Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Feb 27, 2019

7 Tips Jitu Berdamai dengan Tumpukan Cucian



Sebelum menikah, saya termasuk orang yang jarang sekali berurusan dengan cucian. Kalau di rumah, ada adik saya yang biasa mencuci dan mensetrika baju orang rumah. Dulu, waktu masih di kos juga dicuci oleh orang lain. Saya biasa melaundry-kan baju-baju saya. Atau pilih tempat kost yang menyediakan jasa mencuci sekaligus. Saya lebih rela merogoh kocek lebih dalam dibanding harus berkutat dengan cucian.

Setelah menikah semuanya berubah. Mau laundry baju pikir-pikir seribu kali. Kalau dulu saya hanya menghabiskan uang 30 ribu rupiah saja untuk laundry, sekarang bisa 100 ribu lebih untuk pakaian seminggu 2 orang. Ini masih 2 orang, belum nambah lagi. Berapa duit yang keluar?



Baju yang dilaundry juga kita sama-sama tahu lah ya. Biasanya beberapa baju masih harus saya setrika lagi. Itu belum resiko baju hilang dan kelunturan. Sudahlah ongkosnya mahal. Resikonya lumayan pula.

“Udah, cuci baju sendiri aja,” begitu yang suami saya bilang.

Baiklah, kalau paduka berkata demikian. Apa yang bisa saya lakukan?

Suami saya adalah orang yang mudah berkeringat dan suka risih pakai baju yang sudah kena keringat. Jadi, kalau sudah merasa tidak nyaman, dia akan ganti baju. Sehari bisa 2-3 kali. Baju-baju saya juga tidak kalah banyak. Kalau keluar rumah, saya biasa menggunakan gamis sebagai luaran dan pakaian rumah sebagai dalaman. Tujuannya supaya tidak njiplak badan kalau terkena angin. Dari sini saja, sudah nampak alasan kenapa kalau laundry bisa mengeluarkan uang lebih dari 100 ribu rupiah.

Saya dan suami biasa mencuci 2-3 kali dengan mesin cuci kami yang berkapasitas 7 kg. Itu untuk cucian seminggu. Hal yang mengerikan itu sebetulnya bukan di proses mencucinya. Kalau mencuci saja sih mudah. Ada mesin cuci yang tinggal pencet terus mencuci sendiri dan mengeringkan baju sendiri. Tapi proses sesudahnya itu yang melelahkan. Setrika.



Ini momok untuk beberapa ibu-ibu di luar sana. Kalau sudah melihat tumpukan cucian itu pasti sulit untuk membayangkan bagaimana mensetrika semua itu. terbayang sudah panasnya, lelahnya, belum lagi kalau pakaian kusut lagi setelah masuk ke lemari. Hhhh… membayangkan proses itu saja sudah bikin maju mundur cantik.

Etapi, saya punya cara untuk berdamai dengan tumpukan cucian itu. Meminimalir rasa lelah, tapi baju masih bisa tetap rapi.

1. Kebaskan pakaian sebelum menjemur



Pakaian yang keluar dari mesin cuci biasanya akan kusut karena proses mencuci. Apalagi setelah dikeringkan, pasti jadi semakin kusut. Meskipun demikian, secanggih apapun mesin cuci yang kita miliki di rumah, tidak akan membuat baju langsung kering seperti setelah dijemur dengan panas matahari.

Ini keuntungan yang bisa kita gunakan. Mengebaskan pakaian yang belum sepenuhnya kering ini, bisa membantu pakaian jadi tidak terlalu kusut. Proses selanjutnya, seperti mensetrika dan melipat juga jadi lebih mudah.

2. Pakaian yang sudah kering, jangan diuwel-uwel



Setelah kering, kita harus tetap memastikan pakaian tidak kusut kembali. Caranya bagaimana? Ya jangan diuwel-uwel (ini Bahasa Indonesianya apa ya?). Kalau saya, untuk pakaian yang dijemur tanpa hanger, biasanya langsung saya lipat sederhana ketika mengambil dari jemuran. Untuk pakaian yang saya jemur dengan hanger, saya angkat bersama dengan hanger. Saya baru akan melepas hanger ketika saya sudah siap untuk mensetrika atau melipatnya dengan lebih rapi.

3. Pisahkan cucian sesuai kategori



Sebelum mensetrika, biasanya saya akan memisahkan pakaian kerja, pakaian rumah, pakaian dalam, dan kain-kain seperti handuk, kerudung, seprei, dan lain-lain. Proses ini akan membantu saya untuk memudahkan proses merapikan pakaian setelah ini.

4. Lipat rapi selain pakaian kerja



Pakaian yang sudah dipisahkan, tentu akan lebih mudah untuk memulai mana dulu yang harus dilipat. Saya biasanya memilih jenis yang paling mudah dilipat terlebih dahulu. Misal, handuk, seprei, selimut, dan semacamnya. Setelah itu, saya baru melipat baju-baju rumah. Saya mulai dengan kaos santai atau daster dulu, celana-celana pendek dan panjang kemudian. Kalau baju rumah selesai, barulah saya melipat kerudung-kerudung saya. Hasil akhir dari kerudung ini biasanya saya lipat agar mudah untuk digulung.

Oya, jangan lupa sebelum melipat, haluskan dulu permukaan kain dengan tangan kita. Cara seperti ini akan membuat kain tidak terlalu kusut saat nanti akan dipakai.

5. Setrika baju kerja



Ini adalah baju yang wajib di setrika. Saya nggak mau suami saya terlihat kucel karena bajunya yang kusut. Orang lain yang melihat juga akan memandang gimana gitu kalau baju kerjanya kusut. Jadi, hanya baju-baju kerja saja sih yang saya setrika. Kalau lagi super malas, minimal baju kerja untuk seminggu sudah siap pakai. Hehehe…

Selain baju kerja, pakaian yang biasa saya setrika adalah pakaian yang biasa kami gunakan untuk kondangan. Ini supaya kalau mau kondangan tinggal pakai saja dan nggak rempong setrika-setrika dulu.

6. Setrika kerudung ketika akan digunakan saja



Saya jarang menyeterika kerudung meski saya tahu kalau dilipat saja tidak akan membuat kerudung jadi mendadak rapi. Biasanya, saya akan menyetrika sebelum saya menggunakan kerudung itu. Ini tentu tergantung dari jenis kerudung apa yang digunakan. Kerudung dengan bahan spandek dan kaos ini yang paling saya suka. Alasannya sederhana, tidak perlu disetrika saja sudah rapi.

7. Tata lemari dengan baik



Bagian terakhir ini adalah bagian yang paling penting. Usaha kita di atas akan sia-sia kalau kita tidak menata lemari dengan baik. Oleh karena itu, pastikan semua pakaian ditata rapi di dalam lemari. Untuk pakaian kerja, jaket, dan gamis, saya biasa menggantungnya. Cara ini selain menjaga agar kain tidak kusut lagi, juga kami lakukan untuk menghemat lemari. Sisanya bisa ditata seperti biasa. Ditumpuk atau ditata ala orang Jepang. Silakan.

Kunci dari menata lemari adalah memastikan bahwa lemari tidak terlalu penuh dengan pakaian. Lemari yang penuh sesak dengan pakaian tentu akan membuat pakaian sulit bernapas, sulit diambil, dan sudah pasti sulit untuk bertahan rapi dalam waktu lama.

Kalau kamu sudah merasa lemarimu terlalu penuh, ini adalah pertanda bahwa kamu harus mensortir ulang isi lemari. Pilah mana pakaian yang masih digunakan dan mana yang bisa disumbangkan atau bahkan dibuang. Tapi cara ini tidak akan efektif kalau kamu tidak dapat mengendalikan diri saat belanja pakaian. Sesering apapun kamu menyumbangkan pakaianmu, kalau kamu juga sering belanja, lemarimu tetap akan penuh juga.

Saya sudah mulai membatasi diri untuk belanja pakaian sejak saya membaca larangan untuk menimbun harta. Dari apa yang saya baca, harta ini adalah segala sesuatu yang kita punya, termasuk pakaian. Memang benar, menyumbangkannya bisa menjadi solusi. Tapi kalau terus menerus ditambahkan, ya sama aja bohong. Padahal, nanti semua yang kita miliki ini akan kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Nah, itu tadi 7 cara yang saya lakukan untuk berdamai dengan tumpukan cucian. Dengan cara ini, saya bisa meminimalisir stress ketika melihat tumpukan cucian yang menggunung. Baik yang sudah dicuci maupun yang belum. Kamu juga bisa menggunakan cara ini kalau kamu seperti saya, suka parno dengan cucian. Selamat mencoba.

Feb 25, 2019

Choco Banana Oats, Menu Sarapan Praktis dan Sehat yang Cocok untuk Kamu yang Super Sibuk



Kegiatan saya makin lama semakin padat. Bahkan jadwal pagi yang biasa mulai pukul jam 10.00 mulai mundur jadi jam 08.00. Saya sendiri yang mengatur jadwal ini sih. Supaya saya punya waktu kosong dalam satu minggu lebih banyak. Maksud hati, supaya saya bisa punya lebih banyak waktu untuk menulis dengan tenang.

Jadwal semacam ini yang mendorong saya untuk bisa menemukan ide sarapan yang super praktis dan sehat. Pilihan saya jatuh pada oatmeal. Saya tidak perlu membahas lagi bagaimana khasiat oatmeal ini untuk kesehatan. Pastinya banyak. Oats bisa menyerap kolesterol jahat. Makanan ini jug baik untuk kesehatan jantung.

Alasan saya memilih oatmeal selain sehat sebetulnya karena suami saya khilaf beli oatmeal sekilo. Jadi, mau tidak mau, kami harus berusaha sedikit demi sedikit untuk menghabiskannya. Nah, kali ini saya akan berbagi oatmeal favorit saya, yaitu choco banana oats. Penasaran dengan cara pembuatannya? Yuk, simak resep berikut

Resep Choco Banana Oats

Oatmeal selain bisa dimasak manis, ternyata juga bisa dimasak menjadi gurih. Contoh oatmel gurih itu yang dimakan dengan kuah soto, kari, atau sayuran hijau lain. Saya pernah membuat oatmeal gurih dengan isian bayam dan jagung. Lalu, di atasnya saya beri tambahan toping telur dadar dan taburan bawang goreng. Enak? Kata suami sih enak. Buktinya, tiap kali dia request oatmeal, mintanya selalu yang gurih.

Bagaimana dengan saya? Saya pilih yang manis saja deh. Salah satu contohnya ya choco banana ini. Untuk membuatnya, kamu bisa siapkan dulu bahannya.

Bahan:

4 sendok makan oatmeal instan
1/4 sendok teh garam
1 sendok madu
Air panas secukupnya (gunakan susu panas lebih baik)
2 buah pisang yang telah dilumatkan
1 buah pisang yang diiris melintang untuk topping
Nutella sesuai selera

Cara membuat:

1. Campurkan oatmeal, pisang yang telah dihaluskan dan susu atau air panas ke dalam mangkuk
2. Aduk terus hingga oatmeal menjadi bubur
3. Tambahkan nuttela dan buah pisang yang telah diiris sebagai topping

Voila! Choco Banana Oats sudah jadi. Mudah sekali bukan?

Cara memasak oatmeal dengan air panas hanya berlaku jika oatmeal yang digunakan adalah oatmeal instan. Selain itu, kamu harus memasak oatmeal di atas kompor. Caranya, seperti cara di atas, hanya saja dilakukan dengan api menyala. Untuk toppingnya, bisa juga ditambah dengan kismis, keju, atau kacang-kacangan yang lain.

Selamat mencoba.

with love,


Feb 22, 2019

A-Z Tentang Ta’aruf yang Harus Kamu Tahu Sebelum Melakukannya

ta'aruf


Minggu lalu, saya sempat bahas tentang pendapatnya Tsamara Amany, tentang menikah dengan cara pacaran di Instagram story. Saya jelaskan tentang kenapa sih banyak orang yang berpikiran bahwa pacarana adalah satu-satunya jalan untuk menikah. Padahal faktanya tidak demikian. Ada banyak jalan sih untuk menuju pernikahan. Ada yang pakai pacarana dulu. Ada yang main “enak-enakan” sama temen, hamil, terus akhirnya nikah (naudzubillah min dzalik). Ada juga yang pakai cara lain, yaitu ta’aruf. Banyak DM yang kemudian masuk tentang curhatan mereka dalam proses untuk menghindari pacaran ini. Ada yang bahkan sudah dikhitbah. Tapi selama proses khitbah hingga saat ini, dia belum kenal sama sekali dengan calon pasangannya. Sebelumnya pernah kenal? Nggak juga.

Apa iya proses ta’aruf itu begitu? Apa iya, dengan proses ta’aruf kita tidak seperti beli kucing dalam karung? Apa iya, dengan proses ta’aruf kita bisa mengenal lebih dalam calon pasangan kita? Yuk, kita bahas satu per satu.

Apa itu Ta’aruf?

ta'aruf


Ta’aruf ini merupakan istilah dengan Bahasa Arab yang kalau diterjemahkan, artinya itu kenalan. Iya, ta’aruf ini adalah media yang digunakan oleh pasangan yang sudah siap menikah untuk saling mengenal calon pasangan. Pengertiannya memang sesederhana ini. Beberapa orang sudah tahu ya. Permasalahannya adalah aplikasi di lapangan yang sering kali agak blibet gitu. Horornya lagi, karena nggak paham hal-hal lain dalam ta’aruf, dia jatuh pada interaksi yang dilarang oleh Allah. 

Batasan dalam Ta’aruf

ta'aruf


Dalam Islam, kehidupan antara laki-laki dan perempuan itu terpisah, kecuali ada mahram yang mendampingi. Tapi kalau begini susah juga ya. Masa mau beli baso aja nunggu ada mahram dulu. Keburu abang basonya ngilang ya.

Memang, by default interaksinya terpisah. Tapi ada 3 kondisi, di mana laki-laki dan perempuan diperbolehkan untuk berinteraksi. Pendidikan, muamalah, dan kesehatan. Jadi, boleh kalau kita di sekolah terus isinya laki-laki dan perempuan bercampur. Boleh juga kalau kita mau berobat dokternya laki-laki. Boleh juga kita beli bubur ayam ke Mamang Bubur yang suka lewat di depan rumah. Walaupun tanpa didampingi mahram.

Ta’aruf ini tidak termasuk di dalam 3 kondisi ini kan. Jadi, ketika kita melakukan ta’aruf ya jangan dilanggar batasan ini. Bilangnya ta’aruf, terus jalan-jalan berdua bareng. Bilangnya ta’aruf tapi boncengan ke masjid berdua. Ta’aruf ini bukan legalitas atas pacarana Islami ya. Ingat, di dalam Islam nggak ada istilah pacaran. Aktivitas yang biasa dilakukan oleh orang yang pacarana juga jelas dilarang oleh syara’. 

Cara Syar’i Ta’aruf

ta'aruf


Kalau bercampur baur nggak boleh, terus gimana bisa kenal? Tenang, ada banyak secara cara yang bisa dilakukan dalam proses ini. Ikhwan datang langsung ke rumah akhwat untuk melamar. Ini bisa. Setelah itu si Ikhwan tadi kepo-kepo ke keluarga akhwat tentang gimana sih si akhwat ini, sampai dia yakin bener dan nggak ada keraguan untuk menikahinya.

Cara lain bisa dilakukan dengan tukar CV ta’aruf. Tukerannya jelas harus didampingi oleh mahram ya. Nggak bisa langsung srepet gitu.

“Bang, mau nggal tukeran CV ta’aruf sama Neng.”

Eeeeaaa… nggak gini ya. Lakukan dengan cara yang elegan, yaitu dengan menggunakan perantara untuk saling berkenalan. CV ta’aruf ini mulai banyak sekali dilakukan karena ya ini cara yang paling aman untuk menghindari tengsin kalau ditolak.

Kebayang kan, udah datang dengan gagah berani nih si Ikhwan ke wali akhwat. Terus sama akhwat dan keluarganya ditolak karena dia merasa masih asing atau ada beberapa hal yang nggak cocok di antara mereka. Kan tengsin. 

Luruskan Niat

ta'aruf


Saya jadi ingat pertanyaan yang diajukan oleh teman S2 saya dulu. Dia non-muslim. Dia tanya ke saya, apakah tujuan seorang muslim menikah dengan yang lain itu hanya untuk menghalalkan hubungan saja? Katanya, sih, tujuan semacam ini kok terlalu cetek untuk urusan menikah.

Dulu, sebelum saya paham tujuan hidup yang hakiki, saya pun berpikiran demikian. Menikah itu hanya untuk menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Padahal sebetulnya lebih dari itu. Menikah itu adalah ibadah. Niatnya jelas harus dilakukan hanya untuk mencari ridho Allah, bukan yang lain. Caranya pun harus dilakukan sesuai dengan syariat.

Dari situ saya mulai merenung kembali, saya mau nikah itu buat apa sih? Beneran sudah lillah? Jangan-jangan hanya karena saya sudah semakin sering dikirimi undangan pernikahan oleh teman-teman sebaya saya. Jangan-jangan karena saya sudah lelah ditanya kapan menikah oleh keluarga saya.

Buat kamu yang mau menikah, yuk coba renungkan kembali. Tujuan kamu nikah itu untuk apa sih? Misal belum karena Allah. Cobalah untuk luruskan kembali niatmu. 


Ta’aruf Dulu, Khitbah Kemudian


Ini adalah cara yang biasa dilakukan oleh Ikhwan dan akhwat yang sama-sama asing. Jadi, sebelum mengajukan khitbah, kenalan dulu gaes. Doi ini siapa, latar belakang dia dan keluarganya bagaimana, pekerjaannya apa, dll. Kalau udah cocok, klik, bisa untuk lanjut ke proses khitbah. 

Khitbah Dulu, Ta’aruf Kemudian


Kalau ini, cara yang biasa digunakan oleh orang yang sebelumnya sudah saling kenal. Misal, Ikhwan dan akhwat ini dulunya temen sekampus. Udah tahu gimana akhlaqnya, dan lain sebagainya, hingga akhirnya mantap untuk memutuskan ke tahap selanjutnya, yaitu khitbah.

Setelah khitbah, apa boleh untuk mencari tahu lebih dalam tentang kondisi calon pasangan? Boleh banget. Proses khitbah itu bukan akhir dari segalanya ya. Jadi, setelah khitbah terus auto yakin sama calon pasangan. Ya nggak gitu juga.

Ta’aruf setelah khitbah ini fungsinya untuk menyegerakan proses pernikahan. Jadi, misal ada hal-hal tentang gambaran pernikahan yang belum diketahui dari calon pasangan, boleh nih didetali satu per satu. Bahasa lainnya, dikuliti pemahamannya tentang kehidupan berumah tangga.

Proses persiapan pernikahan yang sifatnya teknis sekali juga boleh kok dibahas. Misal, mau nikah di gedung atau di rumah, jumlah undangan berapa, dan seterusnya. Ini boleh ditanyakan. Tapi tetep ya. Walaupun sudah khitbah, dilarang pergi berdua-duaan. 

No Baper Baper Club

ta'aruf


Kalau kamu mulai untuk ta’aruf. Ada baiknya untuk tidak menggunakan perasaan dulu, sebelum sah jadi suami istri. Kenapa? Ini penting ya. Supaya kita tetap bisa objektif dalam menilai calon pasangan kita. Kalau kita sudah menggunakan perasaan dalam proses ini. Repot. Hal-hal buruk yang sebetulnya sudah Allah tunjukkan ke kita jadi nampak baik-baik saja. Kita mudah untuk mentolerir hal yang sebetulnya sulit kita terima. Ya karena sudah ada perasaan sebelumnya.

Jadi, penting sekali untuk diingat. Bahkan ketika sudah khitbah sekali pun. Kendalikan perasaan kita padanya. 

Persiapan Sebelum Ta’aruf

ta'aruf


Apa saja sih yang harus kita siapkan sebelum ta’aruf? Ilmu. Ini sudah pasti. Tanpa ilmu, ya sulit kita menilai calon pasangan. Jangankan menilai, membuat gambaran umum pernikahan yang bisa sakinnah mawaddah wa rahmah aja ngeblank. Terus nanti ta’aruf gimana mau memastikannya? Ya kan? Jadi, pastikan kita tidak hanya siap mental untuk menikah. Tapi juga siap ilmunya. Sehingga ketika datang laki-laki atau perempuan dalam kehidupan kita, ada standar syar’i yang sudah kita miliki untuk menerima dia atau menolaknya.

Selain ilmu, restu dari orang tua juga harus sudah dikantongi ya. Jangan memulai ta’aruf kalau SIM (Surat Izin Menikah) aja belum punya. Ini bisa repot di tengah jalan. Udah oke. Cocok. Eh, orang tua belum kasih restu. 

Topik yang Dibahas Saat Ta’aruf

ta'aruf


“Kalau nggak pacaran, kayak beli kucing dalam karung dong?”

Iya, kalau kita juga nggak paham ta’aruf ini gimana. Step by step menuju jenjang pernikahan seperti apa. Kirim CV, liat foto, kayaknya oke nih. Terus besoknya nikah. Nggak ditanya dulu lebih dalam tentang gambaran kehidupan rumah tangga yang mau dibangun ini gimana. Setelah nikah, baru deh tahu zonknya. Naudzubillah ya.

That’s why. Coba cari tahu sedetail-detailnya calon pasangan. Kalau perlu sewa detektif buat kepoin dia secara maksimal. Hehehe… jadi kebayang Kogoro Mouri yang suka jadi mata-mata suami orang yang selingkuh ya.

Misal nggak nemu detektif atau orang yang bisa dipakai buat kepoin calon secara maksimal, gunakan perantara untuk berdiskusi dengannya. Diskusi ini tujuannya ya cari tahu dong. Isi kepalanya soal apa yang dibawa saat nikah itu apa sih. Gitu.

Gimana? Udah kegambar? Kalau masih juga ngeblank, saya kasih beberapa topik yang bisa dibahas. Nggak detail sih. Next post aja kalau mau bahas detail beberapa di antaranya.

1. Personal information

2. Visi misi pernikahan yang ingin dibangun

3. Latar belakang keluarga

4. Pekerjaan dan penghasilan

5. Rencana ke depan (investasi, beli rumah, rencana kuliah lagi, dll)

6. Pendidikan dan pengasuhan anak

7. Pemahaman hak dan kewajiban suami istri

8. Dakwah

9. Bagaimana menempatkan diri di tengah masyarakat setelah menikah

10. Poligami

10 pertanyaan ini adalah topik yang dulu saya bahas dengan suami. Sehari satu topik. Dibahas secara dalam dan fokus ke topik itu aja. Topik-topik tertentu yang dibahas agak lama, lebih dari sehari. Ada juga yang jadi PR untuk menghindari debat kusir. Kami sama-sama belajar dulu gaes. Cari referensi yang jelas. Bahkan, saya dulu sampai melakukan wawancara ke pihak tertentu untuk tahu secara detail aktivitas yang dilakukan pada masalah yang kami perdebatkan.

Kami sama sekali nggak kepikiran, “dia udah makan belum ya?” atau “sudah tidur belum ya?” Ini betul-betul diskusi secara dalam. 

Beri Batasan Waktu

ta'aruf


Ta’aruf ini kan tujuannya untuk saling kenal. Tapi perlu diingat bahwa setan itu nggak suka sama orang yang mau nikah. Kalau belum menikah, dia akan goda dari segala sisi agar prosesnya tidak syar’i. Awalnya diskusi soal nikah, lama-lama jadi nanyain kabar, sudah sholat belum, sudah makan belum, dan segala modus-modus yang lain. Hmmmm…

Belum lagi soal perasaan yang kadang muncul tiba-tiba, padahal di khitbah aja belum. Kebayang nggak sih gimana mellow-nya kacau gagal. Hmmmm…

Untuk menghindari semua itu, berikan ketegasan waktu. Kalian mau ta’aruf berapa lama? Kalau saya dulu sama suami kasih batas waktu 3 bulan. Kalau dalam kurun waktu tersebut kami tidak mencapai kata sepakat untuk menikah. Entah itu nggak klik atau yang lain. Ta’aruf batal. Kami jalan sendiri-sendiri. Eh, ternyata kurang dari 3 bulan udah klik. 

Kalau kamu, ya nggak harus ikutin saya juga sih. Just for your information, segerakan menikah. Jangan dilama-lamain. Godaannya berat gengs. Lebih berat dari rindunya Dilan ke Milea. Serius. Jaga diri di proses ini tuh beraaaaat sekali. Masya Allah, buat stay waras, stay inget batasan syara' itu susah banget. Apalagi kalau udah klik. Bisa jadi gejolak-gejolak asmara itu muncul. Waaah... tantangannya nambah lagi tuh. Gimana cara memanajemen gharizah nau' sedangkan pemicunya nongol terus. Berat!

Ikhlas Untuk Melepaskan

ta'aruf


Kalau memang tidak cocok. Ada banyak hal yang nggak sreg dengan calon. Boleh kok dibatalkan. Beberapa mungkin akan mengalami guncangan batin ketika gagal ta’aruf. It’s okay, Dear. Lebih baik gagal ta’aruf dari pada gagal setelah menikah. Allah tahu mana yang paling baik untuk kamu. Jadi, ikhlaskan saja ketika memang tidak bisa bersatu dalam ikatan pernikahan. 

Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus

ta'aruf


Maksudnya apa sih? Libatkan Allah dalam setiap aktivitas ini. Mohon perlindungan dari godaan syetan dan gejolak nafsu yang tidak tepat. Tanya juga ke Allah, apakah dia adalah orang yang terbaik untuk kita. Dan jangan lupa, selalu ingat bahwa Allah mengawasi kita. Jadi, jangan aneh-aneh deh. Jangan langar syariat. Jaga dirimu sebelum akad. Insya Allah kamu akan lebih mulia dengannya.



Yak, itu tadi A-Z tentang ta’aruf. Nggak 26 juga sih. Tapi banyaklah ya. Semoga informasi ini bisa kamu pakai untuk mempersiapkan diri menuju jenjang pernikahan. Siapkan mental, siapkan ilmu, dan lakukan dalam koridor sesuai syariat Islam.


with love,


Feb 20, 2019

Ngapain Sekolah Tinggi Kalau Cuma Jadi IRT?

Ngapain Sekolah Tinggi Kalau Cuma Jadi IRT?

Kurang dari seminggu saya mau resign, ada mahasiswa yang datang ke ruangan saya. Dia ini anak bimbing saya di Program Mahasiswa Wirausaha. Jarang curhat sih. Tapi kalau sekali curhat banyak.

“Bu Lelly mau resign ya?”

“Iya.”

“Kapan, Bu?”

“Per tanggal 1 Agustus.”

Dia kemudian bercerita tentang kegalauannya untuk melanjutkan sekolah lagi. Katanya, saya adalah salah satu contoh bahwa perempuan itu tidak perlu menempuh Pendidikan yang terlalu tinggi. Pada akhirnya, perempuan akan kembali ke keluarganya. Dibilang begitu dia jadi galau. Haruskah dia melanjutkan kuliah lagi?

Saya ketawa aja dicurhatin begitu. Lalu, saya sampaikan ke dia tentang apa sih peran perempuan ketika dia menikah. Peran ini yang kemudian akan menjawab secara tidak langsung seberapa penting sih perempuan itu terdidik dan tidak. 

Support System Suami

Support System Suami


Setelah menikah, jangan dikira bahwa segalanya akan lebih mudah dibanding ketika kita masih melajang. Ada tantangan baru yang harus ditaklukkan sebelum anak lahir di tengah-tengah keluarga kecil kita, yaitu menjadi support system suami.

Seorang istri akan hadir untuk menjadi supporter terdepan suami. Dia yang akan membantu suami bagaimana sih agar bahtera itu bisa sampai ke tujuan yang diinginkan. Bagaimana menciptakan rumah agar tetap nyaman dan aman? Bagaimana mendidik anak-anak nanti? Pendidikan apa yang ingin diterapkan? Pola asuh seperti apa yang ingin dijalankan? Dan masih banyak lagi.

Besar kecilnya tugas support system ini akan amat sangat bergantung dari suami. Waktu awal saya menikah dan pindah ke Bogor, saya langsung dikader oleh suami. Saya dibawa keliling Bogor, diberikan tugas-tugas yang membantu saya untuk kenal beberapa daerah di Bogor. Ini karena suami saya tidak bisa antar jemput saya ke mana saja setiap saat. Beliau kerja di Jakarta. Setiap hari harus pulang pergi Jakarta Bogor, tidak mungkin kalau jadi sopir pribadi saya.

Sistem di dalam rumah juga kami susun bersama. Begitu saya masuk sebagai anggota dalam rumah, tentu akan ada perubahan-perubahan yang terjadi. Tidak bisa suami saya menggunakan ritme yang dulu. Begitu pula dengan saya. Maka, kami buat beberapa kesepakatan untuk memudahkan kami berdua. Ini untuk hal apa saja ya. Pembagian tugas di dalam rumah. Jadwal kegiatan kami. Bahkan perihal manajemen rumah dan keuangan kami bicarakan berdua. Jadi, kami sama-sama tahu tantangan yang dihadapi itu apa. Oya, rencana ke depan apa juga kami bicarakan.

Dalam topik yang seberat itu, biasanya kami akan berbagi ilmu yang sudah kami pelajari dulu sebelum menikah. Kami saling berbagi satu sama lain. Semuanya butuh ilmu. Semuanya butuh untuk terbiasa berpikir, menganalisa dan memecahkan masalah dari akar. Dan yang begini akan beda dengan orang yang tidak pernah menempuh Pendidikan sama sekali. 

Al Ummu Madrasatul Ula

Al Ummu Madrasatul Ula


Setelah menikah, ada amanah lain yang Allah berikan kepada kita, yaitu menjadi ibu. Ini adalah tugas besar kita. Dari seorang ibu, anak mengenal dunianya. Dari seorang ibu, anak bisa kenal Tuhannya. Dari ibu juga, anak belajar bagaimana harus bersikap hingga karakternya terbentuk dengan sendirinya.

Mungkinkah semua hal itu bisa didapatkan anak ketika ibunya sendiri fakir ilmu?

Sebelum menikah, saya banyak mengamati pola asuh anak dan perkembangan kecerdasan anak. Ini bukan ke dia bisa ngomonb umur berapa dan lain sebagainya. Tapi bagaimana kemampuan anak untuk mengidentifikasi sesuatu pada usianya.

Ternyata, orang tua yang punya kurikulum yang jelas untuk mendidik anak, hasilnya akan beda dengan mereka yang tidak punya rancangan sama sekali. Bahkan sering trial error ke anak. Itu beda.

Ada 4 komponen yang akan membantu proses berpikir manusia. Ada otak, ada alat indera, ada fakta yang terindera, dan ada informasi sebelumnya yang diberikan. Masih ingat tidak bagaimana Nabi Adam bisa mengenal semua benda? Di Alquran dijelaskan bahwa Allah-lah yang memberitahukan nama-nama benda itu. Bandingkan dengan malaikat yang tidak diberi tahu, ya nggak bakalan tahu.

Anak pun demikian. Informasi awal datang dari ibu. Seberapa besar anak punya banyak wawasan, ini tergantung dari seberapa banyak ibunya memberikan informasi tersebut. Masalahnya, orang terlalu banyak beralasan ketika menyentuh ranah ini.

“Aku bukan Nia Ramadhani yang punya banyak pembantu yang bisa handle ini itu.”

Baiklaaah… terserah sih. Setiap ibu punya prioritas yang berbeda. Kalau saya sih, anak yang lebih penting. Mau dia jadi kotor atau ruman berantakan itu nomor sekian. Hal yang paling penting adalah memastikan bahwa dia belajar dari berbagai macam aktivitas bersama ibunya.


Paradigma di Masyarakat

Paradigma di Masyarakat


Sebetulnya, saya dulu termasuk orang yang menyangsikan hal tersebut. Bua tapa kamu kuliah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga. Kenapa? Karena begitulah yang saya lihat di lingkungan sekitar saya. Orang yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, maka berhenti pula aktivitas publiknya. Apa yang dia urus hanya soal dapur, sumur, kasur. Kalau semacam ini, ya memang buat apa punya Pendidikan tinggi.

Soal Pendidikan anak? Saya nggak lihat itu juga sih. Setelah anak tumbuh agak besar dan bisa dimarahi, maka anak yang jadi korban. Sabetan, pukulan, cacian masuk semua ke telinga anak tanpa ada jeda sedikit pun.

Dari segi bagaimana memecahkan permasalahan juga beda lho. Kebayang kan? Ibu-ibu yang menyelesaikan masalah antar tetangga dengan ghibah sana sini atau ngeoabrak. Itu kan elegan banget.

Lalu, muncul pembandingnya. Wanita karier. Anaknya punya Pendidikan yang baik. Ketika menyelesaikan masalah juga nggak keburu emosi. Mungkin saking seringnya berhadapan dengan masalah.

Pandangan ini yang bikin ibu rumah tangga tampak tidak keren di mata dunia. Bukan karena statusnya yang tidak keren, tapi pelakunya yang membuat status ini jadi nampak nggak wow gitu.

Beberapa tahun kemudian, saya kenal dengan sosok ibu rumah tangga yang lain dari biasanya. Sosok yang begitu menginspirasi sekitarnya. Sosok yang layak untuk dijadikan role model. Tugas utama perempuan, yaitu al-umm wa rabbatul bayt (ibu sekaligus pengatur rumah tangga) dia jalankan dengan baik.

Pandangan saya pun berubah. Bukan statusnya yang penting. Tapi bagaimana seseorang menempatkan dirinya itu yang paling penting. Mau jadi wanita karier atau hanya berkarier di rumah, Pendidikan itu wajib didapatkan oleh perempuan. Proses ini tentu tidak hanya berhenti di bangku sekolah saja. Dia juga harus mau belajar ke segala penjuru negeri untuk memperkaya wawasannya dalam menjalankan amanah besar dari Allah.

Jadi, dari sini kita bisa sama-sama belajar. Seberapa penting pendidikan bagi ibu rumah tangga itu tergantung dari peran yang dia pilih dan ingin dijalani. Kalau hanya sekedar dapur, sumur, kasur, ya betul tidak butuh kok berpendidikan tinggi. Semua juga bisa menjalaninya. Tapi lain kalau kita ingin menjadi support system yang baik dalam keluarga dan ibu yang mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Semua itu butuh ilmu. Semuanya butuh pembiasaan untuk berpikir, menganalisa, dan menyelesaikan masalah secara tepat.

Kita boleh belajar dari mana saja. Tidak harus memang punya ijasah untuk membuktikan bahwa kita terdidik. Bukan legalitas hitam di atas putih sih yang penting. Tapi bagaimana sikap kita itu yang nantinya akan menunjukkan apakah kita orang yang berpendidikan atau tidak.



with love,



Feb 18, 2019

Unpredictable Honeymoon #4: Kena Zonk


Allohaaaa...

Setelah sekian purnama, akhirnya seri cerita honeymoon bisa saya lanjutkan. Jangan terlalu dibayangin romantis-romantisan sih. Karena honeymoon saya sama suami lebih ke nggak romantis-romantisan tapi ke petualangan di Bali. Banyak hal yang nggak terduga yang terjadi pada kami. Dari pertama datang, sampai kami mau pulang. Stay tune.



***

Agung Rai Museum Art memang punya tempat makan yang cozy banget. Suasananya nyaman. Bisa leyeh-leyeh di sana. Tapi kami nggak minat makan di sana. Kenapa? Karna nggak tahu makanan yang dijual di sana halal atau tidak. Apalagi pemiliknya orang Hindu. Amannya sih tidak makan di sana.

Dari Agung Rai, kami meluncur ke Tegalalang Rice Terraces. Apa ini? Sawah. Wkwkwk... Namanya aja yang keren. Padahal ya ke sawah aja.

tegalalang


Jauh-jauh ke Bali cuma pengen lihat sawah? Nggak juga sih. Tapi karena destinasi kami selanjutnya ngelewatin ini. Nggak ada salahnya dong mampir. Sawah terasering gitu deh.

Sekali lagi. Kami ke sana dengan mengandalkan google map. Tegalalang Rice Terraces. Begitu kata kunci pencarian kami.

Tegalalang Rice Terraces ini menurut saya sawah biasa yang kemudian disulap jadi tempat wisata. Jalan untuk akses ke sana itu nggak lebar. Tempat parkir juga jauh. Dan kalau kebablasan susah banget nyari tempat buat puter balik. Dan. Kabar gembiranya, kami kebablasan dong.



Kami kira tempat parkirnya banyak. Ternyata cuma satu aja. Masuk ke gang gitu kemudian bagian atasnya sudah disulap jadi lahan parkir. Ini macem bukit kapur yang dibom-bom gitu buat bikin lahan parkir. Jadi, sudah pasti panas dan silau. Kalau kamu ke sini. Pastikan bawa kacamata dan topi biar nggak kepanasan dan keliatan gaul aja gitu.

Setelah kebablasan, puter balik di antah berantah, dan parkir mobil, akhirnya kami turun ke sawah. Kami jalan-jalan di pinggir jalan, sambil nyari tempat sholat dan makan. Ada hikmahnya juga kebablasan. Karna kami jadi bisa mengamati tempat makanan halal di mana, mushola di mana. Mata kami mencari papan nama beewarna hijau bertuliskan mushola yang tadi sempat kami lihat. Kebetulan sekali tempatnya jadi satu dengan restorant. 



Pas banget. Pas lapar. Pas nemu tempat makan halal. Oya, ini tantangan liburan ke Bali. Nggak bisa sembarangan makan di warung. Jadi, pas nemu tempat makan halal itu bahagia sekali. Apalagi pas perut lagi lapar-laparnya.

Niat awal ke resto itu sebetulnya untuk sholat. Tapi karena perut ini susah meronta-ronta, saya minta ke suami untuk makan dulu sebelum sholat. Di ACC dong. Yipppiiii…

Kami cari tempat duduk yang paling nyaman untuk melihat hamparan sawah yang begitu luas. Suasanya rumah makan ini nyaman sekali kok. Ada music-musik instrument ala-ala pedesaan begitu yang bikin tempat ini jadi kelihatan asoy banget. Semangat dong jadinya.

Waktu buku menu hadir di tengah-tengah kami juga masih excited. Maklum lapar. Tapiiiii… Begitu lihat harganya, kami cuma bisa tersenyum manis.

“Ini harga seporsi apa harga untuk beberapa orang ya?”

“Oh, itu harga seporsi, Bu.” 



Bhaiqlaaaah..

Ini harga buat bule cyin. Kantong pribumi macem kita-kita kalau beli di sini pasti seret banget kalau makan. 



teras padi

teras padi

teras padi
Iya, harganya semahal itu. Nasi Pecel aja 60 ribu rupiah gaes.


Kami mulai pesan makanan. Saya pesan nasi pecel dan pempek. Sedangkan suami saya pesan urap-urap dan nasi. Minumnya es teh saja. Nggak usah aneh-aneh. Wkwkwkwk..

Tahu nggak kami habis berapa untuk menu makanan tersebut? 250 ribu rupiah lebih. Hhuhuhu… Mahal banget. Beneran deh. Ini tuh pakai harga bule. Jadi mahal semua. Oh ya, jangan dibayangkan ada lauknya ya. Itu sayur semua. Kalau pesan nasi pecel sih masih mending, ada peyek dan orek tempe sebagai makanan pendamping. Kalau pesan urap? Ini bener-bener cuma sayur doang. Nggak ada apa-apanya lagi. Wkwkwkwk..

Kasihan suami saya. Akhirnys pempek itu yang jadi lauk. Agak nggak matching sih. Urap lauk pempek. Dari pada nggak ada.

Setelah makan, kami sholat dulu. Terus foto-foto bentar di sini. Pemandangannya bagus. Sawah-sawah. Sebetulnya, kalau kalian ke sini dan punya banyak waktu, bisa lho cobain ayunan gedhe di sini. Ada beberapa spot yang menyediakan ayunan tersebut. Saya dan suami nggak ke sana sih. Jauh. Kami susah banyak sekali jalan seharian ini.

tegalalang
Ini ekspresi setelah makan nasi pecel 60 ribu rupiah.

Nggak lama kok kami di sini. Niatnya emang cuma buat numpang makan dan sholat aja. Jadi begitu semua urusan perut dan sembahyang selesai. Kami melanjutkan perjalanan yang beneran menantang banget.

Btw, next story ini sudah pernah nongol di blog ini. Waktu itu saya pakai untuk ikutan lomba. Hehehe.. Check this out!

tegalalang


Bye, see on next story. Nggak kalah aneh-anehnya kok. Hwehehe..




with love,



Feb 15, 2019

Loading Lama? Lakukan Cara Ini untuk Meningkatkan Kecepatan Website

kecepatan website


Tahun ini, saya punya beberapa target blogging. Salah satu di antaranya adalah menaikkan pageviews blog saya hingga mencapai angka 75K. Banyak cara untuk bisa mendapatkan ini. Mulai dari perbaikan kualitas konten, melebarkan jejaring dengan sesama narablog melalui komunitas, menerapkan teknik-teknik SEO, sampai meningkatkan kecepatan loading website.

"Kecepatan loading blog juga jadi PR, Lel?"

Iya. Betul sekali.

Pentingnya Kecepatan Website untuk Sukses Online

kecepatan website


Mari kita sama-sama posisikan diri sebagai pembaca atau orang yang sedang berselancar di dunia maya. Misal, mau beli baju di toko online. Kita buka websitenya. Ternyata lama sekali. Jadi beli? Pikir-pikir lagi kan? Bahkan, mungkin kesal karena loadingnya terlalu lama.

Contoh lain, kita sedang mencari artikel di salah satu website. Sayangnya, untuk masuk website tersebut butuh waktu yang lama untuk bisa mengakses seluruh konten. Baik itu tulisan, gambar, maupun video. Kira-kira, masih mau sabar menunggu? Atau cari referensi lain? Saya rasa sebagian besar akan memilih untuk mencari artikel yang dijangkau pada page yang loadingnya sebentar.

Begitulah. Waktu loading bisa sangat amat mempengaruhi kunjungan orang lain pada blog kita. Semakin lama, semakin besar kemungkinan untuk ditinggalkan. Akibatnya, Bounce Rate naik dan mempengaruhi kemunculan blog kita di Google. Kalau sudah begini, sudah pasti traffic besar hanya sebuah angan saja.

Jadi, ini bukan masalah sepele. Ada efek domino yang akan ditimbulkan dari masalah waktu loading blog ini. Makanya, jangan dianggap remeh. Selesaikan sebelum semakin parah.

Cek Kecepatan Blog/Website

Kita sudah sama-sama tahu kan seberapa penting kecepatan blog ini untuk kemaslahatan blog kita selanjutnya. Sekarang, yuk kita cek waktu loading dari blog kita. Supaya kita bisa benar-benar tahu bagaimana sih performance dari blog kita. Untuk mengecek kecepatan blog ini, kita bisa menggunakan Pingdom. Caranya, masukkan saja URL kita pada tempat yang disediakan. Lalu klik Start Test.

pingdom
Dengan Pingdom, kita bisa mengecek kecepatan website kita.


Pingdom akan menampilkan hasil dari performa kecepatan blog kita. Kalau menurut Bang Neil Patel, untuk blog pribadi, performance grade di atas 50 itu sudah oke. Lain cerita kalau kita bicara tentang toko-toko retail online yang mencakup hajat hidup orang banyak. Performance grade yang mereka harus miliki setidaknya di atas 90.


pingdom
Performance Grade dan Load Time-nya lumayan lah ya. Tapi ini tetap harus diperbaiki lagi sih.


Bagaimana dengan waktunya? Kata Bang Neil, jangan lama-lama, 2 detik saja cukup. Gimana? Aman? Lebih ya ternyata. Nah, sekarang coba deh kita cek lagi. Mana saja yang bisa kita lakukan untuk mengurangi waktu loading blog kita.

5 Cara yang Bisa Kita Lakukan untuk Menurunkan Waktu Loading Website


1. Kompres ukuran file image

Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah mengompres file image. Bukan kompres dengan air hangat atau air dingin ya. Ini kompres yang lain. Kompres file image ini fungsinya untuk mengurangi ukuran file image, tanpa mengurangi resolusinya.

Caranya, kita bisa memanfaatkan TinyPNG untuk mengompres file image. Dengan TinyPNG ini, file image bisa terkompres, tanpa membuat gambar pecah atau berkurang kualitasnya. Gambae seperti ini tentu akan lebih ringan untuk diupload. Ketika diakses pun jadi lebih cepat. Image tidak butuh waktu lama untuk rendering.

2. Hindari penggunaan animasi

Pernah tidak berkunjung ke blog yang punya beberapa animasi di dalamnya? Misalnya animasi pada kursor blog. Jadi, kursornya kalau bergerak ada ekor yang bergerak-gerak atau bintar yang berkedip-kedip. Lucu ya? Tapi tahu nggak kalau animasi kecil semacam ini ternyata bisa membuat waktu loading blog kita bertambah. Bukan hanya kursor blog saja ya. Banner gif dengan animasi dan player music juga bisa memberatkan waktu loading. Jadi, kalau memang ingin mengurangi waktu loading. Sebaiknya jauhi animasi-animasi tidak penting seperti ini pada blog.

3. Hindari upload video langsung

Adakalanya, kita butuh tambahan video untuk memperkuat artikel yang kita buat dalam blog. Kalau kita unggah video secara langsung ke blog kita. Ini akan memberatkan waktu loading blog. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya video diunggah terlebih dahulu ke Youtube atau hosting penyedia video yang lain. Setelah itu, baru deh kita embed.

4. Gunakan template yang minimalis

Soal desain template yang digunakan dalam blog itu memang soal selera sih. Mau yang bagaimana bentuknya itu kembali lagi ke personal masing-masing. Tapi kalau kita ingin mengurangi waktu loading blog kita, sebaiknya kita mulai untuk mempertimbangkan template yang minimalis.

Template minimalis biasanya punya sedikit saja elemen gambar. Ini akan memudahkan waktu loading blog. Aksesnya jadi lebih cepat dan mudah. Selain template yang minimalis, tentu juga harus dipertimbangkan untuk memilih template yang SEO dan user friendly juga ya.

5. Pilih hosting yang tepat dan berkualitas

Layanan hosting memiliki peran penting pada performa blog. Penyedia shared hosting yang baik biasanya akan memiliki pengukuran ekstra untuk mengoptimasi performa blog. Sayangnya, pada shared hosting ini, kita akan berbagi sumber server dengan banyak pelanggan lain. Artinya, bila situs pelanggan lain punya banyak traffic, performa kecepatan loading blog kita juga akan turun.

Ini kenapa, penting sekali memilih hosting yang tepat dan berkualitas untuk blog kita. Nggak mau kan, blog kita ditinggalkan oleh pengunjung karena masalah dengan performa kecepatan loading. Nah, soal hosting ini, Dewaweb bisa banget jadi solusi kita bersama. Mau cari hosting murah? Ada. Hosting terbaik? Ada juga. Hosting tercepat? Ada juga di sini.

Kenapa Harus Dewaweb?

dewaweb


Ini karena Dewaweb mampu memberikan semua yang terbaik untuk membantu kita untuk semakin sukses online. Mau jadi blogger sukses? Bisa. Mau punya bisnis online lain dan sukses? Bisa juga. Kita hanya tinggal menikmati semua fitur-fitur unggulan tanpa biaya tambahan. Ini jarang lho ditemukan di provider hosting lain.

Apa Saja Fitur Unggulan di Dewaweb?

dewaweb


Untuk dapat memasuki era baru dari Cloud Hosting super cepat, Dewaweb telah menaikkan standard kecepatan di semua server cloud hosting dengan hardware Intel Xeon Gold terbaru, LiteSpeed Cache, dan berbagai teknologi optimasi terkini, tanpa biasa tambahan. Fitur-fitur unggulan tersebut yang dapat kita nikmati, antara lain sebagai berikut.

Integrasi LS Cache

Seluruh server di Dewaweb telah terintegrasi dengan LSCache untuk mepercepat website. Ini merupakan hosting pertama di Indonesia yang melakukan hal ini. Keren kan?

HTTP/2 + QUIC + Brotli

Kita juga bisa menikmati teknologi web terbaru HTTP/2, QUIC (Quick UDP Internet Connections) dan Brotli Compression untuk mempercepat website kita.

Super-Fast SSD

Seluruh server Dewaweb juga sudah menggunakan teknologi 100% Pure SSD. Ini merupakan teknologi storage yang jauh lebih cepat dari teknologi sebelumnya.

Platinum Partner LiteSpeed

Dewaweb ini merupakan Platinum Partner dari LiteSpeed Technologies. Jadi, Dewaweb sudah amat sangat berpengalaman dalam optimasi best practice LiteSpeed.

Redis Caching Support

Semua server Dewaweb juga sudah support teknologi Redis database object caching. Teknologi ini juga sudah terintegrasi dengan LiteSpeed Cache.


dewaweb


Ninja Support 24/7

Ini nih fitur Dewaweb yang paling saya suka, Ninja Support. Tim Ninja Support ini betul-betul akan membantu kita selama 24/7. Mau pagi, siang, malam, oke. Bingung? Langsung aja tanya. Website bermasalah? Jangan sungkan juga untuk menghubungi mereka.

Saya betul-betul terbantu lho dengan adanya Ninja Support ini. Awalnya kenal Dewaweb ini dari BPN, mereka merekomendasikan untuk menggunakan Dewaweb. Saya mulai cari tahu sampai akhirnya ketemu videonya Mbak Shinta yang menjelaskan bagaimana Ninja Ssupport ini membantu website-nya BPN. Penasaran dong. Saya coba. Kebetulan blog saya saat itu juga lagi bermasalah. Provider sebelumnya kurang membantu sampai saya kesel sendiri dengan mereka karena merasa dilempar-lemapr. Akhirnya, saya coba hubungi Ninja Suport mereka untuk konsultasi.

Saya merasa amat sangat terbantu dengan mereka. Masalah saya sedikit demi sedikit bisa terurasi dan terselesaikan. Kalau Ninja Support tidak bisa membantu, mereka sarankan untuk membuat ticket agar ada penanganan lebih untuk membantu saya. Ticket juga responnya cepat. Penanganan masalah juga cepat dan membantu sekali.

Oh ya, kalau kamu belum butuh hosting baru, kamu juga bisa lho mendapatkan domain murah di Dewaweb. Sudah punya domain dan hosting kemudian mau coba hosting di Dewaweb? Jangan khawatir, Tim Ninja Support betul-betul akan membantu kita untuk proses migrasi ini. Mereka bantu sepenuhnya sampai berhasil.

Jadi, tunggu apa lagi? Mau meningkatkan kecepatan website untuk sukses online? Dewaweb solusinya.


with love,