Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Aug 26, 2018

Mendidik dengan Kekuatan Fitrah



Allah memberikan sebuah tugas istimewa kepada perempuan, yaitu menjadi ummu wa rabbatul bait (ibu sekaligus pengatur rumah tangga). Saya pernah melakukan beberapa wawancara singkat kepada teman-teman perempuan saya yang sudah menikah.

"Apa sih yang kamu rasakan setelah menikah?"

Menarik, ketika sebagian besar dari mereka justru mengalami shock setelah menikah. Ada orang tua baru yang perlu dikenali lebih dalam dan dicintai layaknya orang tua sendiri. Ada laki-laki asing yang dulu sepertinya telah kita kenal baik, ternyata banyak hal yang masih terus butuh untuk digali lagi. Ada anak yang butuh untuk dididik.

Kehidupan pernikahan ternyata penuh dengan banyak lika-liku yang tak jarang membuat mereka berderai air mata. Ada ketakutan yang begitu besar mengalir dalam diri saya ketika mendengar itu semua. Bagaimana bila nanti saya pun mengalami hal serupa? Bagaimana bila saya tak tahu harus berbuat apa setelah status saya berubah menjadi isteri dan ibu? Dan banyak hal lain.

Ketakutan demi ketakutan pada diri sendiri yang mendorong saya untuk terus dan terus belajar. Saya belajar banyak tentang pernikahan, tentang bagaimana saya menyiapkan diri untuk menuju ke sana. Semakin dalam saya belajar, saya sepenuhnya sadar bahwa pernikahan bukan hanya tentang berganti status dari lajang menjadi kawin. Bukan semacam itu. Ada tanggung jawab besar yang pun akan ikut menyertainya. Bukan hanya tanggung jawab saya mendampingi laki-laki yang nanti menjadi suami saya, pun tanggung jawab besar untuk mendidik sebuah generasi.

Dari rahim saya, anak-anak yang akan meneruskan peradaban ini lahir. Pertanyaan besar kemudian muncul dalam kepala saya. 

"Akan saya didik seperti apa mereka nanti?"

Saya suka sekali mengajar. Saya amat bahagia ketika apa yang saya tahu bisa saya tularkan pada orang lain. Itu pula yang mengantarkan saya terjun ke dalam dunia pendidikan, menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Ada kebimbangan yang luar biasa dalam diri saya sesaat sebelum saya menikah. Apakah saya akan terus mengajar setelah menikah nanti? Jika saya nanti bekerja, apakah anak-anak saya nanti bisa mendapatkan pendidikan yang optimal dari saya? Baikkah saya ketika saya sibuk mendidik orang lain, sedangkan anak saya harus berakhir di tempat penitipan anak, mendapatkan sisa waktu saya. 

Segala pertanyaan itu yang mendorong saya untuk memutuskan akan berhenti bekerja ketika keluarga kecil kami nanti diamanahi seorang anak. Segala pertanyaan itu pula yang mendorong saya untuk serius mempelajari pendidikan anak. Saya sungguh berharap rumah kami nanti bisa menjadi sekolah bagi anak-anak saya nanti. Kurikulum terbaik dapat saya dan suami saya susun sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak. Setiap perubahan dapat kami pantau dari jarak yang amat dekat.

Saya paham bahwa untuk bisa sampai ke sana maka saya harus selesai dengan diri saya sendiri. Agar saya bisa terus membersamai suami dan anak-anak saya tumbuh dalam kebaikan-kebaikan yang ingin kami raih bersama. Sederet daftar panjang telah saya siapkan untuk mengawal program pendidikan anak tersebut. Semuanya dimulai dari diri sendiri. Saya gembleng diri saya untuk mau konsisten melakukan kebiasaan-kebiasaan baik, seperti membaca Al Quran setiap hari, membaca buku, sholat malam, dan lain-lain. 

Apakah saya sudah bisa konsisten 100%? Tentu saja belum. Dari checklist yang saya buat, masih ada beberapa checklist yang masih gagal dilakukan. Rasa malas pun sering muncul ketika saya hendak mengusahakannya. Tapi ketika saya ingat anak-anak saya nanti, dorongan itu muncul untuk terus mengupayakan apa yang telah saya tulis. Semoga nanti semua itu bisa menjadi kebiasaan baik yang terus melekat pada keluarga kami nanti. Aamiin..

***


وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ 

Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku
- Adz Dzariat (51) : 56 -


Manusia yang lahir di dunia telah diberikan visi oleh Allah, yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Artinya, seluruh aktivitas hidupnya harus bisa punya nilai ibadah. Sebagai seorang muslim, saya menyadari hal ini. Konsekuensinya, pernikahan yang saya jalani harus bisa punya nilai ibadah. Interaksi saya dengan suami dan anak-anak, maupun dengan keluarga besar kami, harus punya nilai ibadah. Bagaimana saya mendidik anak-anak saya nanti harus bisa saya jadikan investasi saya di kehidupan yang jauh lebih kekal lagi. Pun bagaimana interaksi saya dengan masyarakat.

Bagaimana caranya?

Pertama, amal yang dilakukan harus diniatkan karena Allah. Kedua, amal yang dilakukan harus benar sesuai syariat Islam. Ketiga, optimalisasi amal dengan berdakwah.

Dakwah adalah misi hidup yang ingin saya ambil. Bagi saya, dakwah adalah bahasa cinta kepada sesama. Ketika saya merasakan indahnya Islam dalam setiap ketaatan yang saya upayakan melalui peran saya, saya ingin orang lain pun merasakan hal yang sama. Pun ketika saya ingin mendalami bidang pendidikan anak, saya ingin bidang tersebut bisa menjadi sarana dakwah saya di tengah-tengah ummat. Banyak cara tentunya yang bisa saya lakukan, bisa melalui tatap muka maupun tulisan-tulisan yang tersebar di berbagai sosial media saya. Harapan saya ke depan, semoga ilmu yang telah saya peroleh bisa saya ikat melalui buku yang saya tulis sendiri.

Saya sepenuhnya sadar bahwa semuanya tentu butuh ilmu. Bagaimana bisa amal itu menjadi ibadah ketika kita saja tak melakukannya dengan benar sesuai syariat? Bagaimana kita bisa tahu amal itu benar atau tidak bila kita saja tak tahu ilmunya. Maka, inilah ilmu-ilmu yang akan saya persiapkan untuk mencapai misi hidup yang saya inginkan.
  1. Ilmu-ilmu alat yang saya gunakan untuk mengkaji Islam lebih dalam
  2. Ilmu-ilmu tentang pengasuhan anak
  3. Ilmu-ilmu tentang pengelolaan diri dan pengaturan rumah tangga
  4. Ilmu tentang public speaking dan menulis
Setelah memahami ilmu apa saja yang saya miliki, tentu saja sebuah strategi untuk mencapai semua yang saya inginkan haruslah saya susun. Berikut ini adalah life mapping strategy yang telah saya susun untuk meraih semua hal yang saya impikan dalam hidup saya. Life mapping ini dimulai sejak tahun 2018.


Saya amat sangat bersyukur bahwa apa yang telah saya tulis di sini, satu per satu telah terwujud. Alhamdulillah, saya telah menikah di tahun 2018 ini. Media sosial yang saya miliki pun masih terus menerus bisa saya gunakan untuk media dakwah saya. Melalui foto-foto yang saya miliki, ternyata bisa menghasilkan konten-konten dakwah yang lumayan menarik.

"Sebuah cita-cita hanya akan menjadi wacana bila tidak dilakukan."

Oleh karena itu, saya akan terus, terus, dan terus mengupayakan perbaikan dalam diri saya. Segala ilmu yang bisa menunjang misi hidup saya, akan terus saya kejar. Semoga Allah memberikan saya kemudahan untuk memahami serta mengaplikasikan ilmu-ilmu tersebut.

Aug 24, 2018

Produk Lokal, Why Not?

"Kemarin ya, 'kan abis jalan-jalan ke mall nyari sepatu kulit ceritanya. Terus nanya-nanya harganya. Ini berapa? Coba deh tebak harganya berapa?"

"Berapa?"

"2 juta."

"Mahal amat. Bagus?"

"Iiih.. Boro-boro, modelnya juga biasa aja. Katanya sih itu asli dari Itali sono, makanya mahal."

Obrolan itu kemudian berlanjut dengan betapa mahalnya brand-brand dari luar. Padahal di dalam negeri sendiri banyak produsen-produsen sepatu yang berkualitas tinggi.

"Aku beli sepatu di Magetan itu ya kualitasnya bagus banget. Bertahun-tahun mana ada rusaknya. Itu kalau nggak ilang mungkin sampai sekarang juga masih dipakai."

"Punyaku juga masih aku pakai. Ganti sol aja. Soalnya udah nipis solnya."

"Iya, bener-bener. Punyaku juga gitu, awet banget barangnya."


***


Kita sebenernya sudah sama-sama tahu bagaimana produk-produk impor sudah menguasai pasar di negeri sendiri. Bahkan ada sebagian orang yang rela merogoh kocek lebih dalam untuk membeli produk-produk tersebut. Padahal jika kita mau membandingkan dengan produk lokal. Produk dalam negeri pun kualitasnya tak kalah dengan produk-produk impor. Harga yang ditawarkan pun ikut bersaing.

Produk impor kemudian semakin merajai pasar sejak kemudahan belanja online. Sekarang orang juga nggak perlu lagi pergi ke luar negeri ‘kan untuk membeli brand tertentu. Hanya tinggal duduk di depan gadget masing-masing, pilih, dan bayar. Setelah itu kita tinggal menunggu kapan barang itu akan sampai. Kemudahan yang luar biasa ini akhirnya pun semakin menggeser pasar-pasar lokal.

Lalu, apa kabar dengan produk-produk lokal kita?

Kalau produk-produk lokal ini nggak punya fasilitas marketing yang baik, sudah jelas dia bakal kalah saing dengan produk-produk luar negeri. Padahal yaa padahal, sekali lagi saya bilang, produk lokal itu nggak kalah kok kualitasnya dengan produk luar negeri. Bahkan, ada sebuah fakta menarik yang saya dapatkan ketika berkunjung ke industri besar multinasional. Produk terbaik yang dijual di luar negeri itu justru diproduksi di negeri kita sendiri. 

So, kenapa juga kita masih memandang sebelah mata produk lokal?


Usut punya usut. Sebenernya, pandangan kita ke produk lokal itu juga nggak gimana-gimana juga 'kan ya. Yaa saya ambil contoh dari obrolan sama saudara-saudara saya yang ternyata memang lebih memilih produk lokal timbang produk luar. Selain harganya yang lebih terjangkau, produk lokal juga punya kualitas yang nggak kalah dengan produk luar negeri. 

Masalahnya adalaah..

Gimana cara belinya? Beli di mana? Tokonyaa ada di mana?

Kalau kita jalan-jalan ke luar kota untuk beli oleh-oleh khas kota itu dengan kualitas terbaik, kita kudu banget nyari produsennya. Bahkan nggak jarang kita harus masuk gang-gang sempit  untuk beli produk itu. Rasanya itu wow banget.

Lalu, kalau mau beli trus bayangin riwehnya blusukan ke gang senggol, nyari alamat toko, dll. Ittyuu kemudian...

"Gue nggak jadi beli aja deh."


Susahnya akses buat beli tadi yang bikin orang akhirnya juga males buat beli produk-produk lokal tadi. 

Bersyukurlah karena hari ini kita hidup di era yang serba digital. Belanja produk-produk lokal pun menjadi semaakin mudah dengan banyaknya online shop. Kita udah nggak perlu lagi blusukan masuk gang-gang sempit, pasar-pasar yang entah ada di mana. Kita cukup kunjungi lapak online shop barang yang kita cari. Beruntungnya lagi, lapak-lapak online shop ini jadi semakin mudah diakses melalui situs jual beli yang menaungi semuanya.




Sebut saja salah satunya Qlapa.com. Taraaa...



Qlapa itu apa sih?

Jadi, Qlapa ini adalah salah satu situ jual beli online untuk berbaagai produk handmade unik seperti kemeja batik, tenun, tas, dan sepatu  kulit, dompet, dan produk buatan tangan lainnya. Produk yang dijual di situs ini ternyata nggak sembarangan loh. Produk yang masuk harus lolos standar kualitas dari Qlapa dulu baru deh bisa dijual di sini.  Jadi, sudah bisa dipastikan kalau semua barang yang ada di sini adalah barang-barang yaang berkualitas. 

Nggak cuma itu, Qlapa juga menjamin keamanan dan kenyaman dalam bertransaksi baik dari sisi pembeli maupun penjualnya. Caranya, transaksi hanya akan diteruskan kepada penjual jika pembeli sudah menerima produk yang dipesan. Nah, kalau semisal produk tadi nggak kita terima juga, Qlapa akan mengembalikan uang yang udah kita bayar 100%. Nyaman, simpel, dan nggak perlu capek-capek datang ke lapak aslinya. Seruu kaaan?


Keuntungan yang didapatkan dari penjual juga banyak looh. Produk yang kita jual, nantinya akanberada di pasar yang tepat, bisa bersanding dengan  produk-produk pilihan, dan bisa mengiklankan produk tanpa biaya awal. Kita juga bebas berjualan tanpa minimum stok. Asiknya lagi, kita juga akan menndapatkan asisten pribadi untuk menjual produk kita dan tentunya peluang kerjasama dengan partner Qlapa. Produk yang kita jual di sini akan mendapatkan prioritas utama untuk program-program Qlapa, baik offline maupun online. Pemasaran produk kita juga diberi kesempatan untuk bisa dipasarkan secara online. Dengan menjual produk kita di Qlapa, kita juga  bisa memperluas jaringan dengan sesama pengrajin produk handmade lokal.

Hal menarik yang saya temukan dari situ ini adalah inspirasi kado. Kita 'kan sering banget galau-galau mau ngasih kado apaan buat temen, saudara, atau orang-orang terkasih kita. Nah, Qlapa nawarin macem-macem opsinya. Kita tinggal pilih aja mau beli kado untuk apa. Kado ulang tahun kah? Kado pernikahan, valentine, atau anniversary? 

Nggak cuma itu sih, barang-barang yang dijual di Qlapa juga sudah dikelompokkan berdasarkan beberapa kategori. Ini memudahkan banget. Kita bisa langsung klik kategori yang mau kita cari. Untuk lebih memudahkan lagi, kita bisa langsung cari produk di kotak pencarian.


Gimana? Gimana? Seru kaan?

Jadi, tunggu apa lagi? Selamat berbelanja. Mari kita merdekakan produk lokal dengan mendukung produk-produk Indonesia. Yuk, mari dibeli.


Aug 23, 2018

Kala Cinta Menyapa

Bicara tentang cinta, tentu semua orang pernah merasakannya. Cinta ini adalah perasaan universal yang bisa dirasakan oleh setiap manusia.Peruntukannya bermacam-macam, bisa ke Allah, orang tua, saudara, anak, atau ke si dia. Pilihan terakhir ini yang kemudian menimbulkan pertanyaan. Bagaimana bila saya jatuh cinta? Dosakah saya ketika saya mencintai seseorang yang bukan mahram dengan saya?


Semoga tulisan ini bisa membantu menghapus kegundahan yang meradang ketika hati ini sedang berbunga-bunga. Pada dasarnya, jatuh cinta bukanlah sesuatu yang terlarang dalam Islam. Perasaan itu muncul secara alami dalam diri manusia. Allah bahkan menegaskan kepada kita dalam firman-Nya.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَٰمِ وَٱلۡحَرۡثِۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَاۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسۡنُ ٱلۡمَ‍َٔابِ  

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). 

 - QS. Ali Imran : 14 -



Melalui ayat ini, Allah menyatakan bahwa dimasukkan dalam diri manusia kecintaan kepada kehidupan dunia. Hal yang menarik yang disampaikan oleh ayat ini, kesenangan yang pertama kali disebutkan adalah cinta kepada wanita. Tentu saja hal yang sebaliknya berlaku bagi wanita yang menyukai pria. Barulah Allah menyebutkan kesenangan-kesenangan lain, yaitu cinta kepada anak-anak, harta, baik itu emas maupun perak, kendaraan, binatang-binatang ternak, serta sawah ladang.

Bila Allah menghendaki kita demikian, maka wajar jika kita bisa merasakan jatuh cinta. Pertanyaan selanjutnya adalah apa yang harus kita lakukan ketika kita jatuh cinta? Bagaimana cara menyikapinya? 

Hubungi Allah

Lak-laki atau perempuan yang hadir dalam hidup kita adalah takdir yang Allah berikan kepada kita. Kita tak pernah bisa memilih siapa saja mereka. Simpatik kepada salah satunya karena akhlaknya, ibadahnya, tutur katanya, maupun pemikirannya pun adalah takdir yang telah Allah tetapkan bagi kita. Tak ada yang salah dengan itu. Tapi sikap kita selanjutnya yang harus kita pikirkan, agar setiap aktivitas kita bisa mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Ketika kita jatuh cinta, maka hal pertama yang perlu kita lakukan adalah hubungi Allah. Bukan yang lain. Bukan orang tua kita, teman kita, apalagi orang yang sedang kita suka.

Masalah cinta adalah perkara yang besar. Hal ini yang nantinya akan menentukan langkah kita selanjutnya, masa depan kita, kehidupan berumah tangga kita. Bahkan tak hanya itu saja, tapi bagaimana anak-anak dan keturunan kita nanti, dimulai dari sini. Maka, untuk perkara yang sebesar ini alangkah lancangnya kita bila memutuskan segala sesuatunya tanpa melibatkan Allah.


وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡ‍ٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ  

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. 
- QS. Al Baqarah : 216 -


Ketika kita jatuh cinta, pada dasarnya kita tak sepenuhnya tahu apakah laki-laki/perempuan yang kita cintai ini adalah yang terbaik bagi kehidupan kita. Bisa jadi, dia yang kita anggap baik ini justru menjadi racun dalam kehidupan kita. Tak ada yang mengetahui, kecuali Allah. Maka, tindakan yang paling tepat saat kita jatuh cinta adalah hubungi Allah, berdoa kepada-Nya, mohonkanlah petunjuk kepada-Nya. Karena hanya Allah-lah yang paling mengetahui siapa sosok yang palung baik dan pantas untuk mendampingi kita di masa yang akan datang.

Allah berfirman dalam surat Al An’am ayat 59,


۞وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَآ إِلَّا هُوَۚ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۚ وَمَا تَسۡقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٖ فِي ظُلُمَٰتِ ٱلۡأَرۡضِ وَلَا رَطۡبٖ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ  

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). 

- QS. Al An’am : 59 -



Tak ada satu perkara pun yang luput dari pengetahuan Allah. Ilmu Allah Maha Meliputi segala sesuatu yang ada di dunia ini, baik yang ada di masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Alangkah sombongnya kita, ketika kita jatuh cinta, kita tak melibatkan Allah dalam urusan ini. 


Kita perlu ingat bahwa ketika kita jatuh cinta segala hal yang ada pada diri kita menjadi tidak normal. Para ulama menyatakan ketika kita membenci seseorang, maka segala hal yang dilakukan oleh orang itu akan nampak salah dimata kita. Dia senyum atau tidak, semua akan tampak salah. Dia berbuat baik atau tidak, pun demikian. Sebaliknya, ketika kita mencintai seseorang, maka mata akan menafsirkan segala kebaikan ada padanya. Semua yang kita lihat akan nampak baik-baik saja. Tentu saja ini amat berbahaya jika kita mengambil keputusan hanya dari justifikasi kita saja.

Ini yang sering kali dilupakan oleh orang-orang yang sedang jatuh cinta. Mereka mengandalkan diri mereka sendiri. Mereka membuat keputusan tanpa melibatkan Allah. Akhirnya, hubungan yang mereka jalani kandas di tengah jalan.

Ada kisah menarik yang dapat kita jadikan ibrah dalam mengambil keputusan.

Fulan adalah laki-laki sholih yang menikah dengan Fulanah. Dalam kacamata Fulan, Fulanah adalah wanita sholihah yang layak menjadi pendamping hidup serta ibu bagi anak-anaknya nanti. Setelah pernikahan mereka, Fulanah sama sekali tidak mau disentuh oleh Fulan. Ada rasa bersalah yang begitu besar menggelayuti dirinya. Keesokan harinya, sambal menangis tersedu-sedu, Fulanah mengakui bahwa dirinya telah berbadan dua. Usia kandungannya telah masuk ke usia 4 bulan. Betapa kagetnya Fulan mengetahui hal ini. Selama ini memang tak nampak bahwa Fulanah hamil karena pakaian syar’i yang biasa dia kenakan. Gamis serta kerudung yang lebar itu mampu menutupi kehamilan dirinya.

Kita tentu menginginkan hubungan yang panjang saat kita mencintai seseorang. Hubungan itu tentu tak hanya berakhir di dunia saja, tapi pun akan berlanjut hingga akhirat nanti. Buat apa kita jatuh cinta, bila kemudian kita dikhianati. Buat apa kita jatuh cinta, kemudian memilih menikah dengannya, bila akhirnya bercerai dengannya. Ada banyak hal yang akan kita sesali jika hal itu terjadi dalam hidup kita. Oleh karena itu, libatkan Allah dalam perkara ini. 


Ketika kita jatuh cinta, tanyakan pada Allah dalam sepertiga malam kita. Jangan lupa istikharah dan perkuat kembali hubungan kita dengan Allah. Benarkah dia yang terbaik untuk kita?

Kendalikan Perasaan

Langkah selanjutnya yang perlu kita tempuh adalah mengendalikan perasaan. Jangan sampai kadar cinta kita melebihi kadar cinta kita pada Allah dan Rasul-Nya. Setampan/secantik apapun dia, sebijak apapun dia, kita tetap harus lebih mengutamakan Allah dan Rasul-Nya. Ini adalah kunci utama yang harus kita pegang bila kita menginginkan kebahagiaan serta keberkahan dalam hubungan yang dijalani.

Terkait hal ini, Allah telah memperingatkan kita melalui firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 24.


قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ  

Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. 
- QS. At Taubah : 24 -



Ayat ini menjadi pengingat bagi kita semua, jangan sampai kecintaan kepada dunia melebihi cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika itu kita lakukan, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya.

Pada dasarnya, jika kita mampu mengendalikan perasaan kita, kita akan mampu untuk berpikir secara objektif. Kita tidak dibutakan oleh perasaan kita, hingga keliru dalam memutuskan. Kita pun mampu untuk membaca kekurangan yang ada pada diri pasangan. Hal ini tentu akan sulit dilakukan ketika kita sedang jatuh cinta.

Ada banyak hal yang tentu saja perlu kita perhatikan bila kita ingin menjalani hubungan yang serius. Banyak hal dari diri pasangan yang perlu digali. Bukan untuk mencari kesempurnaan, tapi untuk menentukan langkah prefentif untuk menghadapi kekurangan tersebut. Ilmu apa yang sekiranya perlu kita siapkan selanjutnya untuk merawat cinta yang telah bersemi itu. Apa saja yang perlu dibangun agar hubungan itu dapat terus menerus diberkahi oleh Allah dan menjadi salah satu wasilah kita untuk masuk ke surga-Nya. 

Gunakan Syariat sebagai Payung Hukum

Tak ada yang salah dalam jatuh cinta, asal mampu disikapi dengan cara yang benar sesuai Al Quran dan As Sunnah. Semua langkah yang akan kita tempuh selanjutnya harus dipastikan bahwa semuanya berlandaskan syariat Islam.

Coba tanyakan pada diri kita, mau dibawa kemana hubungan ini? Apa yang kita harapkan dari dia? 


Bila kita mengharapkan hubungan itu dapat menuntun kita menuju surga, bila kita mengharapkan dia menjadi pasangan sejati kita, maka pastikan kembali. Jangan sampai ada yang salah dari setiap proses yang dilalui. Tentu saja standar yang kita pakai sebagai seorang muslim adalah syariat Islam, bukan yang lain. Bila langkah yang kita ambil keliru, maka akan sulit untuk memperbaikinya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمۡ لِمَا يُحۡيِيكُمۡۖ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيۡنَ ٱلۡمَرۡءِ وَقَلۡبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيۡهِ تُحۡشَرُونَ  

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. 
QS. Al Anfal : 24 -


Allah telah memberikan seperangkat solusi yang dapat kita ambil ketika kita sedang jatuh cinta. Maka, pastikan solusi tersebut kita ambil dalam setiap langkah yang kita pilih. Jangan sampai kita meninggalkan aturan ini hanya karena terlena oleh euphoria sesaat dan nafsu kita. Jangan sampai juga kita terbawa dengan apa yang ada pada masyarakat hari ini, padahal kita tidak tahu bagaimana dalil hukumnya.

Ketika kita jatuh cinta pun, Allah telah memberikan solusi kepada kita bagaimana cara menyikapinya, yaitu dengan menikah. Bukan dengan berpacaran, adik-kakak-an, TTM-an, HTS-an, atau yang lain. Menikah tak hanya ditujukan untuk menyalurkan hati yang tengah bergejolak saja, menyalurkan naluri seksual yang ada pada masing-masibg manusia, pun memiliki tujuan yang lebih besar lagi, yaitu melestarikan keturunan. Diriwayatkan dari Ibn Mas’ud RA, ia menuturkan bahwa Rasulullah pernah bersabda:

“Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang telah mampu menanggung beban, hendaklah segera menikah. Sebab pernikahan itu lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Siapa saja yang belum mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya.”
 - Muttafaq ‘Alayhi -


Dari hadist ini telah jelas bagaimana kita harus bersikap ketika kita sedang jatuh cinta. Bila kau mampu, maka menikahlah. Bila tak mampu, maka berpuasalah. Mengenai kemampuan ini, kita sendiri yang dapat mengukur diri kita. Apakah kita sudah mampu menjalani segala konsekuensi yang ada setelah menikah nanti. Bila tidak, maka kita bisa memilih opsi yang lain, yaitu dengan cara berpuasa, menahan diri dari segala hawa nafsu.

Aug 20, 2018

Surat Untukmu

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Suamiku tersayang,
Nggak terasa ya tiba-tiba sudah lewat tanggal 8 Agustus aja. Artinya, sudah sebulan lebih kita bersama. Sudah sebulan lebih juga kita hidup bagai keong dan cangkangnya. Berpindah dari satu tempat ke teempat yang lain. XD

Masih ingat nggak hari pertama kita jadi suami istri? Waktu pertama kali Mas pegang tanganku. Kikuk. Sampai mau masukkan cincin ke jari manisku aja serba akward gitu. Hilang sudah espektasi masukin cincin ke jari manis ala-ala Prince Harry dan Megan Markle.

Banyak hari yang sudah kita lewati sama-sama. Mulai dari cincin nikah yang ilang di hari kedua pernikahan kita, tragedi ketiduran di kereta sampai harus gupuhin orang stasiun buat bangunin mas, sampai kepulangan kita ke Bogor. Istrimu ini kalau nggak heboh emang nggak bisa. XD

Bertambahnya kebersamaan kita, makin bertambah pula rasa syukur adek karna telah memilihmu, Mas. Adek milih Mas bukan hanya karna ketaatan Mas, pun karena kemauan Mas untuk mengkaji Islam pun tinggi. Bukan karna berapa banyak gaji Mas, sudah punya rumah dan mobil atau belum, atau bentuk fisik, Mas. Kalau pun ternyata Mas punya semua itu, sepenuhnya adalah bonus yang Allah berikan.

Suamiku sayang,
Terima kasih telah menjadi suami yang begitu pengertian. Terima kasih atas segala dukungan Mas untuk menuntut ilmu. Terima kasih pula karna Mas sudah mau dengan sabar mendidik adek. Terima kasih untuk semuaaanya. :*

Suamiku sayang,
Maafin adek yang belum bisa melayani Mas dengan baik. Maafin adek juga yang suka bikin heboh yang berujung banyak ngerepotin Mas. Maafin adek yang hmmmm... banyak. Terlalu banyak yang belum bisa adek lakukan untuk Mas.

Suamiku sayang,
Teruslah berpegang teguh dalam syariat. Mari kita sama-sama terus belajar dan terus mengupayakan amal-amal kebaikan agar kita nanti bisa bertemu lagi di surga.

Sayangku,
Sungguh, aku mencintaimu karena Allah. Semoga Mas pun juga begitu. Dan semoga rasa cinta yang terus bersemi di antara kita ini bisa terus membawa kita terus berjalan lebih dekat dengan Allah. Aamiin.

Bogor, 20 Agustus 2018

Dari istrimu yang sedang merasa hamil. :D
Lelly.


Memahami Rencana Allah 'tuk Lejitkan Diri

Saat saya menuliskan tulisan ini, ingatan saya kembali pada hari pertama pernikahan kami. Saya ingat bagaimana kikuknya suami saya ketika pertama kali menyentuh saya. Saya ingat ketika banyak orang yang memintanya untuk mencium kening saya setelah doa pernikahan usai ia rapalkan.



Hari-hari kami tentu saja dipenuhi dengan kebahagiaan dan sedikit kehebohan di sana-sini. Sekali pun semuanya serba tidak ideal.

Awal pernikahan, kami tak bisa segera tinggal di Bogor karena kami harus menyelesaikan urusan kami masing-masing di kota yang berbeda. Saya di Surabaya dan suami di Probolinggo. Keputusan kami untuk bisa tinggal bersama yang menjadikan kami hidup seperti keong dan cangkangnya. Berpindah dari satu hotel ke hotel yang lain.

Adakalanya, suami saya yang harus pulang pergi Probolinggo-Surabaya agar kami bisa tetap bertemu setiap hari. Adakalanya sebaliknya.

Lelaaah sekali menjalani hidup semacam ini. Tapi saya paham bahwa bukan hanya saya yang merasakan letih. Suami bahkan lebih lelah dari saya. Saya masih punya waktu istirahat yang lebih. Sedangkan suami saya tidak.

Pilihan hidup kami saat ini, seringkali dipertanyakan. Baik oleh orang-orang yang berhubungan dengan saya, maupun suami. Entah itu keluarga kami, maupun yang bukan keluarga. Tapi kami telah sepakat bahwa tak semua hal yang kami pilih harus dipahami oleh semua pihak.

"Alhamdulillah kalau mereka mau mengerti, kalau tidak ya kita abaikan saja," begitulah yang suami saya sampaikan kepada saya.

Pagi ini, saya masih terbangun dengan suami saya di samping saya. Saya amati wajahnya yang masih tidur pulas. Banyak hal yang terjadi pada kami yang sebenarnya menguji emosi juga. Banyak hal yang harus saya coba pahami dari orang lain, agar saya lebih bisa mengendalikan diri saya.

Percakapan semalam membangkitkan memori saya tentang kenapa saya memilih dia dan akan kami bawa kemana rumah tangga kami nanti. Saya memilihnya bukan karna kekayaan yang dia miliki, bukan juga karna bentuk fisiknya. Tapi karna cita-cita yang ingin kita bangun sama. Bagaimana kami akan mewujudkannya pun selaras. Tanpa kami sadari percakapan tentang rencana-rencana kami tentang bagaimana mengelola rumah tangga kami nanti terbangun dengan begitu mudah.

Kemauan suami untuk terus belajar dan tidak menutup diri pada satu sumber saja yang membuat saya semakin yakin dengannya. Tentu saja bukan hanya ilmu duniawi saja, tapi juga ilmu agama.

"Kemauan untuk berusaha mencari itu yang akan menuntun kita untuk melangkah lebih dekat dari taufik-Nya."

Keyakinan itu tumbuh makin kuat ketika mertua saya bercerita tentang anak laki-lakinya yang mengajarkan banyak hal hingga beliau bisa berubah banyak seperti sekarang. Bahkan dari seseorang yang tak mampu membaca Al Quran menjadi orang yang terus berusaha menjalankan syariat Islam dalam kehidupannya.

"Semoga denganmu, kita bisa sama-sama menguatkan langkah untuk terus berdakwah di keluarga kita. Semoga denganmu, kita bisa menjadi contoh bagi mereka bagaimana indahnya Islam yang kita hadirkan dalam setiap langkah kita. Semoga denganmu, kita bisa terus memberi manfaat untuk banyak orang
Semoga denganmu, kita mampu menghasilkam generasi rabbani yang mampu meneruskan perjuangan Islam."

Pagi ini, saya tatap kembali wajahnya. Saya tahu betul bahwa suami saya tak pernah menghalangi saya untuk belajar, bahkan memberikan saya dukungan penuh untuk saya. Tidak hanya itu, suami saya juga yang memahamkan saya akan satu hal yang tak saya pahami. Suami saya juga yang menjadi rekan belajar dan diskusi saya selama ini.

Saya bersyukuur sekali bahwa hingga detik ini suami saya terus mengupayakan apa yang telah kami rancang sebelum menikah dulu. Saya bersyukur dengan limpahan kasih sayang yang suami saya berikan pada saya.

Terima kasih, Cinta.

***

Satu bulan setelah kami menikah, ibu saya sakit dan harus dirawat inap di rumah sakit. Padahal sebelumnya Beliau sempat silaturahim ke rumah mertua saya sembari menahan rasa sakitnya.


Ada rasa bersalah yang begitu besar. Ada perasaan bahwa sayalah yang menjadi penyebab sakitnya ibu saya. Ada keputusan besar dalam hidup saya yang saya tahu sulit untuk ibu saya terima. Saya resign dari pekerjaan saya untuk ikut suami saya.

Tentu saja, ini membawa banyak perubahan besar dalam diri saya. Saya yang biasa sibuk di luar rumah. Kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Apalagi, kondisi kami yang masih nomaden. Tak ada rekan yang bisa saya ajak untuk berinteraksi, kecuali suami saya.

"Allah punya rencana sendiri untuk saya."

Itu yang selalu saya yakinkan pada diri saya ketika hal-hal sulit datang dalam hidup saya. Pekerjaan suami yang jauh dari Bogor, ternyata memberikan kami waktu lebih lama dengan orang tua kami. Saya dengan ibu saya. Dan suami dengan ibunya.

Banyaknya waktu luang saya memberikan saya kesempatan untuk merawat ibu saya selama di rumah sakit tanpa harus meninggalkan amanah publik saya. Waktu luang yang saya miliki pun membuat saya punya waktu lebih banyak untuk belajar dan berbagi lewat tulisan-tulisan saya. Saya punya waktu untuk berpikir dengan jernih tanpa ada interupt pekerjaan-pekerjaan di kampus.

Waktu luang saya memberikan saya waktu untuk menyelesaikan segala hal yang belum selesai antara saya dan ibu saya. Jujur, ini adalah sesuatu yang amat berat bagi saya. Butuh keberanian untuk menyelesaikan semuanya.

"Pernikaham adalah tentang menyatukan kekuatan."

Saya benar-benar merasakannya sekarang. Kehadiran suami saya di samping saya memberikan kekuatan bagi saya untuk menghadapi segala hal yang terjadi dalam hidup kami.

Pekerjaan suami yang mengharuskannya pindah dari satu kota ke kota yang lain dalam waktu singkat pun memberikan kami suasana baru setiap pekan. Memberikan kami kesempatan untuk menikmati waktu berdua dengan pengalaman-pengalaman baru dan tempat-tempat baru. Dan tentu saja mengenal suami lebih dekat. Bukankah karakter seseorang akan nampak saat kita melakukan safar dengannya? Alhamdulillah, kesempatan itu datang sebelum anak hadir dalam rumah tangga kecil kami.

Allah yang Maha Tahu yang terbaik bagi hamba-Nya. Mungkin, hari ini Allah sedang memberikan saya kesempatan untuk menyelesaikan segala hal sebelum saya benar-benar menetap di Bogor. Mungkin, Allah sedang memberi saya kesempatan yang lebih leluasa untuk belajar banyak hal. Menimbun banyak teori, sebelum nanti benar-benar saya aplikasikan dalam rumah tangga kami. Mungkin juga, Allah sedang menempa saya untuk menjadi pribadi yang tangguh dan bisa memberikan manfaat yang jauh lebih besar untuk masyarakat.


Bogor, 20 Agustus 2018

Aug 12, 2018

Selangkah Lebih Maju untuk Menjadi Ibu Profesional



"Live is all about choosing wisely."
Hidup adalah sebuah pilihan. Tentang menjadi apa nanti, dan akan dibawa kemana diri ini. Pilihan yang kita ambil tentu saja tidak boleh lepas dari tujuan besar kita sebagai manusia, yaitu beribadah kepada Allah serta peran-peran yang Allah berikan kepada kita di muka bumi ini.

Hidup kita adalah perahu yang berlayar di perairan yang luas. Sedangkan kita adalah nahkoda yang akan membawanya, mengendalikannya, serta bertanggung jawab penuh dengan kapal ini.

Akan dibawa kemana?

Tentu kita bisa saja membiarkan kapal ini berjalan tanpa arah. Tapi apakah kita sepenuhnya yakin bahwa kapal ini akan sampai ditujuan akhir bila kita tidak mengendalikannya? Apakah kita yakin dia akan sampai pada tempat-tempat yang baik, bila kita tidak mengendalikannya.

You only live one. Hidup hanya satu kali, maka rencanakanlah hidupmu sebaik mungkin.

Begitulah saya memaknai hidup ini dan merencanakan segala hal dalam hidup saya. Mau jadi apa saya, bagaimana saya merencanakannya, serta bagaimana saya menjalankannya. Sebagai perempuan saya punya peran lain yang pun harus saya rancang dengan baik. Peran sebagai individu, istri, dan juga ibu.

Be Great Muslimah

Ini adalah cita-cita yang saya harapkan ada pada diri saya. Great muslimah, bukan hanya muslimah yang kebaikannya hanya mampu dirasakan oleh dirinya sendiri. Pun bisa menjadi influencer yang membagi virus-virus kebaikan kepada banyak orang. Tentu saja, untuk menuju ke sana ada banyak proses yang harus saya lalui. Ada ikhtiar untuk terus mengupgrade ilmu, merayu Allah, serta strategi untuk berbagi ilmu yang telah dimiliki.

Saya telah menyusun apa-apa saja yang harus saya penuhi agar saya bisa menjadi seorang muslimah yang hebat.
  1. Membiasakan diri untuk membaca Al Quran satu juz setiap hari
  2. Membiasakan diri untuk melaksanaan Qiyamul Lail setiap hari, kecuali sedang berhalangan
  3. Membiasakan membaca buku, minimal 30 menit dalam sehari
  4. Membiasakan diri untuk berbagi tulisan pribadi yang bermanfaat di social media yang saya miliki, baik itu instagram maupun blog

Saya telah membuat habits tracker yang bisa dijadikan rapor mingguan saya terkait 4 hal yang saya sebutkan di atas. Habit tracker ini akan berlangsung selama 3 bulan untuk kemudian dievaluasi kembali. Harapannya kebiasan baik ini bisa terus ditambah sehingga nilai-nilai kebaikan yang ada pada diri sendiri juga bisa meningkat.


Be Super Wife

"Mas, sebagai istri, Mas pingin adek gimana? Ada misi khusus nggak yang harus adek penuhi?"
"Hmmm.. apa ya?"
Ternyata suami saya pun bingung mendefinikan indikator sukses untuk saya.

"Selama ini sih adek udah sangat baik untuk melayani aku. Palingan cuma belum pernah masakin doang," begitulah yang disampaikan suami saya. Ada alasan kenapa dari awal kami menikah hingga saat ini saya belum pernah memasakkan suami secara langsung. Pertama, kami ini pengantin baru yang baru saja menikah bulan lalu. Kedua, kondisi pekerjaan suami yang mengharuskan kami untuk tinggal nomaden sementara waktu sebelum kami pulang ke Bogor.

Sebenarnya bukan hanya soal masalah dapur saja yang suami minta saya lakukan. Ada beberapa hal lain yang telah kami bicarakan sebelum menikah dan hingga saat ini sedang saya usahakan untuk memenuhinya.
  1. Membangunkan suami untuk sholat malam
  2. Memasakkan masakan sehat untuk keluarga
  3. Menyiapkan bekal untuk dibawa ke kantor 
  4. Merendahkan nada bicara
  5. Mengkodisikan rumah tetap rapi
  6. Mengajak suami untuk berolahraga
Untuk sementara, point no. 1 dan no. 2 tidak dapat dilaksanakan karena kondisi yang tidak memungkinkan. Kami masih harus hidup nomaden hingga bulan September nanti. Hingga saat itu, kami masih harus berpindah dari satu penginapan ke penginapan yang lain.

Sama halnya dengan indikator yang saya tulis untuk diri saya sendiri. Misi yang diberikan suami untuk saya pun harus bisa saya upayakan dan biasakan setiap hari. Pembiasaan yang dilakukan setiap hari, lama kelamaam akan menjadi kebiasaan. Batas waktu yang saya tentukan untuk mengukur apakah saya telah menjadi super wife untuk suami saya adalah 3 bulan. Dalam kurun waktu tersebut, saya akan melihat bagaimana keistiqomahan saya dalam menjalankan semua itu. Oleh karena itu, habit tracker untuk keeman checklist tersebut saya buat seperti berikut.



Be Super Mom


Saat ini saya memang belum mempunyai anak. Tentu ini akan menyulitkan saya untuk membuat target dengan jangka waktu yang terukur. Yaa.. anaknya saja belum ada, mau diimplenentasikan kemana. Hehehe..

Tapi saya punya cita-cita besar untuk anak-anak saya nanti. Saya ingin mendidik mereka secara langsung, menjadikan rumah sebagai sarana belajar dan bermain, menjadi teman bagi anak-anak saya. Semuanya butuh ilmu, semuanya butuh rencana yang matang tentang step by step untuk mencetak generasi rabbani. Diskusi dengan suami tentu menjadi hal yang tak akan pernah lepas dari proses ini. Kurikulum untuk anak harus diirancang dari awal. Apa yang akan diajarkan pada anak pada masing-masing usianya. Apa yang ingin dicapai oleh anak pada setiap usianya.

Saya banyak membaca buku-buku parenting, mengikuti kuliah atau seminar parenting, nonton videl-video parenting, dan banyak hal lain untuk mengupgrade ilmu saya. Saya dan suami sepakat untuk memberikan homeschooling pada anak-anak kami nanti. Keinginan ini tentu disertai konsekuensi yang besar pada kami. Kami tak hanya harus belajar, tapi pun membuat kurikulum terbaik untuk anak-anak kami. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kami.

Menjadi seorang Ibu Profesional, tentu bukan hanya ibu yang pandai menuliskan cita-cita tanpa tindakan. Ibu Profesional adalah dia yang mampu berusaha sekeras mungkin untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Hingga mimpi itu tak hanya berhenti menjadi angan-angan kosong tanpa tindakan.

Aug 9, 2018

Dia Bukan Milikku

Ada hal yang sering kali kita lupakan ketika Allah menitipkan seseorang untuk hadir dalam hidup kita. Dia, bukan sepenuhnya milik kita. Dia selamanya akan menjadi milik Allah. Sedangkan kita, hanya manusia yang Allah amanahi untuk menjaganya, berperilaku baik terhadapnya, memenuhi segala hak-haknya.

Kita seringkali lupa dengan hal ini. Hingga, ketika kita dititipi pasangan yang begitu kita cintai, kita tidak ingin sedikit pun berpisah dengannya. Cemburu yang berlebih. Over protective pada pasangan yang justru semakin membatasi ruang geraknya untuk beraktifitas dan mengembangkan dirinya. Hanya karna kita tidak ingin berpisah dengannya.



Kita seringkali lupa bahwa anak-anak yang lahir dari rahim kita. Anak-anak yang kita besarkan dengan sepenuh cinta dan kasih sayang. Anak-anak yang selalu kita doakan dalam setiap tumbuh dan kembangnya. Bukan milik kita.

Mereka hanyalah titipan Allah yang lain. Kita sering lupa hingga ingin terus mendekapnya dalam buaian. Kita sering lupa hingga melarangnya ini itu hanya karna ketakutan berlebih kita. Kita sering lupa dengan ini hingga tak membiarkan orang lain ikut mencintai mereka. Cemburu berlebih ketika orang lain ikut menjaganya.

Ingatlah, bahwa mereka yang datang dalam hidup kita bukanlah milik kita. Seberapa besar pun cinta kita kepada mereka. Seberapa besar keinginan kita untuk membersamainya. Ingatlah, bahwa suatu hari, titipan itu akan diambil pemiliknya.

Maka, titipkan saja pada pemiliknya. Tugas kita hanya membersamai langkahnya agar mereka terus tumbuh dalam kebaikan. Agar mereka terus berjalan di jalan yang Allah ridhoi.

Tugas kita bukan terus mendekapnya dalam buaian. Tapi memberikan kekuatan baru agar dia mampu berjalan sendiri dalam track yang Allah ridhoi.

Aug 6, 2018

Bersamamu, Menyempurnakan Agamaku



"Saya terima nikah dan kawinnya, Aprilely Ajeng Fitriana binti Supanggih Agus Prasetyo dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

Begitulah janji suci itu diucapkan oleh laki-laki yang baru saja hadir dalam hidup saya. Saya bahkan baru mengenalnya 4-5 bulan yang lalu. Tapi kemudian semua hal yang saya gali dari dia, latar belakanganya, pandangan hidupnya, cita-cita yang ingin dia raih, dan segala hal yang ada padanya menjadikan saya mantap untuk memilih dia menjadi pendamping hidup saya. Janji yang dia ucapkan adalah salah satu peristiwa besar yang disejajarkan dengan peristiwa para nabi. Dalam bayangan saya, akan ada efek dramatis setelah janji itu terucap. Ternyataaa...

Tidak.

"Oh, sudah sah ya," begitulah yang ada di benak saya tepat setelah akad terucap. Kedua ibu, memeluk saya. Mereka berdua menangis haru. Akhirnya, putera puteri mereka menikah juga. Mungkin begitu yang ada di benak mereka.


"Gimana, Dek? Lega?" kata suami saya. Akhirnya bisa sebut begitu. Wkwkwk...

"Belum, Mas."

Perjalanan menuju akad yang penuh dengan drama. Setelah akad tentu ada PR besar yang biasanya sering senggol-senggolan dengan pelanggaran syariat, yaitu walimah. Saya sudah pernah cerita bagaimana perjalanan saya meyakinkan kedua orang tua saya agar walimatul ursy kami bisa berjalan sesuai syariat Islam. Tamu dipisahkan, makan dan minum duduk, tidak tabbaruj, tidak ada prosesi yang aneh-aneh yang justru melanggar syariat, dan tentu saja makanan dan minuman yang disajikan adalah makanan yang halal dan toyyib. 


Sejujurnya, jika boleh. Saya ingiiiin sekali melewati proses ini. Terlalu menegangkan. Wkwkwkwk..

Tapi alhamdulillah, semua proses berjalan dengan lancar. Pernikahan syar'i yang saya harapkan bisa berjalan lancar. Terima kasih kepada Qurrata Ayyun Wedding yang telah membantu segala proses walimatul ursy ini. Mbak Dini yang sudah bantu desainkan undangan dan tag souvenir. Aroma Catering atas makanan yang telah disajikan baik pada saat acara walimatul ursy, acara lamaran saya, dan konsumi untuk saudara-saudara suami yang datang dari jauh-jauh. Jazakumullah khoiron katsir.

Setelah publikasi tentang pernikahan saya tersiar. Banyak yang kaget. 

"Lho, Mbak? Udah nikah?"

"Iya. Sudah."

Mereka kaget karna gak ada foto pre-wedding yang tersiar di segala macam sosial media saya. Tidak ada kontak dengan laki-laki yang semacam kode-kode juga dengan laki-laki. Lalu, berita pernikahan itu datang. Jangankan orang lain, keluarga kami saja kaget. Wkwkwk..

Tapi ya begitulah. Untuk apa disiarkan, kalau kepastian menikah saja masih jauh. Bukankah Islam mengajarkan untuk menyembunyikan lamaran dan mengumumkan pernikahan? Maka, inilah yang saya ambil, pilihan yang suami saya ambil pula. Menyembunyikan segala proses yang kami jalani dari pihak lain hingga semua tampak jelas.

Pelaksanaan walimah syar'i yang saya jalani bukan yang pertama. Tapi memang masih belum umum, maka kalau ada tamu yang gak terima. Galau-galau sendiri karna kepisah sama pasangannya dinikahan saya, itu wajar. 

"Suaminya mana?"

Pertanyaan semacam ini pasti banyak masuk ke saya.

"Ada di sebelah. Kan tempatnya bapak-bapak di sebelah," sambil senyum seeeelebar mungkin. Ini pilihan kami yang tak bisa diterima semua orang. Ada juga yang protes. Tapi yaaa.. Kalo mau dengerin omongan orang, ini gak bakalan selesai. Ini acara kami, maka kami yang memilih dan kami juga yang bertanggung jawab.




Ada banyak hal yang menjadi PR kami berdua setelah proses ini. Tentu banyak langkah yang harus terus diselaraskan. Ada yang protes begini begitu. Ikut-ikut mengevaluasi bagaimana kehidupan kami. Itu rasanyaaaa... hmmmm... 

Pingiiin sekali bilang begini.

Kita punya kehidupan yang beda. Punya ujian yang beda. Punya jalan yang beda. Dan tentu saja punya pilihan yang berbeda. The point is kita sudah mengusahakan semaksimal mungkin untuk tetap berjalan on the track. 

"Mbak, seharusnya itu begini begitu.."

Oke, silahkan berkomentar. Tapi kami yang menjalani.

Perjalanan menuju pernikahan bukan hal yang mudah. Ada banyak sekali drama yang ada di depan mata. Tapi ternyata perjalanan menjadi seorang istri justru jauh lebih fantastis bombastis. Saya dengarkan nasehat para suhu yang telah banyak makan asam garam pernikahan. Saya coba untuk memahami masukan-masukan dari orang lain yang memandang sedikit kemudian mengeneralisir segalanya. 

Semoga pernikahan ini akan terus membawa kami bertumbuh menjadi manusia yang lebih baik. Kami bisa saling mengingatkan dan menguatkan satu sama lain dalam kebaikan. Saling berproses menjadi manusia terbaik yang mampu melahirkan generasi-generasi yang bisa berjuang di jalan Allah. Dan tentu saja, Allah berkenan memberikan sakinah, mawaddah, dan rahmah dalam rumah tangga yang kami jalani.

Aamiin..

Mimpi yang Tak Biasa

"Mbak, kamu nanti akan jadi ibu. Pilihlah pekerjaan yang membuatmu mudah untuk melaksanakan tugas utamamu sebagai ibu."

Itu adalah nasehat ibu saya selama sekian tahun saya kuliah. Awal kuliah saya masih kekeuh dengan idealisme saya sebagai wanita karier. Ada keinginan menjadi perempuan yang menggunakan pakaian kerja mentereng, sepatu high heels, tas keren. Hingga akhirnya saya menjadi salah satu tim pemandu LKMM di kampus saya. Dari situlah keinginan menjadi pengajar muncul.

Saya menikmati sorotan mata yang mendengarkan apa yang saya sampaikan. Saya suka mengajar. Saya menikmati perubahan wajah mereka yang saya ajar, dari bingung sampai jelas. Semua tergambar dalam wajah-wajah mereka.


Menjadi pengajar artinya menjadi public speaker. Pada akhirnya, saya harus banyak berbicara dengan publik. Saya bersyukur sekali bahwa kampus saya dulu amat sangat mewadahi keinginan saya ini. Pelatihan khusus yang diberikan kepada tim pemandu adalah ilmu-ilmu tentang public speaking. Di luar pelatihan itu, pernah ada beberapa pelatihan lain. Pengetahuan saya tentang public speaking pun terasah.

Lulus kuliah D4, saya memutuskan untuk langsung melanjutkan pendidikan saya. Saya kuliah S2 dengan jurusan yang sama, Elektro. Bukan karna saya suka sekali elektro, tapi karna saya suka sekali mengajar. Akan lebih mudah untuk menjadi dosen bila saya kuliah lagi. Begitu pikir saya.

Alhamdulillah, sebelum saya lulus kuliah S2 saya sudah punya kesempatan menjadi dosen di salag satu kampus swasta di Surabaya. Banyak pengalaman mengajar secara real yang saya dapatkan dari kampus itu. Tak hanya mengajar, tapi kesempatan lain untuk berbagi pun saya dapatkan dari sana.

Lulus S2, saya keluar dari kampus swasta dan berusaha untuk mencari kampus lain. Alhamdulillah, 3 bulan setelah saya keluar dari kampus lama, saya diterima di kampus yang baru. Mahasiswa lebih banyak, saya pun belajar memahami lebih banyak lagi karakter di sana.

Hinggaaa...

Saya menikah.



"Bu, jadi perempuan itu sebaiknya tidak perlu kuliah tinggi-tinggi ya? Toh, pada akhirnya ikut suami juga."

Saya tersenyum. Mahasiswa saya galau ketika saya memutuskan untuk keluar dari kampus untuk ikut suami. Mungkin mereka mengira bahwa cita-cita saya harus terkubur hanya karna saya ikut suami. Padahal tidak.

Saya ingin menjadi pengajar. Tapi saya lebih ingin mengajar untuk anak-anak saya, merancang kurikulum terbaik untuk anak-anak saya kelak. Justru menjadi pengajar di luar rumah itu hanya sebagai sampingan untuk saya.

Untuk mempersiapkan diri menjadi pengajar di rumah, banyak hal yang telah saya siapkan, bahkan dari sebelum menikah. Saya perkaya diri dengan banyak ilmu-ilmu. Saya belajar ilmu parenting, saya coba terapkan pada mahasiswa saya. Saya belajar ilmu kerumahtanggaan. Dan tentu saja yang tidak kalah penting, saya memilih laki-laki yang siap dengan cita-cita saya.

Adakalanya saya ingin segera melahap semua ilmu itu. Semakin bertambah usia saya, semakin gelisah lah saya. Saya khawatir amanahitu datanh sebelum saya siap merancang segalanya. Meski saya begitu ingin seoranb bayi hadir dalam rumah tangga kami.

Sabaaarr...
Menuntut ilmu itu juga perlu kesabaran. Tak hanya butuh kemauan dan kesungguhan dalam menggapainya. Sabar dalam setiap proses.

Hari ini, saya sedang menikmati setiap proses yang saya jalani. Proses menjadi calon ibu, proses menjadi istri yang baik untuk suami saya. Saya sungguh berharap saya mampu menjadi pengajar yang baik untuk anak-anak saya, bahkan saya bisa membaginya  tak hanya untuk keluarga saya sendiri. Tapi untuk masyarakat yang lebih luas.

Semoga Allah meridhoi niat ini. Aamiin..