Nov 16, 2020
Penggunaan Gadget untuk Anak Usia Dini
Menjadi orangtua milenial itu adalah tantangan tersendiri. Anak yang lahir dari rahim kita, mau nggak mau akan bersinggungan dengan gadget. Dulu, tantangannya cuma televisi saja. Ketika akses televisi dicabut, maka terputuslah anak-anak dari gadget. Tapi, sekarang tidak demikian. Masih ada gadget-gadget yang lain.
Sementara kita masih mencari cara untuk membatasi mereka dari gadget, tiba-tiba batita kita sudah mahir mengoperasikan gadget. Foto selfie dengan filter-filter lucu misalnya. Kalau hanya sebatas itu saja, masih oke. Hal yang membuat ngeri-ngeri sedap adalah ketika mereka mulai kecanduan gadget.
Pemberian Gadget untuk Anak di Bawah 2 Tahun, Yey or Ney?
Ini salah satu pergolakan batin juga sih. Dalam salah satu video dokumentasi seminar parenting, dr. Tiwi menyampaikan kalau beliau tidak merekomendasikan gadget untuk anak di bawah 2 tahun. Kalau bisa, jangan sama sekali.Memang, tidak semua anak begini. Tapi, ada banyak sekali anak yang mengalami keterlambatan perkembangan karena terlalu banyak terpapar gadget. Speach delay, misalnya. Atau bisa juga motoriknya yang terlambat.
Bagi saya, ini make sense. Kita bisa amati dari lingkungan sekitar kita aja. Kalau lagi dine in di resto, kadang-kadang ada keluarga yang bawa anaknya kan. Solusi yang mereka tawarkan ke anak agar bisa duduk tenang apa? Gadget. Putarkan saja channel Youtube favorit anak mereka, pasti tenang.
Untuk anak yang sudah agak besar, bukan Youtube lagi yang diputar. Tapi sudah permainan game online. Itu gadgetnya sampai kaya mau nempel sama mata kalau mereka udah asyik.
Saya pribadi tidak ingin Ghazy dan adik-adiknya seperti itu. Jadi, sebisa mungkin saya hadir untuknya. Kalau dia bosan, ya kami berikan permainan lain yang membuat dia tertarik.
Ketika Ghazy Mulai Kenal Gadget
Kalau ditanya apakah saya setuju dengan pemberian gadget untuk anak di bawah 2 tahun? Jawabannya amat sangat tidak setuju. Tapi sayangnya, saya belum bisa 0 screen time untuk Ghazy. Huhuhu..Ada masa ketika saya betul-betul mati gaya main sama Ghazy. Semua permainan yang bisa terpikir oleh saya, sudah kami mainkan. Bahkan, kami juga sudah mengintip dari sumber-sumber lain, seperti aplikasi Chai's Play atau kanal YouTube. Tapi ya itu tadi, tetep aja mati gaya.
Kalau sudah begini, biasanya saya putarkan Ghazy video dari YouTube. Bukan cuma saya, suami pun demikian. Tapi kami sama-sama berjanji ke diri sendiri bahwa Ghazy maksimal hanya boleh nonton 1 video dengan durasi pendek.
Apakah ini berhasil? Ternyata tidak.
Saya tidak tahu kapan hal ini bermula. Ghazy mendadak jadi suka merengek minta nonton dari YouTube. Dia mulai paham di mana dia bisa mendapatkan akses itu dan dengan siapa dia harus meminta.
Ada HP nganggur. Ada Abi. Artinya, bisa nonton YouTube.
Apa yang terjadi kalau tidak diberikan? Tantrum. Sungguh wadidaw bukan. Umurnya saja belum genap 1 tahun, tapi sudah pandai memainkan strategi seperti itu.
Tips Mengurangi Screen Time pada Anak Usia Dini
Meski Ghazy sudah terpapar dengan gadget, saya masih harus banyak besyukur karena dia belum dalam taraf kecanduan. Tidak setiap hari dia nonton YouTube. Tidak setiap hari juga dia merengek memintanya. Ghazy bahkan masih lebih sering minta dibacakan buku daripada diputarkan video. Alhamdulillah...Bisa dibilang, ini karena kami segera menyadari hal ini. Begitu Ghazy mulai menunjukkan gelagat demikian, kami langsung rapat dadakan dan membuat keputusan untuk mengurangi screen time-nya. Ada beberapa tips yang ingin saya bagikan untuk kalian yang mungkin mengalami masalah serupa. Sebelum anak semakin candu dengan gadget, ini cara yang saya dan suami lakukan untuk mengurangi screen time pada anak.
1. Buat kesepatan dengan pasangan
Semua aturan screen time yang kita buat akan sia-sia kalau pasangan belum sepakat dengan hal ini. Bisa jadi kita melarang anak menonton, tapi ternyata tidak dengan suami. Ambyar sudah. Oleh karena itu, samakan tujuan dulu. Sepakati tujuan akhir bersama agar anak pun bisa mengikuti.2. Ajarkan konsep kepemilikan pada anak
Anak perlu diajarkan konsep kepemilikan. Gadget yang ada di rumah ya milik orangtua. Mereka hanya boleh menggunakan kalau dipinjami. Kalau tidak boleh, ya tidak akan diberikan.3. Beritahu fungsi gadget untuk kita
Buat saya, gadget adalah alat perang untuk menghasilkan rupiah. Iya, pekerjaan saya memang berhubungan dengan gadget. Begitu juga dengan suami. Kalau Ghazy mulai merengek, biasanya saya akan jelaskan kalau HP yang kami gunakan itu dipakai untuk bekerja. Lalu, kami tunjukkan padanya aktivitas kami dengan gadget apa. Biasanya, Ghazy akan mengerti dan berhenti merengek lagi.4. Batasi screen time, bila lebih alihkan
Anak perlu diberi batas kapan boleh melihat layar dalam sehari. Untuk anak usia dini, sulit untuk memberi tahu bahwa waktunya sudah habis. Jadi, kalau batas waktu sudah hampir habis, coba alihkan perhatian anak dengan aktivitas lain yang lebih seru.5. Hadir secara utuh untuk anak
Kalau saya amati, sebetulnya anak akan minta gadget ketika mereka bosan. Ini terjadi karena kita pun sedang sibuk dengan dunia kita sendiri. Sibuk dengan pekerjaan, scrolling instagram, dan lain-lain. Coba kalau kita hadir secara utuh di dekatnya. Bukan hanya raga kita yang hadir, tapi berikan dia perhatian yang tulus. Anak juga akan menikmati waktu bermain bersama kita dan melupakan gadgetnya.Ini juga yang Bunda Elly pernah sampaikan dalam Elly Risman menjawab pada ibu yang baru resign dan anaknya kecanduan gadget. Hadir dulu untuk anak. Buat anak jatuh cinta ke kita, butuh ke kita, dibanding gadgetnya. Semuanya pasti bisa, kalau kita mau mengupayakan.
Kesimpulan
Banyak pakar yang tidak menyarankan penggunaan gadget pada anak usia dini. Meski begitu, mewujudkan zero screen time untuk anak usia dini itu juga butuh effort besar. Adakalanya kita menyerah dengan keadaan dan memberinya gadget agar punya waktu istirahat. Sebelum anak kecanduan gadget, kita bisa mulai mengatasinya dengan sigap.Nah, kalau kamu punya pengalaman serupa tentang mengurangi screen time pada anak, kasih tahu ya...
Subscribe to:
Posts (Atom)