Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Apr 8, 2023

Sirop Obat, Aman Nggak Sih Dikonsumsi Anak?

sirop obat

10 Oktober 2022, waktu itu lagi hamil besar dan sedang persiapan buat lahiran di Malang. Berangkat pagi dari Bogor ke Malang, meski tahu kalau Ghazy agak nggak enak badan. Di tengah perjalanan, demamnya makin tinggi. Ghazy juga jadi susah makan. Maunya tiduran aja.


Lebih dari 3 hari, demamnya masih awet. Ada di kisaran 37.8-39.8 derajat Celsius. Penurun demam cuma bisa berfungsi selama 4-5 jam. Selebihnya, demamnya berangsur naik lagi. 


Tanggal 13 Oktober 2022, kami putuskan untuk bawa Ghazy ke dokter anak terdekat. Di klinik, Ghazy diperiksa dan diberikan obat penurun panas dari anusnya. Dokter juga tanya, apakah Ghazy ini penyintas Covid atau bukan, serta bagaimana buang air kecil Ghazy selama sakit. Saat itu, Ghazy memang lebih jarang minum air putih. Jadi, ya pipisnya lebih sedikit pula dari biasanya.


"Kalau begitu masih normal, tapi kalau minumnya banyak dan yang keluar sedikit. Berarti, ini ada masalah. Tolong dipantau terus ya, Bu. Saya kasih kontak perawat saya. Kalau ada apa-apa bisa langsung tanya Beliau."


Anak Sakit Ketika Isu Gagal Ginjal Akut pada Anak Merebak

anak demam

Ghazy memang sakit ketika Gagal Ginjal Akut pada Anak merebak. Dokter anak sedang waspada tingkat tinggi kalau-kalau ada kasus baru. Jelang seminggu, muncul berita tentang sirop obat yang mengandung  Etilen Glikol (EG) atau Dietilen Glikol (DEG) pada pelarutnya. Obat-sirop obat dicabut hak edarnya untuk sementara. Semua sirop obat yang ada di rumah diminta untuk tidak diberikan pada anak sampai kejelasan kasus.


Apa rasanya saat itu?


Deg-degannya ada banget. Apalagi salah satu penurun panas yang biasa dipakai Ghazy ada dalam list obat yang dilarang untuk diberikan untuk sementara. Pikiran udah nano-nano banget saat itu. Apa Ghazy perlu tes lab atau nggak. Perlu rawat inap atau nggak. Karna, setelah kami kontrol ke dokter juga demamnya masih sesekali muncul. Iya, ada batuk dan pilek (bapil) yang menyertai. Ini yang bikin kenapa nggak ada tes lab saat kontrol ke dokter kemarin. Ada kemungkinan bapil biasa. Ada juga kemungkinan yang mengarah ke Gagal Ginjal Akut pada Anak.


Alhamdulillah, setelah Ghazy dipijat, semua gejala membaik. Mungkin, dia sakit karena kecapekan juga setelah menempuh perjalanan panjang dari Bogor ke Malang.


Perasaan lega boleh dibilang masih sementara. Karena waktu itu, gejala batuk pilek semacam sedang jadi wabah nasional. Buanyak banget anak-anak yang sedang batuk pilek demam. Kalau tidak ada isu tentang obat sirop yang menggunakan pelarut EG/DEG, buibu udah selow sih. Kalau demam di atas 37,5 derajat Celsius, kasih penurun demam. Fokus bikin anak nyaman selama sakit. 


Tapi, isu sirop obat ini bener-bener bikin puyeng. Kalau demam tinggi, ya masa nggak dikasih obat? Kalau dikasih obat puyer, tahu sendiri kan pahitnya kaya apa. Kasih sirop obat aja drama, apalagi yang puyer. Masya Allah bener deh.


Beberapa Obat Sirop Mulai Dinyatakan Aman


Alhamdulillah, tidak lama kemudian, muncul pemberitahuan tentang obat-obat sirop yang aman dikonsumsi oleh anak. Meski sudah ada pemberitahuan tersebut, deg-degannya masih ada banget.


"Bener nih, sudah aman?" pertanyaan semacam ini sering muter di kepala. 


Biar anak nggak sampai konsumsi obat, aku coba jaga Ghazy bener-bener supaya nggak sakit. Makannya, aktivitas fisiknya, berjemur, semua jadi ikhtiarku untuk meningkatkan imun tubuh Ghazy. Alhamdulillah, sejak bulan Oktober sampai aku melahirkan di bulan Desember. Ghazy sehat terus.


Keresahan akan obat sirop ini bisa disingkirkan sampai akhirnya adik lahir dan harus diberikan vaksin. Salah satu efek dari vaksin pada bayi adalah munculnya demam. Ini bisa cuma semalam, tapi bisa juga sampai 3 hari. Artinya, harus kasih sirop obat penurun demam ke Ghafy, si adik yang masih bayi. Khawatirnya ada banget. Bahkan, ketika obatnya diresepkan oleh dokter anak, aku masih ragu akan keamanannya.


Adakah yang merasakan hal sama sepertiku?


Sirop Obat, Apakah Sudah Aman untuk Dikonsumsi Anak?

dialog interaktif kesehatan


Sebagai orang awam dan bukan orang medis, tentu saja aku butuh informasi yang akurat terkait penggunaan sirop obat ini. Biar tenang mamak kalau mau kasih sirop obat ke anak. Alhamdulillah, 21 Maret 2023 kemarin Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) bersama dengan Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dan Pakar Farmakologi menyelenggarakan acara Dialog Interaktif Kesehatan: Sirop Obat Aman Untuk Anak yang diadakan di Royal Kuningan Hotel, Jakarta. Tujuan dari acara ini adalah untuk memberikan informasi yang akurat, pasti dan terpercaya mengenai keamanan penggunaan sirop obat atau yang umumnya disebut obat sirup, kepada orangtua dan Dokter Spesialis Anak.


Acara tersebut dihadiri oleh Dr. Dra. Apt. Lucia Rizka Andalucia, M.Pharm., MARS, Selaku Direktur Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Dr. Dra. Agusdini Banun Saptaningsih, Apt., M.A.R.S. Selaku Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Dari BPOM, ada Dra. Tri Asti Isnariani, Apt, M. Pharm Selaku Direktur Standarisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor & Zat Adiktif (ONPPZA) dan Plt. Direktur Registrasi Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Kemudian, ada dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp. A(K) Selaku Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Apt. Noffendri Roestram, S.Si Selaku Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. Selain itu, acara tersebut juga mengundang para akademisi, seperti Prof. Apt. I Ketut Adnyana, Msi., Ph.D Selaku Guru Besar Farmakologi – Farmasi Klinis, Institut Teknologi Bandung dan Prof. DR. Rer. Dr. rer. nat. Apt. Rahmana Emran Kartasasmita Guru Besar Kimia Farmasi, Institut Teknologi Bandung. Selain itu ada juga artis/momfluencer Mona Ratuliu yang juga hadir dalam acara tersebut.


narasumber dialog interaktif kesehatan


Dra. Tri Asti Isnariani, Apt, M. Pharm selaku Direktur Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor & Zat Adiktif (ONPPZA) dan Plt. Direktur Registrasi Obat, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia menjelaskan bahwa dalam penanganan kasus cemaran EG/DEG yang ditemukan dalam sirop obat sejak Oktober 2022, BPOM telah melakukan langkah-langkah antisipatif, seperti intensifikasi surveilans mutu produk, penelurusan dan pemeriksaan terhadap sarana produksi dan distribusi, hingga pemberian sanksi administratif, termasuk melakukan verifikasi pemastian mutu terhadap sirop obat yang beredar. Upaya-upaya penindakan juga terus dilakukan terhadap sarana produksi dan distribusi jika terdapat unsur pidana bidang kesehatan. Daftar produk sirop obat yang aman untuk dikonsumsi selama mengikuti aturan pakai, kini bisa dilihat di website /sosmed BPOM atau melalui kanal publikasi resmi BPOM lainnya. Masyarakat, pasien, fasilitas layanan kesehatan dan dokter diminta untuk tidak lagi khawatir dan ragu.


Dalam kaitannya dengan GGAPA, Prof. apt. I Ketut Adnyana, Msi., Ph.D selaku Guru Besar farmakologi – Farmasi Klinis, Institut Teknologi Bandung, menjelaskan bahwa kasus GGAPA pada tahun lalu terjadi karena adanya intoksikasi obat yang tercemar oleh EG/DEG yang melebihi ambang batas sehingga berdampak masal. Namun perlu diketahui bahwa GGAPA bisa disebabkan oleh berbagai faktor lainnya (multifactorial) seperti status kesehatan pasien (riwayat penyakit), alergi terhadap suatu bahan tertentu, infeksi (termasuk Covid-19), status nutrisi (dehidrasi), obat, makanan, logam berat, toksikan (EG/DEG dari berbagai sumber), dan lain sebagainya.

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) menyampaikan hal yang hampir sama, beliau mengatakan bahwa GGAPA sudah ada sejak lama, sehingga perlu investigasi mengenai penyebab GGAPA jika kasus yang terjadi hanya individual. Fakta sudah berbicara bahwa hasil verifikasi ulang produk sirop obat oleh BPOM per November 2022 lalu sudah aman, sehingga produk sirop obat yang sudah dirilis kembali oleh BPOM, bisa diresepkan kembali oleh dokter dan bisa dikonsumsi masyarakat dengan tenang selama mengikuti aturan pakai. 


narasumber


Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, apt. Noffrendi Roestram, S.Si mengemukakan pengalaman apoteker dalam menerima keluhan masyarakat yang kesulitan mendapatkan akses sirop obat yang belum boleh beredar dan panjangnya proses mendapatkan obat puyer, selama periode penarikan sementara sirop obat tahun lalu. Namun dengan tidak adanya lagi kasus GGAPA masal sejak dirilisnya produk sirop obat oleh BPOM bulan Desember tahun lalu membuktikan keamanan produk tersebut. Dengan demikian pasien dan orangtua tidak perlu lagi khawatir dan dianjurkan untuk membeli sirop obat di apotek resmi, baik yang berdasarkan resep dokter ataupun untuk pembelian obat bebas.


Tirto Kusnadi selaku Ketua Umum GP Farmasi menutup dengan kesimpulan yang diambil dari hasil Dialog Interaktif Kesehatan yang digelar hari ini. Pertama, ada 2 faktor penyebab GGAPA. Yang pertama adalah GGAPA individu yang terjadi karena faktor medis individu tersebut dan yang kedua adalah gagal ginjal anak masal yang ditandai dengan terjadinya sejumlah besar kasus secara bersamaan, yang disebabkan karena terjadinya pencemaran. Yang kedua, dengan sudah dinyatakannya oleh otoritas kesehatan yang berwenang bahwa sirop obat yang sudah melalui verifikasi ulang dan sudah dirilis oleh BPOM adalah sirop obat yang aman, maka Dokter Spesialis Anak tidak perlu ragu lagi untuk meresepkan sirop obat kepada pasien dan masyarakat juga bisa kembali menggunakan sirop obat dengan mengikuti aturan pakai. Yang terakhir, Tirto Kusnadi kembali mengingatkan kepada anggotanya agar tetap disiplin dalam menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Benar (CPOB) dan Cara Distribusi Obat yang Benar (CDOB).


Penutup

Setelah acara Dialog Interaktif Kesehatan: Sirop Obat Aman Untuk Anak kemarin, aku jadi makin tenang ketika harus pakai sirop obat ke anak. Harapannya, semoga kasus seperti kemarin nggak ada lagi. Dari berbagai pihak, baik itu perusahaan farmasi, BPOM dan kepolisian juga mau kerja sama untuk menjaga agar kasus tahun kemarin tidak terjadi lagi.


Sumber:

https://www.instagram.com/gpfarmasi.id/