Jan 14, 2021
Tahun Baru, Harapan Baru, Tantangan Baru
Alhamdulillah, 2020 berlalu juga. Seperti yang sudah pernah saya tulis di awal tahun lalu, 2020 ini betul-betul berjalan tanpa rencana. Status ibu baru dengan minimnya pengalaman membuat saya tidak berani membuat rencana apapun. Fokus saya cuma satu, Ghazy.
Saya pikir hari-hari saya hanya akan berkutat dengan Ghazy, Ghazy dan Ghazy lagi. Ternyata, saya keliru. Tahun ini, saya masih bisa berkarya, berbagi manfaat dengan orang lain, dan masih bisa menyenangkan diri sendiri. Bukan. Ini bukan karna saya hebat dan begitu piawai mengatur waktu. Ini karna Allah mudahkan semuanya. Allah bukakan jalan yang begitu lebar untuk saya.
Kejutan Tak Terduga di Tahun 2020
Kalau mau flash back di tahun 2020, banyak sekali hal-hal tak terduga yang terjadi. Januari 2020, saya harus membuka awal tahun dengan stay di rumah sakit. Payudara saya terkena mastitis. Segala macam cara sudah saya upayakan. Tapi, apa daya, akhirnya harus operasi juga.
Sediiiih sekali ketika dokter menyarankan saya untuk rawat inap. Itu artinya, saya harus berpisah dengan Ghazy untuk sementara waktu. Saya bingung bukan main saat itu. Kami tinggal jauh dari keluarga. Di Bogor, memang masih ada sanak family yang sekiranya bisa dititipi Ghazy. Tapi, saat itu, mereka sedang liburan ke luar kota. Alhamdulillah, ibu mau datang ke Bogor tanpa saya minta.
Drama tidak berhenti sampai di situ. Pasca operasi ternyata saya masih harus struggling dengan luka itu. Jangan ditanya lagi bagaimana rasanya. Hmmm... mantap lah.
Mastitis sembuh. Lalu, ada kabar tak menyenangkan tiba. Covid-19 hadir di Indonesia. Penyakit yang awalnya terasa jauh dari jangkauan, ternyata sudah ada di bumi pertiwi ini. Semua kegiatan jadi serba dibatasi. Belanja groceries sulit, mau vaksin Ghazy rempongnya bukan main, mau jalan-jalan nggak bisa, apalagi mudik. Buat saya yang bukan anak rumahan banget, ini menyiksa.
Tapi, bukan saya yang paling tersiksa. Ada banyak sekali pekerja dengan upah harian yang terdampak pandemik. Semua jadi serba sulit. Bayangkan saja, restoran besar saja akhirnya menjual makanannya secara obral. Apalagi yang lain?
Saya masih amat sangat beruntung. Saya hanya cukup berjuang melawan bosan. Sementara yang lain, mereka berjuang agar dapur mereka bisa tetap mengepul. Bahkan, ada juga yang tengah berjuang dengan penyakit tersebut dan kehilangan orang-orang yang mereka cintai.
Banyak hal yang tidak menyenangkan. Tapi, banyak juga kemudahan dan peluang baru yang Allah bukakan untuk saya. Mulai dari tawaran mengajar Kelas Blogging lagi, menulis buku anak, merampungkan buku solo, membuat kelas online sendiri, serta banyak pekerjaan lain. Alhamdulillah, semuanya dihasilkan hanya dari rumah. Bahkan, saya kerjakan semua itu ketika Ghazy tidur saja.
Bagaimana caranya? Saya sudah bilang kan di awal, Allah yang memudahkan semuanya.
Akhirnya 2021...
Dengan segala kesulitan di tahun 2020, akhirnya kita bisa sama-sama sampai di tahun 2021. Seperti yang kita ketahui bersama, tidak semua orang seberuntung kita. Ada banyak jiwa yang harus kembali setelah berjuang melawan Covid-19. Kalau hingga hari ini, kita dan keluarga masih bisa diberi kesehatan dan kesempatan hidup, bukankah ini adalah berkah yang amat luar biasa dari Allah?
Banyak hal yang bisa kita syukuri sama-sama. Saya sendiri amat bersyukur bisa mengawali tahun di kampung halaman. Memulai awal baru bukan hanya dengan Ghazy dan Abi, tapi juga dengan Ayah Ibu. Meskipun, tak ada perayaan apapun di rumah.
Pulang ke kampung halaman, betul-betul memberikan nafas baru bagi saya yang tinggal di tanah rantau ini. Meskipun, ada drama baru yang bergulir. Drama yang betul-betul menjadi ujian untuk rumah tangga kami. Tapi, saya nggak akan cerita di sini. :)
Ada perasaan lega, tapi ada juga bagian yang membuat saya menghela napas di awal tahun ini. Salah satunya adalah jumlah penderita Covid-19 yang makin ke sini, makin banyak yang ada dalam lingkaran orang yang kami kenal. Akhir tahun lalu, ada teman ibu dan suaminya yang meninggal karena Covid-19. Waktu mudik kemarin, adik ipar cerita kalau temannya menderita Covid-19 dan dia harus swap test. Tapi, dia pulang menemui kami sebelum hasil tes keluar.
Di sisi lain, ibu mertua ngeyel bukan main minta liburan bersama cucunya. Lalu, sekarang Ghazy flu, saya pun iya. Pikiran kena Covid-19 sudah bergelayut di kepala.
"Kalau saya kena Covid, nanti belanjanya gimana? Anak saya siapa yang urus? Dan sebagainya."
Kenapa mikir gitu? Sadar nggak sih, makin ke sini namanya Covid itu udah kaya nunggu giliran aja. Saking banyaknya yang kena. Bahkan, mereka yang sudah amat menjaga pun bisa kena. Ya nggak sih?
2021, Bersiap dengan Harapan dan Tantangan Baru
Saya nggak bilang bahwa tahun 2021 ini akan mulus-mulus aja. Nggak ada hal yang bikin kita worry sama sekali. Begini ini pasti ada. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang. Namanya tantangan itu ya pasti ada. Ini gimana kita mempersiapkan diri menghadapi segala macam hal yang memungkinkan terjadi. Selain itu, jangan lupa juga bahwa di tahun baru ini, kita masih punya harapan untuk menjalani hidup lebih baik lagi.
Lalu, apa saja yang sedang saya upayakan di tahun 2021 ini?
1. Merawat Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah dalam Rumah Tangga
"Ujian pernikahan itu bukan hanya datang dari kalian berdua saja. Tapi, bisa juga datang dari luar," kata Ibu.
Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, tahun ini dibuka dengan ujian dalam rumah tangga kami. Ini bukan tentang orang ketiga yang hadir macam kasus Gisel. Bukan, tapi ada yang lain. Sesuatu yang punya pengaruh amat kuat.
Tapi, Allah tidak akan menghadirkan ujian tanpa suatu sebab, bukan? Karna masalah ini, saya jadi lebih berupaya untuk memperbaiki komunikasi di antara saya dan suami. Bukan hanya agar segalanya makin jelas, tapi bagaimana agar bunga-bunga cinta itu bisa terus ada. Sakinah juga bisa terus hadir dalam rumah tangga kami.
Pelayanan terbaik pun saya upayakan. Meski tidak diminta. Belakangan, saya mencoba untuk memperlakukan suami saya sama seperti ketika kami baru saja menikah. Ini adalah hal yang sempat hilang sejak kami dititipi Ghazy.
Saya nggak tahu kapan masalah ini akan berakhir. Semoga setelah ini selesai, sakinah, mawaddah, dan rahmah itu terus membersamai rumah tangga kami hingga maut memisahkan. Aamiin...
2. Mengembangkan Blog
Ini sebetulnya cita-cita dari tahun 2019. Saya sempat punya target ini itu, tapi kemudian buyar di tengah jalan karna hamil. Saya sempat off ngeblog selama beberapa bulan karna kondisi kehamilam saya.
Tahun 2020 kemarin, sebetulnya saya ingin merawat blog ini lagi dengan serius. Punya target terukur supaya semangat. Tapi saya nggak berani.
Status ibu baru yang nggak tahu apa yang akan dijalani membuat saya memilih mundur sejenak dari dunia blog. Alhamdulillah, blog ini bisa terus konsisten terisi setiap minggu.
Nah, tahun ini, saya punya banyak sekali hal yang ingin dikejar. Ada nilai-nilai di tahun ini yang ingin saya raih. Bukan hanya di blog aja, tapi di platform sosial media lain juga. Supaya semuanya bisa tercapai, mari kita pasang target yang realistis saja.
Tahun ini, saya berharap pageview di blog ini bertumbuh sampai angka 150k. Ini memungkinkan kalau saya rajin nulis artikel yang SEO Friendly. So far, traffic yang ada sekarang memang sudah didominasi dengan traffic organic. Semoga ini makin banyak lagi.
DA/PA apa harus naik? Saya mau banget naikin ini. Tapi kok ya clueless. Jadi agak maju mundur mau buat target ini. Etapi, tahun lalu DA saya naik drastis lho. Ini belajar sendiri aja. Sekarang mau naikin lagi tentunya. Semoga bisa mencapai angka 20 ya.
Kenaikannya nggak banyak memang. Kenapa? Makin tinggi DA, makin effort untuk naikinnya. Jadi, realistis aja lah ya..
3. Mengembangkan Akun Instagram @lellyfitriana
Ini yang juga ingin saya kembangkan. Sebetulnya sudah dari september kemarin. Tapi, saya belum sepenuhnya konsisten posting setiap hari. Padahal, ini beneran ngaruh ke pertumbuhan akun instagram saya.
Alhamdulillah, dari awal memulai, saya sudah bisa merasakan follower saya naik secara organik. Maunya sih tahun ini bisa tembus 10K. Bisa nggak ya? Bisa kan ya? Doain ya..
4. Mengembangkan Kelas Online Instagram
Well, ini anak saya yang baru. Boleh dibilang, ini adalah salah satu jalan untuk menyalurkan passion mengajar saya. Setelah jadi ibu, saya agak mikir panjang kalau disuruh ngajar di kampus lagi. Alhamdulillah, kita sekarang tinggal di era digital. Jadi, saya nggak harus ke kampus untuk bisa mengajar. Enaknya lagi, saya bisa melakukan semuanya disela aktivitas saya bersama si kecil.
Masya Allah ya, ini kalau bukan Allah yang mudahkan beneran nggak mungkin jadi.
So, biar bisa terus berlanjut, saya mau rawat kelas ini. Upgrade ilmu sudah pasti. Materi-materi juga terus saya perbarui. Bismillah ya..
5. Konsisten dengan Sedikit Amal Harian
Kalau target duniwi sudah, saatnya nengok ke amalan harian. Jujur saja, ini tidak mudah. Saya agak menyesal kenapa dulu ketika saya belum punya anak angot-angotan soal ini. Setelah punya anak, mengerjakan amalan yaumiah itu susahnya luar biasa.
Mau tilawah, anak ngikut. Qurannya dibolak-balik. Jadi susah mau baca. Sholat di awal waktu pun tidak selalu bisa dilakukan. Kadang harus tertunda karena anak yang rewel. Masya Allah...
Tapi, biar gitu ya usahain aja. Memang, ada pahala lain yang akan kita dapatkan dari mengasuh anak. Tapi, kalau tidak diupayakan, dari mana anak belajar bahwa kita harus menghidupkan sunnah-sunnah dalam keseharian kita?
Penutup
Bismillah.. itu tadi tantangan serta harapan saya untuk tahun ini. Banyak hal yang bikin engap sendiri, tapi banyak hal juga yang bikin super bergairah menyambut tahun baru.
Terakhir, saya berharap keluarga kami terus dilindungi Allah, sehat terus, dan bisa bebas dari Covid-19. Aamiin..
Jan 8, 2021
Review Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump, Si Pompa ASI Ajaib
Dulu, waktu beli peralatan bayi, pompa ASI tidak pernah saya masukkan dalam list belanja. Pikir saya, buat apa punya pompa ASI kalau bisa menyusui secara langsung. Toh, saya di rumah saja. Mestinya proses menyusui jadi makin mudah dong. Nggak perlu ada drama pumping tengah malam.
Alasan lain yang membuat saya nggak kepingin beli pompa ASI adalah..
"Dipompa manual pakai tangan kan bisa."
Iya, saya memang menyepelekan soal perah memerah ASI. Saya nggak paham bahwa ini juga perlu dipersiapkan karena dua kondisi yang biasanya terjadi pasca melahirkan. Pertama, ASI belum keluar. Kedua, hiperlaktasi. Di sisi lain, saya tidak mahir menggunakan teknik marmet untuk memerah ASI. Ini yang akhirnya menimbulkan masalah baru.
Pada kasus pertama, sering memerah ASI dan menyusui akan membantu produksi ASI. Dari yang awalnya belum keluar sama sekali, kemudian ngerembes dikit-dikit. Kalau kita rajin memerah dan menyusui, ASI akan semakin banyak lagi terproduksi. Dari yang cuma ngerembes, jadi bisa ngucur.
Kasus kedua, hiperlaktasi. Ini juga butuh diperah dan disusukan. Kenapa? Karena payudara ini bukan tempat penyimpanan ASI. Kalau ASI kita banyak dan tidak segera dikeluarkan, ini malah memicu penyakit lain. ASI bisa tersumbat, bahkan parahnya mastitis. Udah, jangan tanyain rasanya gimana. Suakiit. Saking sakitnya, sampai stress dan adem panas.
Sayangnya, memerah ASI ketika di rumah itu ternyata juga tidak mudah. Apalagi kalau punya anak semacam Ghazy yang nggak mau lepas dari nen. Memerah ASI jadi aktivitas yang makin challenging lagi. That's why, saya salut banget sama working mom yang bisa nyicil ASIP sampai sefreezer penuh sebelum masa cutinya habis. Kalian warbyasah.
Baca juga: Tips Menyusui Minim Drama
Memilih Pompa ASI
Seperti yang sudah saya bilang di awal, saya sungguh menyepelekan keberadaan pompa ASI saat saya hamil Ghazy. Pikir saya, nanti bisa pakai marmet aja. Murah meriah. Realitanya, tak semudah itu, Maemunah.
Waktu Ghazy lahir, ASI saya tidak langsung lancar. Hari pertama setelah 2-3 kali disusukan ke Ghazy, akhirnya keluar rembesan ASI. Saya sih nggak galau gimana-gimana. Butuhnya bayi baru lahir juga nggak banyak. In sya Allah, rembesan tadi cukup buat Ghazy.
Saya mulai panik ketika Ghazy kuning. Nggak ada obat lain selain ASI. Jemur-jemur di bawah sinar matahari itu cuma faktor lain yang membantu. Kunciannya ya tetap ada di ASI. Masalahnya, saya belum punya banyak. Makin galau lagi ketika saya sudah bisa pulang, ternyata Ghazy belum bisa.
Baca juga: Perjuangan Menyusui Ghazy
Tapi, bukan ibu namanya kalau cuma nangis mewek-mewek tanpa gerak menuju solusi. Saya ya nangis, tapi sambil nangis tangan ini ngechat saudara yang sama-sama punya bayi untuk minta ASI. Sambil nangis juga, saya mulai cari tahu tentang pompa ASI yang recomended beserta harganya.
Satu hal yang saya sesali saat itu, kalau ujung-ujungnya beli pompa ASI juga, kenapa nggak dari hamil cari tahunya. Kenapa nggak disediain sebelum Ghazy launching? Jadi, kalau ada masalah kaya gini, udah ready.
Hal yang disediakan dadakan itu nggak selalu baik. Gitu juga pompa ASI yang dulu saya beli. Karna dadakan, saya cari yang harganya murah meriah. Saya nggak mikirin tuh kualitas barang seperti apa. Ndilalah, belum ada sebulan pakai, motornya udah bermasalah. Iya sih, ada garansi. Tapi, ya ribet banget harus urus ini itu. Pastinya juga makan waktu
Sebulan setelah melahirkan, qadarullah, ASI saya tersumbat. Ini bikin payudara saya nyut-nyutan bukan kepalang. Subhanallah, sakitnya benar-benar bikin hilang akal. Sakiiit sekali. Dan itu tidak sehari sembuh, berhari-hari nggak kunjung sembuh. Stressnya bukan main. Makin stress lagi ketika pompa ASI milik sendiri masih dalam proses garansi. Huhuhu..
Akhirnya, saya sewa pompa ASI. Dari sini, saya mulai dapat pembanding dari punya saya sendiri. Ternyata, lebih enak pakai pompa ASI yang portable dibanding harus terus nyolok. Kenapa? Karena pasti ada situasi di mana kanan pumping, kiri netekin langsung. Ini ribet banget kalau pakai yang harus nyolok terus.
Kedua, lebih enak yang bisa lepas tangan dibanding yang harus terus dipegangi. Ini untuk menghemat waktu. Jadi, kita bisa pumping sembari mengerjakan pekerjaan lain. Saya pernah banget nih harus menunda pekerjaan setidaknya selama 30 menit hanya untuk pumping. Padahal, kalau punya newborn itu waktu segitu amat berharga ya. Kan kita nggak tahu kapan si bayi bangun lagi.
Terakhir, pilih pompa ASI yang nggak berisik. Ini penting banget sih. Jangan sampai anak kita kebangun gara-gara suara pompa ASI. Nggak lucu aja sih.
Perjalanan mastitis kemarin, bikin saya lebih aware soal pompa ASI. Gara-gara sering browsing cara menyembuhkan payudara yang kesumbat ASI, saya mulai kenal dengan silicone breast pump. Pompa ASI dari silikon yang tinggal clop terus ASI keluar sendiri.
Apa hubungannya dengan payudara tersumbat?
Kalau kamu sedang mengalami hal ini, pasti ngeh kalau breast care saat punya newborn itu challenging. Apalagi kalau kamu nggak punya bala bantuan lain untuk handle bayi, selain suami. Begitu suami kerja, auto jadi single fighter.
Nah, silicone breast pump ini bisa dipakai untuk membantu mengalirkan ASI yang tersumbat tadi. Caranya mudah kok. Isi silicone breast pump dengan air hangat yang sudah dicampur epsom salt. Kalau sudah, tempelkan ke payudara. Pastikan air hangat tadi nyentuh puting.
Epsom salt ini adalah garam yang biasa digunakan untuk berendam. Funginya untuk memperlancar peredaran darah. Kalau ini dipakai untuk melancarkan ASI, ya bisa banget. Asal putingnya bisa berendam aja sih. Bukan diminum ya.
Sebetulnya, nggak pakai silicone breast pump juga bisa sih. Tapi ribet banget. Saya pernah pakai mangkuk yang sudah saya isi larutan epsom salt hangat. Pegel, euy! Mending pakai silicone breast pump sih. Kita bisa ikhtiarkan ASI ngalir tanpa harus repot pegangin gayung atau mangkuk. Plus, kita nggak perlu khawatir cairannya tumpah dan membasahi baju kita.
Dari semua itu, ada banget pompa ASI yang sesuai dengan apa yang saya sebutkan di atas. Taraaa... Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump.
Apa itu Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump?
Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump ini merupakan pompa ASI yang terbuat dari dari 100% Silicone yang lembut dan aman untuk kulit Ibu (BPA Free). Selain bahannya yang lembut dan aman untuk kulit ibu, Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump ini juga aman dimasukkan ke mesin sterilisasi. Silicone breastpump ini memiliki kapasitas 4oz / 120ml.
Dalam kemasannya, Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump ini juga dilengkapi dengan 1pcs 4oz/120ml Dr. Brown’s Options+ Bottle. Botol bayi yang dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi resiko kembung, masuk angin dan kolik pada bayi. Selain itu, ada juga Bottle Cap yang bisa kita gunakan untuk menyimpan ASIP dan Drawstring Storage Bag agar praktis dibawa saat bepergian.
Kenapa Memilih Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump?
Ada beberapa alasan kenapa saya lebih memilih menggunakan Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump dibanding pompa ASI yang lain.
1. Silent pumping
Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump ini sama sekali nggak pakai mesin. Ajaib memang. Tinggal clop ke payudara. Lalu, ASI bisa langsung keluar dengan sendirinya tanpa perlu dipijat-pijat lagi.
Karna nggak pakai mesin sama sekali, sudah pasti silent pumping dong. Nggak ada lagi suara serr serr mesin pompa.
2. Safe and Soft on Skin
Ini juara sih. Bahannya tuh lembut banget di kulit. Ketika diaplikasikan juga nggak ada sama sekali tarikan-tarikan layaknya ketika kita pakai pompa ASI lain. Ini beneran kayak pakai bra, nggak berasa kalau lagi pumping.
Selain lembut, bahannya juga aman di kulit kita. Jadi, kalau kamu punya kulit yang sensitif, jangan khawatir. Aman kok pakai ini. Bahannya udah BPA Free.
3. Travel Friendly
Ukurannya yang tidak terlalu besar serta bahannya yang ringan membuat pompa ASI ini jadi praktis untuk dibawa ke mana saja. Kita tinggal masukkan ke Drawstring Storage Bag-nya. Kita mau memompa di mana saja juga mudah. Nggak perlu bingung cari stop kontak juga.
4. Ergonomic Design
Desainnya juga ergonomik. Pegangan breast pump yang buat nancepin ke payudara tuh pas di tangan. Cupnya juga pas. Jadi nggak gampang jatuh dan nyaman dipakai. Enaknya lagi, kita nggak perlu repot-repot ngerakit. Tinggal clop aja ke payudara. Bersihinnya juga gampaaang banget. Nggak banyak printilan kaya pompa ASI biasanya.
Cara Menggunakan Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump
Dulu, waktu pertama kali lihat silicone breast pump di YouTube, saya sempat heran. Itu gimana caranya bisa nempel ya? Itu apa? Kok sumbatan ASI bisa keluar kaya benang gitu? Beneran clueless sama produk satu ini.
Setelah saya cari tahu lagi, wow! Ini sih produk multifungsi. Bisa buat pompa ASI, membantu memperlancar ASI yang tersumbat, bahkan bisa buat nampung ASI biar netesnya nggak mubadzir. The best sih ini.
Tapi, muncul pertanyaan lain di benak ini. Gimana cara pakainya? Kok bisa nempel gitu diapain ya?
Nah, kalau kamu punya pertanyaan yang sama, saya akan jelaskan tutorial penggunaannya.
- Tekan bagian bawah silikon untuk menciptakan hisapan. Jangan tekan bahian atas silikon ya. Ini untuk menghindari perubahan bentuk corong silikon.
- Pastikan posisi corong silikon berada pada tengah-tengah puting. Selain untuk mendapatkan hasil yang maksimal, ini juga untuk memberikan rasa nyaman saat memompa ASI.
- Lepaskan bagian bawah silikon untuk menciptakan hisapan. Untuk mendapatkan hisapan yang maksimal, kita bisa mencoba membalikkan corong ke arah luar terlebih dahulu sebelum ditempelkan ke payudara.
- Secara perlahan, ASI akan keluar dan tertampung di dalam silikon tanpa perlu kita pegang.
- Kalau sudah mencapai batas maksimum, lepaskan silicone pump secara perlahan dan segera pindahkan ASI ke dalam botol atau tempat penyimpanan ASI yang lain.
Mudah bukan menggunakannya?
Penutup
Itu tadi review tidak singkat tentang Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump. Kalau ngomongin menyusui memang suka bablas aja gitu. Apalagi, saya punya pengalaman buruk dengan ini. Ini jadi perhatian lebih untuk saya agar tidak ada orang lain yang mengalami hal sama.
Memilih pompa ASI yang nggak kaleng-kaleng itu penting. Selain agar produksi ASI makin melimpah, pompa tersebut harus mampu membantu masalah lain yang ditemui ibu saat menyusui. Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump ini nih salah satu solusinya.
Kalau kalian pingin punya juga, Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump ini bisa dicari di beberapa e-commerse kesayangan kamu. Ada yang udah pernah coba juga? Tulis dong pengalaman serumu dengan Dr. Brown's Silicone One-Piece Breast Pump ini di kolom komentar.
Subscribe to:
Posts (Atom)