak mampu berpuasa, orang-orang yang sedang safar (bepergian), orang-orang yang hamil, dan menyusui. Terus kalau tidak puasa bagaimana? Ada yang harus mengganti di lain hari, ada pula yang harus membayar fidyah.

Lalu, siapa nih yang harus membayar puasa dengan puasa qadha dan mana nih yang bisa membayar fidyah puasa?

Yuk, kita perjelas dulu. Fidyah itu apa sih?

Apa itu fidyah puasa?

Fidyah puasa merupakan pengganti dari puasa yang ditinggalkan pada bulan Ramadhan. Penggantinya berupa memberikan makan ada orang miskin untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.

Siapakah yang wajib mengeluarkan fidyah?

Menurut Syeikh Mahmud Abdul Lathif ‘Uwaidhah dalam kitabnya Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, mereka yang wajib membayar fidyah ada tiga golongan. Mereka adalah:

1. Orang-orang yang tak mampu berpuasa, yaitu laki-laki atau perempuan yang sudah lanjut usia yang tak mampu lagi berpuasa, dan orang sakit yang tak mampu berpuasa yang tak dapat diharap kesembuhannya.

Dalilnya firman Allah SWT (yang artinya), ”Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (maka jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin.” (wa ‘alalladziina yuthiiquunahu fidyatun tha’aamu miskiin) (QS Al Baqarah [2] : 184).

Ibnu Abbas ra menafsirkan ayat tersebut dengan berkata, ”Ayat tersebut tidaklah mansukh (dihapus hukumnya), tetapi yang dimaksud adalah laki-laki lanjut usia (al syaikh al kabiir) dan perempuan lanjut usia (al mar`ah al kabirah) yang tak mampu lagi berpuasa, maka keduanya memberi makan kepada seorang miskin untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.” (HR Bukhari, Abu Dawud, Nasa`i, Daruquthni). Disamakan hukumnya dengan orang lanjut usia tersebut, orang sakit yang tak mampu berpuasa yang tak dapat diharap kesembuhannya. (Mahmud Abdul Lathif ‘Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 202 & 206).

2. Orang yang mati dalam keadaan mempunyai utang puasa yang wajib diqadha. 

Dalam hal ini hukumnya boleh, tidak wajib, bagi wali (keluarga) orang yang mati tersebut untuk membayar fidyah. Pihak wali (keluarga) dari orang mati tersebut boleh memilih antara meng-qadha puasa atau memilih membayar fidyah dari puasa yang ditinggalkan oleh orang mati tersebut. Pendapat bolehnya membayar fidyah bagi orang yang mati, merupakan pendapat beberapa sahabat Nabi SAW, yaitu Umar bin Khaththab, Ibnu ‘Umar, dan Ibnu Abbas, radhiyallahu ‘anhum.

3. Suami yang menggauli istrinya pada siang hari Ramadhan dengan sengaja dan tak mampu membayar kaffarah berupa puasa dua bulan berturut-turut. 

Suami ini wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan 60 (enam puluh) orang miskin. (HR Bukhari no 6164; Muslim no 2559). (Mahmud Abdul Lathif ‘Uwaidhah, Al Jami’ li Ahkam As Shiyam, hlm. 207).

Kalau ibu hamil dan menyusui bagaimana?

Ternyata, bagi perempuan hamil dan menyusui, juga orang yang menunda qadha' puasa hingga masuk Ramadhan berikutnya, menurut pendapat yang rajih, tidak ada kewajiban atas mereka untuk membayar fidyah. Mereka hanya diwajibkan untuk meng-qadha' puasaNya. (Mushannaf Abdur Razaq, no 7564, Mahmud Abdul Latif Uwaidhah, Al-Jami’ li Ahkam Ash-Shiyam, hlm. 210, Imam Syaukani, Nailul Authar, hlm. 872, Yusuf Qaradhawi, Fiqhush Shiyam, hlm. 64).

Jadi, clear ya? Ibu hamil itu nggak wajib membayar fidyah, tapi wajib untuk meng-qadha' puasanya. Kalau mau bayar fidyah ya boleh-boleh aja. Tapi ketika bumil dan busui ini bayar fidyah, tidak akan menggugurkan kewajibannya untuk mengqadha' puasa.

Habis jadi bumil, kan jadi busui. Gimana tuh bayarnya?


Dalam perkara ini juga, tidak ada batasan sampai kapan sih meng-qadha' puasa itu. Tidak dalam range sebelum Ramadhan tahun selanjutnya kok. Meski demikian, alangkah baiknya kalau disegerakan. Tentu saja, karena kita tidak pernah tahu sampai kapan sih usia kita. Jangan-jangan qadha' belum lunas udah expired duluan hidup kita.

Pingin Puasa, Tapi....

Puasa


Usia kehamilan yang udah makin gedhe. Kondisi mual muntah yang sudah jauh berkurang, bikin saya pingin puasa Ramadhan. Saya pun cerita ke suami tentang keinginan saya itu. Suami sih lebih prefer untuk ambil keringanan itu. Lihat kondisi saya yang sering kelaparan ditambah lagi punya riwayat asam lambung juga. Khawatir kenapa-kenapa sih beliau. Tapi sayanya ngeyel.

2 hari sebelum puasa, kebetulan saya kontrol ke dokter kandungan. Banyak hal yang sebetulnya ingin saya tanyakan ke dokter, tentang punggung saya yang sakit, perut yang blubub-blubub, hingga perkara puasa itu tadi. Tapi abis lihat bayinya main-main dalam perut saya, dengerin detak jantungnya juga, pertanyaan-pertanyaan tadi jadi lupa.

Ya gitu lah ya. Jadi galau-galau sendiri. Ini puasa nggak ya gitu.

"Aku puasa ya."
"Nggak usah."



Itu berulang tiap kali kami duduk bareng entah di mana pun berada. Saya sebetulnya lagi nyari supporter buat puasa. Tapi suami lebih support saya buat nggak puasa.

"Yaudah, aku besok coba puasa aja ya. Kalau lemes aku langsung buka puasa."

Suami masih tetep kekeuh dengan "nggak"-nya. Ya karna saya juga yang jalani, yaudah puasa aja. Nggak tahu deh kuat sampai jam berapa.

Hari pertama, subuh seperti biasa udah krucukan tuh perut. Masih bisa nahan lah ya. Kira-kira jam 9 pagi, udah bener-bener nggak tahan lagi karena lemes banget. Jadi buru-buru buka puasa dan dopping makan kurma banyak-banyak.

Hari kedua, lebih lama lagi nih, sampai jam 10. Pas hari ketiga nih yang efeknya bombastis. Saya tahan nggak makan dan minum sampai pukul 11 memang. Tapi abis itu gemeteran terus. Bahkan, buat sholat aja nggak kuat. Lemes dan gemeteran badan ini.

Hampir 2 minggu saya cuma bisa terbaring di atas kasur. Segala upaya sudah dilakukan. Minum suplemen penambah darah nggak ngaruh. Minum air rendaman kurma pun tak bertahan lama. Nasi putih juga nggak bisa masuk. Seakan itu memperburuk segalanya. Mual, muntah, dan diare. Semua tumbuh jadi satu.



Puasa? Tentu tidak. Setelah 3 percobaan puasa itu. Saya stop puasa. Melihat kondisi fisik saya yang butuh asupan nutrisi untuk penambah tenaga.

Saya sempat khawatir dengan kondisi janin saya dalam kondisi semacam itu. Tapi ternyata, dia baik-baik saja. Masih asyik main di dalam tubuh. Bergerak ke sana ke mari. Semuanya normal.



Aman Nggak Sih Ibu Hamil Puasa?



Kasus yang terjadi pada saya selama (percobaan) puasa, tidak selalu dialami oleh ibu hamil yang lain. Ada banyak sekali ibu hamil yang tetap bisa menjalankan ibadah puasa tanpa masalah apapun. Menurut dr. Frizar Irmansyah, Sp.OG, dokter spesialis kebidanan dari RS Pusat Pertamina, puasa pada dasarnya diperbolehkan untuk ibu hamil yang keadaan ibu dan bayinya sehat. Jadi, kalau kondisi kehamilannya tanpa masalah, bahkan pada trimester pertama pun boleh untuk puasa.

Hanya saja, sebelum berpuasa, sebaiknya ibu hamil berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter. Apakah kondisi ibu dan janinnya dalam kondisi sehat atau tidak. Jika kondisinya sehat, ibu hamil boleh-boleh saja berpuasa. Tapi, ibu hamil tetap harus mampu memenuhi kebutuhan nutrisi untuk dirinya dan janin selama berpuasa.

Kandungan nutrisi dan gizi seimbang yang harus dipenuhi kurang lebih 2500 kalori dalam sehari. Komposisinya, 50% karbohidrat (kurang lebih 308 gram), 30% protein (kurang lebih 103 gram), dan 10-20% lemak (kurang lebih 75 gram). Pemenuhan nutrisi ini bisa dipenuhi dengan mengkonsumi makanan empat sehat lima sempurna. Ibu hamil juga bisa menambahkan dengan suplemen vitamin yang dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama berpuasa.

Selain zat-zat tadi, ada beberapa zat penting yang diperlukan selama kehamilan, seperti asam folat, zat besi, dan kalsium. Ketiganya dapat dipenuhi dari konsumsi kacang-kacangan, sayuran, serta susu dan ikan.

Kesimpulan

Jadi, kalau ada yang tanya ibu hamil boleh puasa apa nggak sih? Jawabannya ya tergantung dari kondisi kesehatan ibu hamil sendiri. Kalau dari kehamilannya sehat-sehat saja, ya silakan untuk berpuasa. Dari sisi medis, hal ini diperbolehkan. Tentu dengan syarat-syarat tertentu. Seperti asupan nutrisi harus tetap tercukupi dan yang paling penting tidak memaksakan diri untuk berpuasa.

Dari sisi agama, ibu hamil juga diperbolehkan untuk puasa. Boleh-boleh saja. Ketika hamil, puasa ini nggak jadi auto haram. Tapi, semisal tidak mampu puasa ada keringanan yang bisa diambil oleh ibu hamil tersebut.

Buat para bumil yang sedang berpuasa dan berusaha untuk puasa. Semangat. Semoga perjuangan puasa saat hamil diganti Allah dengan anak yang shalih shalihah yang lahir dari perut bumil.

With love,


May 13, 2019

Marhaban Ya Ramadhan, Bahagia Menyambut Ramadhan



Alhamdulillah, kita bisa ketemu sama Bulan Ramadhan lagi. Alhamdulillah, kita masih dikasih kesehatan dan umur untuk bisa merasakan nikmatnya beribadah di bulan ini. Kita masih dikasih kesempatan untuk berburu amal di bulan yang diskon pahalanya ampun-ampunan deh. Di sisi lain, nggak semua orang seperti kita. Banyak orang yang saat Ramadhan ini tiba, ternyata udah bener-bener nggak bisa merasakan apapun karena lagi nunggu hari perhitungan amal mereka di alam kubur. Jadi, ya sudah seharusnya kalau kita bersyukur banget masih dikasih kesempatan ketemu lagi bulan ini, which is belum tentu juga next year kita masih punya kesempatan yang sama.

Postingan kali ini, saya lagi pingin bahas tentang orang-orang yang bahagia bahkan excited banget ketemu Ramadhan.

"Lho, bukannya semua muslim begitu?"

Really? I don't think so. Ada juga sih yang merasa, "Oh, udah Ramadhan ya." Gitu doang. Tapi ada yang seexcited itu sampai dia persiapin diri bener-bener menuju bulan ini.

Yey, Ramadhan Tiba!

This is story about my hubby, actually. Sebetulnya, saya termasuk orang yang rutin datang ke kajian dan ketemu orang-orang yang in syaa Allah shalih dan shalihah. Dalam setiap kajian itu, ketika udah deket sama Bulan Ramadhan, sekitar Rajab dan Sya'ban, mulai tuh muncul ajakan untuk mempersiapkan bulan ini, gimana kita seharusnya menyambut bulan ini dengan senang gembira. Tapi, seumur-umur beluk pernah sih ketemu orang yang excited banget ketika Ramadhan itu mau datang. Lebih tepatnya nggak lihat excitednya mereka dengan mata kepala saya sendiri. Sampai saya ketemu suami.

Saat itu udah masuk bulan Rajab, Mas Far bilang gini nih.

"Bentar lagi udah puasaan ya?" pertanyaannya sih biasa aja. Tapi ada binar-binar di matanya.

"Iya. Kenapa emang? Semangat betul."

"Ya dong. Aku tuh suka sama suasananya Ramadhan. Semuanya suka."

Terus mulai tuh, Mas Far ngejlentrengin seluruh rencana-rencananya saat Ramadhan udah datang. Mau sholat tarawih di mana. Pulang jam berapa dari kantor. Berangkat jam berapa dari rumah. Apa yang harus saya lakukan untuk suport program-programnya itu. Semuanya dia jelasin.

Dengerin dia ngomong. Lihat gimana dia mewujudkan semua itu pelan-pelan. Lihat gimana effortnya untuk membiasakan diri dengan segala hal yang nanti akan dia lakukan saat Ramadhan itu bikin saya mikir, "ternyata, ada ya orang macem gini."

Sementara, kalau saya bandingin dengan diri sendiri tuh jauuuuuh sekali. Saya punya target Ramadhan juga. Tapi ya gitu deh. Effort untuk ke sana dengan realisasi langkah untuk mulai membiasakan diri dengan itu di Bulan Rajab dan Sya'ban itu macem nggak sebanding.

"Emang harus dibiasain dari Rajab dan Sya'ban?"

Yes! Itu sih yang Rasulullah contohkan ke ummatnya. Jadi, sebetulnya hadist tentang puasa yang khusus di bulan Rajab dan Sya'ban itu nggak ada. Kalau mau puasa ya puasa aja. Rasulullah mencontohkan mulai memperbanyak puasa-puasa sunnah di 2 bulan ini. Dan makin ke Sya'ban puasa sunnahnya makin banyak. Nggak cuma itu, ibadah-ibadah sunnah yang lain pun juga mulai ditingkatkan. Kenapa? Sekali lagi, itu semua untuk mempersiapkan bulan Ramadhan.

Jadi, tiap kali mau ketemu Bulan Ramadhan tuh ya harusnya kita lebih worry tentang bisa nggak ya kita ngelatih diri kita dengan segudang amal shalih. Bukan dengan kira-kira nanti iftharnya gimana dan sahurnya gimana. Ya sih, itu masuk juga ke amalan sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah. Mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Tapi, pernah nggak sih baca hadist yang macem nunjukin kalau Rasulullah ribet soal mau makan apa? Nggak lho.

Fenomena di Bulan Ramadhan

Pernah nggak sih kalian bertanya-tanya dalam diri kalian, "kok gue lebih mudah berbuat baik ya di Bulan Ramadhan?" Sholat sunnah mudah, mau tilawah juga mudah, puasa apalagi. Macem mau maksiat tuh udah sungkan duluan gitu.

Ini sebenernya salah satu nikmat yang bisa kita rasakan di bulan suci ini. Kita nggak cuma dikasih sale pahala aja, tapi kemudahan untuk beramal shalih itu terbuka dengan lebar. Setan juga udah dikerangkeng lho sama Allah. Kurang apa lagi coba?

Jadi, ini tuh bener-bener tentang pertarungan diri kita melawan hawa nafsu kita sendiri aja. Bisa nggak sih kita memenangkan itu semua.

Dari sini, sebetulnya kita bisa ngaca sendiri. Menilai diri kita sendiri. Sebarapa konsisten sih kita menjaga semangat kita untuk terus beramal shalih di bulan ini? Karena banyak banget kan orang yang semangat banget ibadah di awal-awal Ramadhan, terus memble setelah dapet THR.

"Tarawih? Apa itu? Lagi diskon nih mallnya."

Astaghfirullah.. Semoga kita bukan termasuk yang begitu ya. Semoga bisa teruuuus konsisten menjadi bagian dari jamaah sholat tarawih di masjid. Even, makin deket lebaran shafnya makin maju. Aamiin..

Sedih Ketika Berpisah dengan Ramadhan

Ngomong-ngomong soal pisah dengan Ramadhan. Biasanya kalian gimana sih kalau Ramadhan mau abis? Seneng nggak? Atau malah sedih?

Jadi nih ya, saya punya temen yang punya 3 orang anak. Anak keduanya ini kayaknya sih sekarang Kelas 4 SD. Udah puasa full dari tahun-tahun sebelumnya. Uniknya, tiap mendekati Lebaran dia malah nangis sesenggukan.

Awal-awal, mamanya bingung dong. Nih anak kenapa kok nangis begini?

"Kenapa, Nak?" tanya mamanya. Tapi dia diem aja, sambil terus nangis di masjid. Pas lagi ceramah gitu lho.

"Kamu capek sholat terus?" dia menggeleng. Masih nangis.

"Laper?" geleng lagi. Masih nangis.

Pas udah agak tenang. Selesai witir, mamanya tanya lagi. Kenapa kok dia nangis begitu?

"Aku sedih mau pisah sama Ramadhan."

Masyaa Allah. Tabarakallah. Pas diceritain itu, saya merinding. Jujur ya, saya nggak pernah sesedih itu sampai nangis ketika Ramadhan berakhir. Malah happy banget karena lebaran udah di depan mata. Tapi dia beda.

Dulu, itu juga yang para sahabat lakukan ketika Ramadhan akan usai. Nangis. Mereka nangis karena sebentar lagi sale pahala nggak akan sebesar Ramadhan. Pintu ampunan juga nggam dibuka selebar saat Ramadhan. Sedangkan, next year belum tentu mereka ketemu lagi di bulan Ramadhan. Udah gitu, belum tentu juga amalan yang mereka lakukan seluruhnya di bulan suci itu diterima oleh Allah.

Hiks. Nyesek ya. Bisa gitu ya kita sesantai itu ketika Ramadhan usai?

Padahal ibadah kita juga kalau dibandingkan dengan para sahabat tuh bener-bener nggak ada apa-apanya. Butiran debu banget. Bahkan mungkin macem plankton di lautan luas. Nggak sebanding banget. Tapi kita bisa sesantai itu menjalani Ramadhan, sesantai itu ketika Ramadhan berakhir. Sedangkan, kita nggak punya jaminan apapun kalau next year kita akan ketemu lagi sama Ramadhan. Hiks.

Well, dari sini, sebenernya kita bisa sama-sama ngaca dan mengevaluasi diri kita. Seberapa bahagia sih kita ketika Bulan Ramadhan itu tiba? Terus kalau seneng banget, amal apa aja sih yang udah kita genjot untuk mendapatkan ampunan dan limpahan pahala? Atau jangan-jangan kita lebih banyak santai atau bahkan lebih banyak tidur-tidurannya?



May 8, 2019

Mengetahui Surat Tilang Biru Beserta Mobil Kijang Kapsul

mobil kijang kapsul


Dalam berkendara peraturan lalu lintas harus diperhatikan dan dipatuhi dengan baik. Termasuk juga mengenai kelengkapan mobil. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya tilangan dari polisi. Surat tilang biru akan dikeluarkan jika diketahui adanya pelanggaran lalu lintas. Dimana surat tersebut berlaku untuk masyarakat umum.

Kenali Berbagai Jenis Surat Tilang 

Surat tilang mempunyai lima warna, yaitu merah, biru, kuning, hijau dan putih. Warna merah dan biru adalah surat tilang untuk masyarakat biasa atau umum, dan warna kuning untuk pihak kepolisian, warna hijau untuk arsip keadilan dan warna putih untuk arsip kejaksaan.

Pengendara yang mendapa tilangan disebabkan karena berbagai macam hal. Pertama karena melanggar peraturan lalu lintas, baik itu peraturan rambu, jalan, dan sebagainya. Kedua, karena tidak menggunakan kelengkapan keamanan seperti helm, sabuk pengaman, dan sebagainya. Dan ketiga karena tidak adanya surat atau dokumen lengkap mengenai kendaraan yang digunakan, termasuk tidak mempunyai Surat Izin Mengemudi atau SIM.

Sistem tilangan ini dapat diurus dengan tiga pilihan. Pertama dengan membayar denda yang dilakukan di Bank. Kedua dengan menyelesaikan proses tilangan di persidangan. Dan yang ketiga dapat dilakukan dengan menitipkan proses tilangan pada kuasa. Dengan catatan pelanggar tetap harus bersikap sopan dan menjaga tata krama.

Mengenal Evolusi Empat Dekade Kijang

Di era millenial ini terjadi berbagai macam perkembangan, khususnya di dunia otomotif. Sehingga banyak mobil dengan pembaharuan termasuk pesona kijang. Saat ini muncul Kijang Kapsul yang merupakan mobil kijang dengan mengedepankan desain yang sangat modern dan aerodinamis.

Komponen mobil tersebut sangat berkualitas dan didukung dengan komponen lokal sekitar 53%. Desain pintu bagasi dibuat model tailgate sehingga memberikan efek mewah dan berkelas. Pintu tersebut merupakan konfigurasi yang biasa digunakan untuk mobil MPV. Kijang yang satu ini sangat cocok untuk keluarga karena mempunyai berbagai macam varian dan lebih panjang dan luas.

Mobil evolusi ini menggunakan mesin kijang dengan mengaplikasikan teknologi electronic injection pada mesin bensin. Kijang tersebut adalah generasi pertama yang memasarkan transmisi otomatis dengan 4 percepatan. Formula yang digunakan menjadikan mobil tersebut dapat bersaing dengan berbagai model mobil lainya.