Mar 29, 2021
Tidak Semua Orang Bisa Bilang Maaf
Kapan hari, saya marah sama suami. Alasannya sepele, gara-gara dia tidur di pagi hari. Kita tahu ya, hawa-hawa pagi emang bikin ngantuk. Paling sedep kalau abis Sholat Subuh tuh tidur lagi. Tapi, ini kan kita bukan jomblo yang hidup sendiri lagi. Ada banyak hal yang harus disiapkan di pagi hari.
Belum ini, belum itu. Ghazy rewel dan maunya sama Ummi. Suami tidak berusaha bangun dan mengambil alih Ghazy. Masih bersikekeuh kalau Ghazy minta nenen. Padahal, bukan.
Pagi itu Ghazy rewel karna lihat HP. Belum mandi, belum makan, minta nonton YouTube. Oya tentu tydak. Ini yang bikin dia tantrum pagi-pagi.
Saya kesal bukan main sama suami yang diam aja di kasur. Tidak berusaha membantu dan terus nyuruh saya untuk kasih Ghazy ASI. Bahkan, dia ikut-ikutan kesal karna tidurnya terganggu.
Wow, sungguh suasana pagi yang menyulut emosi, saudara-saudara.
Singkat cerita, saya taruh Ghazy di kasur. Saya pasang pagar pembatas kasur. Lalu, saya pergi ke dapur.
Biasanya, saya akan memutar podcast atau nonton streaming apapun dari YouTube, VIU, atau kelas online. Tapi, pagi itu tidak. Saya terlalu marah sampai enggan memilih playlist. Dalam kepala saya berkecamuk aneka rupa omelan.
Hari itu, saya putuskan untuk diam. Saya abaikan suami saya. Tak ada chat, video call, bahkan saya menolak disentuh. Saya bilang kalau saya kesal dengannya.
Besoknya, masih tidur lagi pagi-pagi. Wow, anak sultan apa gimana nih?
"Nggak usah pulang kalau mau tidur pagi-pagi! Tidur aja di kantor sana!"
Tidak cukup dengan hardikan semacam itu. Pintu saya banting. Mainan Ghazy yang di lantai saya tendang-tendang. Terakhir, saya masuk ke kamar dan kamar saya kunci.
Saya super kesal dengan suami saya. Bukannya minta maaf, malah membuat saya makin kesal. Sepertinya, tidurnya jadi tak nyenyak karna saya marah-marah. Suami saya akhirnya bangun dan pergi ke dapur. Saya tidak tahu persis apa yang suami saya lakukan. Males aja nengok.
Rasa kesal, membuat saya enggan membukakannya pintu ketika akan pergi ke kantor. Saya abaikan pamitnya. Saya tak berusaha menjelaskan ke Ghazy kalau abinya mau berangkat ke kantor. Jadi, pagi itu dia berangkat tanpa salam dan salim dari kami. Bahkan, Ghazy cuma nengok aja karna lagi asyik nonton YouTube.
Amarah saya mencair ketika saya masuk ke dapur. Cucian piring tak ada. Nasi sudah matang. Dapur aman terkendali. Saya dan Ghazy tinggal makan siang tanpa harus riweh lagi siapkan ini itu. Mungkin, itu cara dia untuk bilang maaf.
Kata Maaf yang Tak Terucap
Saya jadi teringat masa ta'aruf dengan suami. Kami pernah bersitegang karna suatu hal. Kali itu, saya yang salah. Saya akhirnya meminta maaf ke suami (dulu masih calon).
"Kenapa minta maaf?"
Berjalannya pernikahan, saya baru menyadari bahwa ada kata yang hilang dari kamus hidupnya. Maaf. Suami saya sulit sekali bilang maaf.
Jujur, ini jadi PR ketika Ghazy sudah ada di tengah-tengah kami. Bagaimana caranya saya mengajari dia kata maaf, kalau suami saya saja enggan mengakui kesalahannya.
Pernah satu kali, saya sampai berkali-kali minta suami saya minta maaf ke Ghazy karna satu hal. Ghazy marah sampai menangis sesenggukan karna abinya melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan saat itu. Tangisnya bahkan tak kunjung reda meski sudah saya gendong. Dia akhirnya tenang ketika akhirnya Abi meminta maaf ke Ghazy.
Saya sempat mempertanyakan hal ini dalam benak saya sendiri. Kenapa dia begitu sulit meminta maaf. Tapi, akhirnya saya temukan sendiri jawabannya.
Pola asuh!
Ini saya temukan ketika saya dan suami berkonflik dengan ibu mertua. Suami sudah menjelaskan dasar apa yang kami pakai. Kami sampaikan bahwa beliau keliru. Tapi, kata-kata yang keluar justru pembelaan yang makin tak masuk akal. Bahkan, bukan hanya itu. Aneka rupa kesalahan masa lalu ikut diungkit.
Kalau sudah begitu, suami saya kesal sendiri. Kebetulan, ibu mertua tidak pernah memarahi saya langsung. Tapi, dia sengaja mengeraskan suaranya agar saya dengar. Jadilah, suami saya yang terasa terus-terusan dipojokkan.
Dalam satu sesi obrolan, suami saya bilang, "ya gitu itu ibu. Kadang mikirnga agak konyol. Udah jelas-jelas salah, tapi masih aja kasih alasan yang nggak masuk akal. Aku kalau Ibu udah gitu, males deh."
Ini cukup jadi kuncian kenapa suami saya suliiit sekali minta maaf. Dia tak terbiasa diajari untuk mengakui kesalahan. Dia tak terbiasa untuk menerima kesalahan dan mengungkapkan hal itu. Kalau hari ini, pasangan kalian atau orang terdekat lain sulit meminta maaf, coba tengok orangtuanya. Bagaimana dia bisa diperlakukan oleh orangtuanya, itu akan punya dampak tersendiri.
Bentuk Lain dari Maaf
Mudah tidaknya seseorang untuk meminta maaf itu dipengaruhi oleh pola asuh yang dulunya dia terima. Saya yakin, tidak ada orangtua yang tidak pernah mengajari anaknya untuk minta maaf ketika dia salah. Sayangnya, sikap orangtua itu sendiri yang mau dianggap selalu benar, tidak mau mengalah, sulit mendengarkan apa yang disampaikan anaknya, dan lain sebagainya yang membuat anak itu sendiri tidak punya gambaran yang jelas tentang bagaimana cara meminta maaf.
Gengsi yang tinggi dari orangtua akhirnya nurun ke anaknya. Kata maaf jadi sulit sekali terdengar dari lisannya. Tak peduli bagaimana gejolak yang ada dalam dada.
Tapi, tak bisa menyampaikan melalui lisan, bukan berarti tidak bisa menunjukkan dengan hal lain. Ada lho orang-orang yang memang nggak bisa bilang maaf, tapi kemudian dia wujudkan melalui hal lain untuk memperbaiki keadaan. Contohnya, apa yang suami saya lakukan ke saya setelah saya marah dalam diam.
Jadi, kalau hingga hari ini, pasangan kalian kaya susah banget minta maaf, coba deh cek hal lain. Mungkin kata maaf itu sudah diganti dalam bentuk yang lain. Entah itu hadiah atau sikap-sikap manisnya. Kalau bukan keduanya juga, mungkin dia sedang membenahi kesalahan yang dia lakukan pelan-pelan. Berusaha menghapus kesal kita dengan memperbaiki apa yang bisa diperbaiki. Berubah menjadi lebih baik lagi.
Kalau begini, haruskah kita memaksa kata maaf terucap dari lisannya?
Saya rasa tidak perlu. Apalagi kalau itu justru akan memicu konflik-konflik lain. Pasangan kita adalah manusia biasa yang tak luput dari kekurangan. Luka pengasuhan yang dulu dia terima bisa jadi membentuk dirinya menjadi sosok seperti hari ini. Kita, sebagai pasangan, mestinya tak perlu membuat luka itu menganga lagi. Justru, sebisa mungkin bantu dia untuk mengobati lukanya. Bertumbuh bersama menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi.
Bukankah Allah memang pasangkan kita dengannya untuk saling melengkapi?
Penutup
Menyebalkan memang ketika ada orang lain yang membuat kita kesal lalu pergi begitu saja tanpa ada kata maaf darinya. Menyebalkan ketika dia sudah tahu kita kesal, tapi seolah tidak pernah terjadi apapun. Tapi, coba lihat lebih dalam lagi. Jangan-jangan ada alasan kenapa dia sulit sekali meminta maaf. Alih-alih meminta dipahami dan berakhir kesal sendiri, coba tengok dari sudut pandang yang berbeda. Siapa tahu dari sana kita bisa mendapatkan pemakluman atas segala kekurangan yang orang ini miliki.
Mar 22, 2021
Memaafkan itu (Memang) Butuh Proses
"Udah, nggak usah diinget-inget," gitu kata Pak Su.
Mmm... Gimana ya. Maunya sih nggak diingat-ingat. Tapi keinget terus. Gimana dong?
Tahun 2021 ini kebetulan saya dapat konflik baru yang lumayan bikin oleng. Hampir tiap hari batin saya itu menggerutu dan ngomong judes ke orang yang menyakiti saya. Tapi, itu cuma dalam hati. Saya tidak menyampaikannya langsung.
Kenapa?
Ya ngapain? Kata-kata yang disampaikan dalam kondisi marah amat sangat memungkinkan untuk menyakiti orang lain. Dan, saya nggak mau seperti itu. Kalau saya lakukan, artinya, saya sama aja sama dia.
Di sisi lain, menyakiti orang lain juga akan punya dampak ke diri sendiri. Hari ini, ketika saya nulis ini saja, kondisi saya belum sepenuhnya pulih. Betapa bodohnya diri ini kalau membuat luka baru di tempat yang lain. Bertingkah layaknya korban, tapi di sisi lain saya mempertahankan belati itu untuk terus menyakiti diri sendiri.
Memaafkan Adalah Bentuk Mencintai Diri Sendiri
Sejak saya menulis tentang toxic parents, saya banyak menerima email curhatan dari banyak anak yang mendapati perlakuan tidak menyenangkan dari orangtuanya. Ada yang berusaha untuk memaafkan diri sendiri. Ada yang berusaha untuk tetap berbuat baik dengan orangtuanya. Ada juga yang merasa bahwa dirinya terlalu baik untuk memaafkan mereka, mengingat segala bentuk kekerasan yang sudah dia terima.
Saya tidak bilang bahwa proses memaafkan itu mudah. Saya sendiri butuh proses panjang untuk akhirnya bisa memaafkan orangtua saya dan memaklumi mereka. Bahkan, menerima kehadiran mereka lagi.
Iya, saya pernah ada di fase sama sekali tidak ingin bertemu mereka. Fase terparah adalah saya mulai mempertanyakan diri saya apakah saya akan lebih bahagia ketika mereka tidak ada.
Sayangnya, semakin saya berharap mereka menghilang dari kehidupan saya, saya justru yang semakin terluka. Saya jadi jauh lebih sensitif ketika kontak dengan mereka. Bahkan, saya sering sekali mengalami psikosomatis. Sakit yang nggak jelas.
Saya bahkan tidak berharap orangtua saya ada di samping saya ketika saya melahirkan. Saya justru takut mereka semakin membebani pikiran saya ketika saya melahirkan Ghazy. Saya enggan disalah-salahkan dalam moment yang krusial dalam hidup saya.
Tapi, Allah punya rencana lain. Justru itu yang menjadi titik balik agar kata maaf terucap dari bibir saya. Agar kedua belah pihak mau sedikit menurunkan egonya dan memahami satu sama lain.
Hubungan kami tidak langsung membaik, tapi kehadiran Ghazy memang bisa menjadi pencair suasana di antara kami. Perlahan, rasa sakit atas segala hal yang orangtua saya lakukan, menghilang. Semua berubah menjadi pemakluman.
Apa rasanya? Saya merasa hidup saya lebih enteng.
Dari apa yang saya alami, saya belajar bahwa ternyata maaf itu bukan untuk siapa-siapa. Ketika kita memaafkan orang lain, bukan berarti kita terlalu baik untuk mereka. Tapi, ini murni untuk diri sendiri. Menjaga diri sendiri agar pikiran bisa tetap sehat dan jauh dari penyakit hati.
Belajar Memaafkan dari Kisah Nabi Yusuf
Semakin belajar parenting, saya semakin tahu banyak kesalahan yang dilakukan oleh orangtua saya dalam mendidik saya. Banyak dampak yang membuat saya harus jatuh dalam lubang gelap berulang kali.
Saya menyalahkan segalanya. Saya marah. Bahkan, saya sering menangis sesenggukan ketika merasa bahwa diri ini adalah produk gagal dari pendidikan dan pengasuhan.
Sampai akhirnya, saya mendengar tausiyah Ustadz Salim Fillah tentang inner child. Beliau menyampaikan tentang kisah Nabi Yusuf. Ini kisah masa kecil yang begitu kelam. Hampir dibunuh saudara sendiri. Setelah selamat, bukan diasuh malah dijual. Bahkan, setelah itu masih difitnah dan masuk penjara meski terbukti benar.
Luka batin yang beliau rasakan bisa jadi tidak sebanding dengan apa yang saya rasakan. Saya tidak sampai hampir mati karena orangtua saya. Saya juga tidak diperjualbelikan oleh siapapun. Bahkan, saya tidak mendapatkan fitnah dari orangtua angkat saya.
Kehidupan saya jauuuh lebih baik. Dalam segala luka batin yang pernah dialami, Nabi Yusuf mampu mengulurkan tangan untuk memaafkan saudara-saudaranya dengan ikhlas.
Jujur, saya cukup tertampar dengan kisah ini. Kita pasti sering mendengar kisah Nabi Yusuf. Tapi, mana pernah terpikir oleh kita bahwa ini adalah role model untuk bangkit dari inner child. Role model untuk memaafkan segala kesalahan orang lain yang sudah jahat kepada kita.
Cara Memaafkan Orang Lain
Kisah Nabi Yusuf memberi banyak sekali pelajaran untuk memaafkan setiap orang yang menyakiti saya. Mengikhlaskan segala peristiwa dan mengambil hikmah darinya. So, kali ini saya ingin berbagi bagaimana cara saya untuk memaafkan mereka.
Well, saya tidak bilang bahwa saya bisa mudah untuk memaafkan. Tapi, setidaknya saya mau berproses untuk memaafkan orang-orang ini. Sekali lagi, ini bukan untuk mereka, tapi untuk kebaikan diri sendiri.
1. Beri Hadiah
Ini agak kontradiktif sih memang. Tapi ada keajaiban dari hadiah. Kasih aja ke orang yang pernah nyakitin kita. Lakukan dengan ikhlas. Memberi hadiah mampu menghapus benci menjadi cinta. Membasuh luka dengan kasih sayang.
Ingat, kita tidak sedang berusaha memaafkan untuk orang lain. Tapi, ini untuk diri sendiri. Tidak ada kata "terlalu baik". Ini untuk kebaikan sendiri.
2. Biar Allah dan Kita yang Tahu
Kita nggak perlu kok repot-repot bilang memaafkan, kalau itu hanya akan membuka luka lama. Biarin aja mengalir begitu aja. Biar Allah dan kita yang tahu kalau hati kita sudah memaafkan mereka.
Penutup
Saya nggak akan capek buat ngingetin semuanya bahwa memaafkan itu bukan untuk orang lain. Bukan karna kita terlalu baik untuk orang lain. Menyimpan sakit hati hanya akan menyakiti diri sendiri. Kalau mereka yang membuat kita sakit hati bisa hidup dengan lebih baik. Kenapa kita harus terus melukai diri sendiri dengan terus menerus menyimpan luka?
Mar 19, 2021
Optimasi Instagram untuk Media Promosi Bisnis Online
Tahun 2019, tetiba saya keidean bikin online shop (lagi). Berbekal "pingin aja", akhirnya saya mulai membuka toko online. Produk yang dijual adalah produk yang memang sekiranya akan saya pakai. Motifnya sederhana. Kalau tidak laku, bisa saya pakai sendiri. Platform sosial media yang saat itu saya pilih adalah Instagram. Tidak ada alasan khusus, saya pikir akan lebih mudah untuk jualan di platform yang saya sudah amat familiar dengannya.
Berjalannya toko online itu, apakah semua berjalan lantjar djaya abadi selamanya? Oya tentu tydak, Markonah!
Saya bingung habis-habisan. Toko online itu beda dengan toko offline. Kalau toko offline, kita bisa lari ke tempat yang sekiranya ramai pengunjung. Lalu, dagangan digelar. Selesai. Tapi, ternyata tidak demikian dengan toko online.
Kenapa? Orangnya nggak kelihatan. Tokonya juga nggak kelihatan.
Ini beda dengan ada toko baru di salah satu daerah. Orang bisa ngeh kalau posisi toko memang strategis. Tapi, kalau jualan online? Tahu dari mana kalau lokasi kita strategis atau tidak? Tahu dari mana ada orang yang kepo atau tidak? Semuanya GHAIB.
Berbekal ilmu yang amat sangat minimalis saat itu, saya coba ini itu. Hasilnya? Sudah pasti boncos sana sini juga.
Nggak mau terjerumus ke dalam lubang semakin dalam. Akhirnya, saya memutuskan untuk mundur dulu dari perhelatan akbar itu dan mulai belajar. Kebetulan, waktu itu saya baru saja melahirkan. Jadi, sedikitnya waktu itu saya pakai untuk belajar dan mengatur strategi sampai saya tahu harus apa dan bagaimana.
Dan, kali ini, saya akan share secuil ilmu yang sudah saya pelajari dan praktikan selama menjalani lika-liku jualan produk dan jasa di Instagram.
Harus Banget Jualan di Instagram?
Bukan hanya sekarang sih, tapi sejak kemunculannya, Instagram memang sudah dijadikan salah satu media promosi online. Nah, pertanyaannya, harus banget jualan di Instagram? Kalau nggak jualan di sini memangnya kenapa? Kalau saya mencukupkan diri dengan jualan di Whatsapp aja gimana? Atau, pakai Facebook aja gimana?
Sebelum saya jawab segala pertanyaan itu, mari kita tengok data berikut ini.
sumber: NapoleonCat.com |
"Target marketku semua orang, Lel. Berarti bisa dong pakai Instagram?"
Bisa. Bisa. Tapi, kalau kamu mentargetkan semua orang, kamu akan kehilangan banyak orang. Kenapa? targetnya aja bias. Gimana kita bisa atur strategi untuk mendekati mereka. Pendekatan ke mahasiswi sama ibu-ibu itu bedaa lho. Pendekatan ke bapak-bapak sama ibu-ibu pun juga demikian. Lalu, kamu masih mau bikin target market semua orang? Gimana caranya?
Oke, kembali ke topik.
Kalau target market kita memang masuk dalam kelompok pengguna terbanyak di Instagram, mari kita lanjutkan bergelut di Instagram. Tapi, kalau bukan. Silakan cari yang lain.
Angka 36,5% dan 31,7% dari 82 juta itu besar sekali. Kalau dari angka yang ada, kita bisa menguasai 1% saja dari pengguna dengan range tersebut, bayangkan berapa banyak keuntungan yang akan kita dapatkan? Sekali lagi, kalau bisa. Misal, tidak sampai 1%, 0,1% pun juga banyak. Artinya, banyak traffic yang akan datang kalau kita tahu caranya.
Gimana Caranya Jualan di Instagram?
Kalau kamu baca sampai sini, saya yakin kamu memang punya target market yang sesuai untuk jualan di Instagram. Atau, kamu memang akan menargetkan orang-orang yang main Instagram. Di dalam kepalamu mungkin mulai bergelayut tentang gimana sih caranya jualan di Instagram itu? Udah posting tiap hari kok income segitu-gitu aja?
Ini termasuk pertanyaan yang amat sering ditanyakan dalam forum-forum yang bahas per-Instagram-an.
Sebetulnya, cara jualan di Instagram itu sama kaya jualan offline. Ada orangnya, ada yang ditawarkan. Jadi duit deh. Kalau di Instagram, orang ini bisa dilihat dari traffic di akun kita. Selain traffic, tentu harus ada produk yang ditawarkan. Entah itu barang atau jasa.
Intinya sih, nggak akan ada penjualan kalau nggak ada sumber traffic (pengunjung). Tapi, kalau ada traffic nggak ada penawaran, ya nggak bakal jadi duit juga. Jadi, keduanya, antara traffic dan penawaran ini harus ada.
Sumber traffic di akun Instagram kita datang dari feed. Kenapa feed? Kenapa bukan story?
Ini karena konten di feed Instagram kita bisa diakses oleh siapa saja. Entah, dia follow kita atau tidak. Dia juga akan tetap terpampang nyata lebih dari 24 jam di profil Instagram kita, kecuali konten tersebut ditake-down oleh Instagram atau kita sendiri. Jadi, segala sesuatu yang ada di feed kita, baik itu foto, video, flyer promosi, bahkan sampai IGTV, semuanya memungkinkan untuk mendatangkan traffic ke akun Instagram kita.
Sedangkan apa yang tayang di story, ini untuk berinteraksi lebih dengan follower. Ngobrol lebih jauh. Memperkenalkan diri lebih banyak. Ini untuk memantain agar para follower ini tidak datang dan pergi dengan begitu cepat.
Traffic di feed post bisa datang bukan hanya dari beranda para follower kita, tapi juga dari hashtag, explore, dan lain-lain. Kalau konten post feed yang kita buat bisa klik ke pembaca, ada kemungkinan mereka akan berkunjung ke profil kita. Dari profil itu, mereka akan cek bio kita, highlight kita, story-story kita, bahkan sampai DM kita, inilah ruang yang bisa kita manfaatkan untuk memberikan penawaran ke mereka. Dari penawaran, kalau memang Allah ridhoi dan itu rejeki kita, ya ngalir juga duitnya.
Mengenal Algoritma Instagram
Kalau kita mau mendapatkan banyak traffic dari Instagram, mau tidak mau kita harus mengenal lebih dekat tentang bagaimana algoritma sosial media ini bekerja. Kita sama-sama tahu bahwa algoritma Instagram tidak lagi sama. Kalau dulu dia menampilkan postingan berdasarkan waktu saja, sekarang sudah tidak lagi. Bukan hanya waktu yang menjadi tolok ukur sebuah konten tampil ke beranda follower kita, tapi juga relevansi konten dengan audience.
Dari mana Instagram tahu suatu konten relevan dengan kita atau tidak? Ini dari seberapa banyak interaksi yang kita lakukan dengan konten tersebut. Makin sering berinteraksi, maka konten-konten tersebut akan makin sering kita lihat. Artinya, kalau kita mau menaklukkan algoritma ini, kita perlu melakukan hal-hal berikut:
- Buat konten yang relevan dengan target market
- Tambahkan hashtag yang relevan dengan konten kita
- Post di waktu yang tepat
- Balas komentar yang masuk
- Coba berinteraksi dengan audience akun sejenis untuk mengundang perhatian mereka
- Lakukan secara konsisten
Biasanya, kalau bahas soal algoritma Instagram, akan muncul pertanyaan seperti ini, "algoritma istagram berubah ya?"
Instagram memang akan selalu mengupdate fitur-fitur yang dimilikinya demi kenyamanan pengguna. Perubahan fitur ini tentu akan mempengaruhi bagaimana algoritma Instagram itu sendiri bekerja. Tapi, garis besar yang digunakan masih tetap sama. Instagram masih meranking konten berdasarkan relevansinya dengan audience.
Nah, kenapa kok rasanya berubah terus? Ini karena Instagram menggunakan machine learning yang mempelajari habit pengguna di Instagram itu sendiri. Dulu, kita post konten A, mudah sekali masuk top hashtag. Sekarang, kok tidak lagi ya? Bisa jadi, ini karena audience kita mulai bosan dengan apa yang kita berikan. Akhirnya, interaksi di akun kita menurun. Kalau menurun, Instagram akan mengindikasi konten kita sudah tidak relevan dengan meraka.
Jadi, kalau kita ingin bisa terus eksis di Instagram, kita tidak hanya harus konsisten posting konten yang berkualitas dan relevan dengan target market kita saja. Kita pun harus melakukan inovasi agar mereka tidak bosan dengan konten-konten yang kita sajikan. Selain itu, kolaborasi dengan akun lain juga akan membuat akun Instagram kita mendapat pengunjung di luar lingkaran yang saat ini kita miliki.
Konten untuk Media Promosi
Pernah dengar istilah "content is the king"? Istilah ini tetap berlaku untuk semua konten di dunia maya. Pada akhirnya, sumber utama yang menjadi daya tarik ya isi konten itu sendiri. That's why, jangan main-main dalam merencanakan sebuah konten.
Kalau kamu memang serius untuk menjadikan Instagram sebagai media promosi, maka setidaknya kamu harus mau meluangkan waktu untuk belajar desain, teknik fotografi, videografi, dll. Tidak harus mahir dulu untuk posting sebuah konten. Tahu sedikit-sedikit pun tak masalah. Kalau nunggu jago dulu, nanti nggak posting-posting. Lakukan saja sembari belajar. Nanti lama-lama juga jadi mahir sendiri.
Selain tahu sedikit tentang ilmu untuk menunjang pembuatan konten itu sendiri, kamu juga harus tahu konten apa saja sih yang menarik audience. Ini penting untuk kamu ketahui karena dari sinilah sumber trafficmu datang.
Coba dekati target market dari konten-konten yang memang membuat mereka tertarik. Kalau diamati lagi, ternyata jenis konten yang membuat orang tertarik itu ada dua jenis. Kalau nggak edukatif, ya entertaining. Jadi, kalau kamu tidak bisa menghibur, setidaknya berilah sesuatu yang bermanfaat untuk target marketmu. Atau, sebaliknya. Jangan hanya kasih promooooo aja.
Udah, jangan tanya kenapa. Coba deh posisiin diri sebagai orang yang lihat promo. Suka? Kalau suka, mungkin kita nggak bakal nungguin 5 detik buat skip ads. Kita akan dengan antusias menyaksikan setiap iklan yang muncul. Iya apa iya?
Iya, orang memang nggak suka dipromoin. Tapi, mereka akan beli setelah berkali-kali lihat. So, pastikan mereka kepo dengan konten yang kita hasilkan. Biar mereka datang ke profil kita. Lalu, menyaksikan promo-promo yang hadir di sela-sela konten yang kita punya. Gimana caranya? Lakuka remarketing melalui bio, story, IGTV, IG Live, dan fitur lain selain feed.
Penutup
Optimasi Instagram pada dasarnya adalah cara kita untuk mengoptimasi akun kita agar mendapatkan traffic yang lebih besar. Dari traffic yang besar, peluang orang yang beli juga jadi jauh lebih besar. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan. Selain melakukan cara yang organik (tidak berbayar) seperti yang saya sebut di atas, tidak masalah melalukan cara yang berbayar untuk mendapatkan jangkauan yang lebih luas dan tertarget.
Mar 4, 2021
Serba Serbi Tentang Vaksin Covid 19 yang Perlu Kamu Ketahui
Hal yang paling bikin saya gedeg dari pandemik adalah banyaknya hoax yang tersebar melalui grup WhatsApp. Siapa para penyebarnya? Ya orang-orang tua kita. Om, tante, ayah, ibu, pak dhe bu dhe. Lalu, kalau dikasih tahu itu hoax marah-marah. Kzl.
Saya agak sebel lagi dengan orang-orang yang meremehkan Covid-19. Katanya, Covid 19 ini tidak nyata. Ini cuma teori konspirasi aja. Katanya, nggak perlu takut sama Covid-19. Asal banyak-banyak mendekatkan diri sama Allah, in sya Allah aman. Ada juga kaum-kaum bodo amat sama virus ini. Hmmm... Ini nih yang bikin Covid-19 di Indonesia tidak kunjung usai. Grafiknya naiiiiik terus. Nggak ada turun-turunnya.
Alhamdulillah, Allah kasih jalan buat menyadarkan banyak orang. Meskipun ada harga mahal yang harus dibayar, seperti ketika mereka harus merasakan ganasnya virus itu atau melihat sendiri orang-orang terdekat mereka meninggal karena terjangkit virus ini. Banyak yang akhirnya mulai sadar. Meskipun, orang-orang yang makin bodo amat dengan segala protokol kesehatan juga banyak.
Rasa-rasanya, ini nggak akan berhenti sebelum ada vaksin. Alhamdulillah juga, Vaksin Covid 19 sudah ada di Indonesia. Apakah ini langsung jadi solusi? Ternyata tidak.
Nggak Ada Vaksin Resah, Ada Vaksin Resah Juga
Kenapa sih saya bilang kalau vaksin nggak bisa langsung jadi solusi? Ya karna ini nih. Nggak ada vaksin resah, ada vaksin resah juga. Kalau dulu, hoax yang muncul tentang virus itu sendiri. Kali ini aneka macam hoax dan asumsi pribadi datang dari vaksinnya. Menyebarkan ketakutan. Akhirnya, orang jadi maju mundur mau vaksin.
Sebetulnya, keresahan dalam diri itu bisa hilang kalau kita mau cari tahu kebenarannya. Vaksin Covid 19 itu apa sih? Aman nggak sih? Halal nggak sih? Kalau udah divaksin, ada kemungkinan kena Covid nggak sih? Semuanya bisa dicari tahu. Setelah tahu kita bisa memutuskan dengan akal sehat, mana manfaat yang lebih besar. Vaksin atau tidak.
Melalui tulisan ini, saya ingin merangkum tentang apa itu Vaksin Covid 19, aman tidaknya, bagaimana kehalalannya, hingga skema pendistribusian vaksin ini ke masyarakat kita. Semoga dari sini kalian ikut tergambar Vaksin Covid 19 ini gimana.
Kenali Manfaat Vaksin Covid 19
Vaksinasi atau imunisasi merupakan prosedur pemberian antigen penyakit dengan tujuan untuk membentuk sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyalit tersebut. Antigen ini biasanya berupa virus atau bakteri yang sudah dilemahkan atau bahkan sudah mati. Tapi, bisa juga bagian dari virus atau bakterinya sendiri.
Sebetulnya, kita nggak harus vaksin atau imunisasi juga sih. Sistem kekebalan tubuh ini bisa muncul kalau kita pernah terinfeksi virus atau bakteri tersebut. Kaya Covid 19 ini. Kita nggak perlu divaksin agar tubuh kita kebal melawan penyakit itu. Tapi, kalau tidak vaksin artinya kita harus membiarkan diri kita jadi penderita dulu baru antibodinya terbentuk. Sementara itu, kita tahu bahwa tidak semua orang yang terkena Covid 19 punya gejala ringan. Mereka yang butuh perawatan intensif di ICU, bahkan meninggal pun tidak sedikit jumlahnya.
Kita sendiri juga nggak tahu. Apakah kalau kita kena Covid 19, gejala yang muncul ini cuma gejala ringan atau berat. Dengan kemungkinan yang lumayan ngeri-ngeri sedap ini, saya pribadi lebih memilih untuk divaksin sih.
Hal yang patut saya syukuri di tahun ini adalah adanya Vaksin Covid 19. Apa saja sih manfaat yang bisa kita dapatkan dari vaksin ini? Check this out!
1. Menurunkan resiko terinfeksi Covid 19
Pemberian vaksin pada seseorang dapat digunakan untuk memunculkan sistem kekebalan tubuh terhadap suatu virus. Begitu juga yang terjadi pada vaksin Covid 19. Dengan vaksinasi, kita bisa lebih kebal terhadap penyakit ini. Kalaupun kita terkena Covid 19, gejala yang dimunculkan juga tidak berat.
2. Mendorong terbentuknya herd imunity
Sekelompok orang yang mendapatkan Vaksin Covid 19 akan daoat melindungi orang lain di sekitarnya yang belum mendapatkan vaksin. Ini karena resiko penularan menurun dari orang-orang yang sudah divaksin. Untuk bisa mencapai herd immunity ini, penelitian menyebutkan bahwa minimal 70% penduduk dalam suatu negara harus sudah divaksin.
3. Meminimalkan dampak ekonomi dan sosial
Selain dampak kesehatan, adanya vaksin juga akan memberikan dampak ekonomi dan sosial. Kalau masyarakat kita punya sistem kekebalan tubuh yang baik, in sya Allah kondisi ekonomi maupun sosial juga akan kembali seperti sediakala.
Fakta Terkait Vaksin Covid 19
Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, adanya vaksin tidak serta merta menjadi solusi. Faktanya, tidak sedikit masyakarat yang resah dengan keberadaan vaksin ini. Apakah dia aman digunakan? Apakah sudah terjamin kehalalannya? Belum lagi munculnya hoax di sana sini yang makin bikin resah.
Berikut ini fakta penting vaksin Covid 19 yang perlu kamu ketahui.
1. Diberikan secara gratis
Kita tidak perlu khawatir lagi tentang biaya vaksinasi Covid 19. Ini karena pemerintah akan memberikan vaksin ini secara gratis dan tanpa syarat. Semua orang bisa mendapatkannya. Pemerintah menargetkan setidaknya 180 juta orang lebih menerima vaksin ini secara gratis.
2. Aman dan halal digunakan
Kalau ngomomgin soal keamanan dan kehalalan, tentunya kita perlu merujuk ke badan yang memang kompeten ngurusin dua hal ini. Siapa itu? Siapa lagi kalau bukan BPOM dan MUI. Kedua lembaga ini sudah memberitahukan bahwa Vaksin Covid 19 aman dan halal untuk digunakan. Jadi, sebagai masyarakat umum, kita ngikut saja ya.
3. Diberikan secara bertahap sesuai dengan prioritas
Vaksin Covid 19 ini tidak bisa diberikan secara langsung ke seluruh masyarakat sekaligus dalam satu waktu. Jadi, pemerintah nantinya akan memberikan secara bertahap berdasarkan prioritas. Pemberian vaksin ini sudah dimulai sejak Januari 2021. Orang-orang yang pertama kali diberikan tentunya orang-orang yang ada di garda depan dalam menangani kasus ini, yaitu tenaga kesehatan. Selain tenaga kesehatan, garda depan pemerintahan juga diberikan.
Alhamdulillah, kini pemberian vaksin sudah masuk ke tahap selanjutnya. Para pekerja dengan resiko penularan tinggi dan para pelayan publik mulai diberikan vaksin. Ojek dan taksi online, TNI, Polri, Pelayan publik, pedagang pasar, dan sejenisnya mulai divaksin nih. Kalau semuanya lancar, akan lanjut ke masyarakat umum dengan pendekatan kluster ketersediaan vaksin.
"Terus aku kapan dong divaksinnya?"
Sabar ya...
Kalau kita tidak dalam kelompok prioritas awal memang antrinya akan cukup lama. Ini bukan cuma puluhan kaya kalau kita ngantre di bank atau rumah sakit, tapi jutaan. Jadi ya wajar aja kalau lama.
Khawatir nggak sih dengan lamanya antrian itu? Kalau saya sih iya. Tanpa antibodi di dalam tubuh, kita nggak pernah tahu seperti apa efek yang akan terjadi. Nah, kalau kamu khawatir apakah kena Covid 19 atau nggak, kamu bisa langsung test aja. Biar nggak antre lama saat mau test, kamu bisa buat appointment dulu melalui aplikasi Halodoc.
Apa sih Halodoc itu?
Halodoc adalah aplikasi kesehatan yang memberikan solusi lengkap bagi masyarakat. Aplikasi ini berisi fitur lengkap yang memudahkan kita memperoleh akses layanan kesehatan dengan mudah. Melalui aplikasi ini juga, kita bisa berkonsultasi dengan dokter bahkan membeli obat dengan resep dokter. Selanjutnya, obat akan diantar ke rumah kita.
Selama pandemik ini, aplikasi ini juga menyediakan fitur untuk mencari rumah sakit mana yang bisa melakukan covid test. Baik itu rapid test maupun PCR swab test. Kita juga bisa langsung membuat appointment dengan rumah sakit pilihan untuk melakukan test.
Penutup
Adanya Vaksin Covid 19 yang mulai diedarkan secara bertahap ini betul-betul membawa angin segar. Setidaknya, ada harapan bahwa pandemik ini akan segera berakhir dan kita semua bisa beraktivitas seperti sedia kala. Mungkin, tidak bisa sepenuhnya normal seperti dulu. Habit yang terbangun selama pandemik bisa jadi juga akan terbawa setelah semuanya berakhir. Tapi setidaknya kita nggak perlu parno tiap kali keluar rumah atau berada di dalam kerumunan.
Subscribe to:
Posts (Atom)