Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Apr 29, 2019

Post Terakhir untuk SETIP Challenge



Yippiii... I did it!

Saya senang sekali akhirnya bisa menuliskan postingan terakhir ini. Nggak terasa 3 bulan berlalu. Waktu mau memulai challenge ini saya yakin betul bisa menyelesaikan tantangan ini dengan mudah. Sebelum ikut SETIP saya memang sudah membiasakan diri untuk menulis paling tidak seminggu 2 kali. Kalaupun ketambahan 1 lagi masih bisa lah ya. Tidak seberat kalau harus menulis setiap hari.

Siapa yang menyangka kalau selama hampir 2 bulan dapat serangan negara api? Pertama karena hamil muda. Jadi mual muntah dan lemes banget. Buat nulis 1 postingan itu masya Allah perjuangannya. Saya nggak bisa lagi nulis pakai laptop karena sepusing itu lihat layar. Makin besar, makin pusing. Jadilah mengandalkan kekuatan jempol saja.

Biasa ngetik pakai laptop terus beralih pakai HP itu juga nggak mudah. Karena baru sebentar saja menulis, jempol udah kaku banget. Amazing!

Serangan kedua ketika saya sudah mulai bisa beradaptasi dengan kehamilan saya. Sudah mulai bisa buka laptop. Tapi, saya harus menyelesaikan banyak sekali berkas administrasi untuk kelulusan mahasiswi Matrikulasi Batch 7. Belum lagi persiapan wisuda mereka.

Dengan waktu online saya yang makin menyempit, susah juga untuk nulis dengan damai. Jadi, saya betul-betul bangga ada diri sendiri ketika saya mampu menaklukkan tantangan ini.

Bulan depan sudah mendekati Ramadhan. Apakah saya akan ikut challenge yang lain? Sepertinya tidak. Lagi pingin menantang diri untuk bisa upgrade nafsiyah. Doakan ya, semoga bisa.

Apr 26, 2019

Bahagia Ketika Mual Muntah di Trimester Pertama, Kok Bisa?

Mual muntah


Saya tahu kalau hamil setelah saya mengiyakan amanah jadi penanggung jawab kopdar Matrikulasi Batch 7. Rasanya deg-degan banget. Setelah tahu hamil, saya nggk bisa banyak pegang HP, sedangkan seluruh kordinasi dengan panitia menggunakan Whatsapp Group. Beruntung punya panitia yang super duper cekatan. Betul-betul merasa terbantu banget.

31 Maret 2019, itulah kopdar kami yang pertama. Karena acaranya di rumah, saya dan suami jadi harus kerja bakti dulu sebelum acara dimulai. H-1 bersih-bersih rumah. Setelah acara juga.

Waktu acara berlangsung sih semua nampak baik-baik saja. Setelah semuanya pulang, jeng jeng. Ada sesuatu di panties saya. Entah itu flek atau keputihan saya nggak ngeh. Kebetulan panties yang saya pakai warnanya gelap, jadi sulit untuk membedakan apakah itu darah atau bukan.

Khawatir Keguguran

Hamil muda


Deg-degan parah. Besoknya saya banyakin istirahat. Nggak berani aneh-aneh dulu.

Perasaan saya makin gelisah ketika dengar kabar seorang teman sesama bumil yang abis pendarahan. Setelah periksa ke dokter, dia keguguran.

Aneka macam rupa perasaan berkecamuk dalam diri saya. Khawatir sekali dia kenapa-kenapa. 

"Mas, ke dokter yuk."
"Mei aja."

Saya sudah bujuk, tapi belum juga ada ACC dari suami. Saya diminta untuk mengamati perubahan diri sendiri dulu. Ada tidak tanda-tanda seperti yang teman saya alami.

Sejauh ini memang tidak ada. Tapi dari apa yang saya cari, saya jadi tahu kalau pendarahan itu tidak harus sampai keluar. Bisa jadi pendarahan terjadi di dalam rahim ibu dan tidak diketahui oleh ibu. Makin cemas dong ya.

Belajar Lagi, Ternyata Mual pada Ibu Hamil Karena Ini

Mual muntah hamil


Setelah itu, nggak ngerti gimana ceritanya saya iseng nonton video tentang penyebab mual muntah pada ibu hamil. Kalau nggak salah itu juga karena suami nanya, normal nggak sih kalau saya mual muntah seperti itu. Awal-awal kan lumayan ya mual muntahnya. Sampai saya sulit beraktivitas apapun.

Dari video itu, saya jadi tahu apa sih yang bikin ibu hamil muda itu mual dan muntah. Ternyata itu disebabkan oleh naiknya asam lambung yang didorong oleh hormon HCG. Terus siapa itu hormon HCG yang bikin asam lambung bergejolak? Ternyata, dia adalah hormon yang membantu pembentukan dan pertumbuhan organ-organ pada janin. Jadi, mual muntah itu merupakan sinyal dari tubuh kalau bayi sedang bertumbuh dibantu oleh HCG tadi.

Denger itu rasanya langsung nyesss. Saya masih mengalami mual muntah itu, tapi setelah tahu apa sih alasan medis di balik semua fenomena yang saya rasakan jadi lebih happy. Saya menikmati mual muntah tiap pagi saya. Waktu suami mulai worry, saya jelaskan ke dia dengan santai. Jadi, kalau saya mual muntah juga nggak dituduh makan nggak bener juga. Tapi dia tahu kalau bayinya lagi dalam proses bertumbuh.

Apa Bedanya dengan Asam Lambung Biasa?

Mual muntah


Suami saya pernah nanya begini juga. Di video itu, dokter juga sudah menjelaskan perbedaan mual muntah karena hormonal dan naiknya asam lambung karena maag. Kalau hormonal dia akan rutin terjadi setiap jam tertentu. Misal, pagi hari. Itu akan rutin terjadi setiap pagi. Kalau bukan hormonal, dia akan terjadi di luar kebiasaan.

Sejauh ini, mual muntah yang saya alami masih dalam range waktu tertentu di pagi hari. Dan itu selalu terjadi. Kalau perut sudah terisi, akan lebih mudah juga untuk mengeluarkannya. Tapi kalau belum, nyiksa betul. Jadi, saya selalu berupaya setelah sholat subuh makan dulu sambil nunggu muntah. Setelah muntah, baru saya sarapan yang lebih layak. Misal, abis itu muntah lagi, ya nggak apa-apa. Makan lagi.

Saya bukan ibu hamil yang kehilangan nafsu makan karena mual muntah sih. Saya malah jadi lebih sering merasa lapar karena isi perut yang terus menerus dikeluarkan itu. Karena itu juga, saya sampai stok makanan ringan di dekat kasur. Hehehe..

Be Happy! Enjoy Your Pregnancy
Nah, untuk bumil lain yang juga mengalami hal yang serupa. Jangan khawatir ya. Mual muntah yang kita alami adalah sinyal dari tubuh bahwa bayi kita sedang memakan seluruh nutrisi yang bisa kita berikan untuk pertumbuhannya. Saya happy ketika tahu ini. Saya harap bumil juga happy ketika saya kasih tahu begini.

Hanya saja, perlu diperhatikan juga ya. Kalau mual muntah sudah amat berlebihan, sebaiknya segera hubungi dokter.

Apr 24, 2019

Waspada Phone Phishing yang Kian Marak

Phone phishing


Kemarin pas lagi kencan sama cucian, saya nonton film Korea yang judulnya "Part-Time Spy". Film itu cerita tentang seorang pekerja paruh waktu yang pingin banget jadi Pegawai Negeri. Tiap tahun doi ikutan test, tapi nggak pernah lolos. Jadi selama itu juga, dia kerja paruh waktu aneka rupa. Hingga akhirnya, dia lolos 2 tahun magang jadi Pegawai Negeri. Statusnya magang.

Film korea


Setelah 2 tahun, ternyata sama si bos kontraknya nggak dilanjutin. Si bos nggak cocok dengan performa doi. Singkat cerita, pas doi lagi mau mohon ke si bos lagi untuk dikasih kesempatan kedua, dia tahu kalau bosnya abis kena jebakan batman, yaitu phone phishing. Si bos cari-cari orang buat bantuin lepas dari kasus itu. Tapi nggak nemu juga.

"Saya bisa bantu!"

Itu tawaran yang dikasih untuk bos supaya dia balik kerja lagi. Syaratnya jelas. Dia akan diangkat jadi pegawai tetap kalau misi yang dia lakukan berhasil.

Apa sih tugasnya? Jadi mata-mata di agensi phone phishing itu. Ending ceritanya, dia berhasil menjalani misi si bos, even akhirnya tetep nggak jadi pegawai negeri.

Dari film ini, saya jadi agak melek tentang phone phishing. Ternyata, cara kerjanya tuh sehoror itu.

Apa sih Phone Phishing itu?

Phone phishing


Ngobrol ngalor ngidul tentang phone phising, ternyata nggak semua orang ngeh apa itu phone phishing. Ini adalah bentuk kriminalitas zaman sekarang yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi untuk mencuri data pribadi dari seseorang. Bentuknya macem-macem, ada voice phishing yang pakai telepon untuk ngobrol sama target, ada juga sms phishing yang pakai sms untuk ngejebak target.

Saya yakin kalian sebetulnua udah ngeh banget dengan penipuan semacam ini. Cuma ya belum familiar aja sama istilahnya.

Contoh Kasus Phone Phishing

Phone phishing


Sebelum kita ngobrol lebih lanjut tentang gimana sih cara pelaku melancarkan serangannya, saya mau cerita beberapa kasus yang pernah dialami oleh orang-orang yang saya kenal.

Kasus pertama datang dari temen kost yang waktu itu ditelpon orang yang ngaku sebagai kakak sepupunya. Katanya, dia kecelakaan dan lagi butuh biaya untuk perawatan di UGD. Ada saudara yang kena musibah, panik dong dia. Nggak sadar banget dia ke ATM dan transfer duit dengan nominal yang disebutin pelaku tadi.

Apakah pelaku berhenti sampai di situ? Ternyata enggak. Dia minta terus-terusan lho. Macem dikuras pelan-pelan gitu isi ATM-nya. Temen saya tadi sadar ketika ada temen sekamarnya nanya, "kamu yakin itu bukan penipuan?"

Itu langsung auto sadar. Oh iya, banyak hal yang nggak masuk akal yang disampaikan pelaku. Dia juga nggak mau disamperin rumah sakit juga. Tapi sadarnya telat. Duitnya udah abis 1,5 juta. Bayangin, anak kost kehilangan duit 1,5 juta. Nyesek banget, kan? Itu duit tabungan dan jatah dia sebulan. Kasihan.

Kasus kedua datang dari temen kerja yang anaknya baru aja masuk SD. Jadi, pas lagi ngajar tiba-tiba dia dapat telepon dari Wali Kelas anaknya di SD. Katanya sih, anaknya abis main sama temennya dan nggak sengaja terluka cukup parah sampai harus ada penanganan medis. Di telepon yang pertama, pelaku sama sekali nggak minta duit cuma ngasih kabar anaknya aja. Kondisi anaknya kayak gimana dia jabarin semua. Panik dong temen saya. Udah lemes banget doi ngedenger berita itu.

Dia langsung batalin kelas dan telepon suaminya. Kebetulan suami istri sekantor, jadi gampang. Dia jabarin kronologi yang dia denger. Minta suaminya antar dia ke rumah sakit. Tapi suaminya nolak.

"Ma, tenang dulu. Kita ke SD aja dulu lihat kondisi Zaldi (nama anaknya) di sekolah."

"Ke sekolah gimana? Anak kita itu lagi di rumah sakit, Yah. Kalau ada apa-apa gimana?"

"Mama tenang dulu. Belum tentu begitu. Bisa aja itu telepon penipuan."

Doi masih ngeyel kalau itu bukan penipuan. Satpam yang denger sampai ikut-ikutan bela suaminya. Minta temen saya tadi cek ke sekolah anaknya dulu. Setelah diyakinkan banyak orang, dia mau nurut, even masih takut setengah mati. Sampai di sekolah, dia langsung lari masuk ke kelas anaknya dan lihat anaknya baik-baik aja.

Itu padahal aturan sekolah nggak ngebolehin orang tua masuk ke area sekolah. Tapi saking paniknya dan mungkin satpam sekolah juga lihat itu, jadi ya terjadilah. Hahaha..

Anaknya cuma bilang begini, "Mama ngapain ke sini?"

Langsung dipeluk anaknya. Disayang-sayang. Bersyukur sekali dia anaknya nggak kenapa-kenapa. Ya cuma luka kecil pas kemarin main sama temennya terus kena gunting.

Usut punya usut, pelaku tahu data korban dari data TK tempat anaknya sekolah dulu. Katanya, banyak orang tua murid juga yang kena voice phishing begitu. Alhamdulillah-nya, mereka ngeh kalau itu penipuan. Jadi, nggak ada yang sampai jadi korban.

Kasus ketiga ini agak lain. Bukan voice phishing tapi sms phishing. Jadi, ceritanya ada ibu-ibu yang lagi butuh dana besar karena suaminya sakit. Kebetulan banget dia dapat sms dari yang ngaku Koperasi Simpang Pinjam. Intinya sih, ada tawaran untuk kredit. Ada syarat dan ketentuan yang berlaku kalau ibu tadi mau pinjam duit. Singkat cerita, si ibu transfer 10 juta ke koperasi abal-abal tadi. Setelah transfer, pinjaman nggak kunjung cair. Padahal dia lagi butuh banget.

Akhirnya, dia datengi koperasi itu. Nama ibu nggak kedaftar dong. Dan transaksi yang disebutkan ibu tadi juga nggak ada. Kata pihak koperasi, si ibu kena tipu.

Ibu tadi ternyata bukan korban pertama yang kena kasus begitu. Nama koperasi ini sebenarnya ada dan real. Jadi pelaku sengaja pakai nama koperasi yang sudah jalan dan dipercaya orang. Jadi, secara tidak langsung koperasi ini juga turut dirugikan. Mereka sih lagi usut kasus itu ke kepolisian juga. Bantuan yang bisa mereka kasih ke korban ya cuma itu aja. Soal duit yang hilang, jelas mereka angkat tangan.

Kasihan ya?

Kasus phone phishing semacam ini betul-betul terjadi di sekitar kita. Barangkali kita juga pernah dapet telepon atau sms semacam ini. Tapi ya karena saking seringnya dapet, kita udah ngeh banget kalau itu penipuan. Sayangnya, nggak semua orang sadar kalau itu nipu. Ada aja orang-orang yang kena jebakan batman. Biasanya sih orang-orang yang sudah agak tua yang kena. Kasihan. :(

Cara Kerja Pelaku Phone Phishing

Phone phishing


Kalau kita bahas cara kerja pelaku, ini sebetulnya juga amat bervariasi. Ada pelaku yang menggunakan teknik hipnosis ke korban. Ada pelaku yang mencuri data korban dengan hacking dulu lalu melakukan kontak dengan korban untuk memverifikasi akun korban. Banyak modusnyanya.

Kemarin saya abis belajar dikit-dikit tentang hipnonis. Bagaimana sih caranya sugesti itu masuk ke target? Ternyata pikiran alam bawah sadarnya harus dibuka dulu. Cara membukanya ada banyak cara. Bisa dilakukan ketika target lagi ngantuk, emosi yang berlebihan, atau sedang benar-benar fokus.

Para pelaku phone phishing bisa menghipnotis korban dari jarak jauh dengan mengendalikan emosi korban. Emosinya dibikin berkecamuk dulu. Entah itu kaget, sedih, atau bahagia. Dari situ, mereka mulai masukkan sugesti-sugesti ke korban yang menggiring korban untuk ngasih duitnya ke pelaku secara suka rela.

Bisa nggak sih kita menghindari yang semacam ini? Agak susah ketika dari awal kita udah ada perubahan emosi secara drastis. Misal, di telpon kalau kita menang undian sekian ratus juta. Seneng kan, nah ini mulai kebuka tuh pintunya. Tapi kalau kita biasa aja ya fine-fine aja sih.

Menurut saya, bagian yang agak susah dihindari itu kalau ada orang yang telpon dan bilang anak kita kenapa-kenapa. Sebagai ibu, pasti deg duluan tuh, kecuali si anak emang lagi sama kita.

Phone phishing ini juga nggak cuma terjadi untuk kelas individu aja, tapi bisa nyasar ke perusahaan dengan target uang yang jauh lebih besar. Kalau ini ya, jelas data-data terkait perusahaan harus dia punya untuk menggiring korban (karyawan yang bertanggung jawab) mengeluarkan uang dengan mudah. Ini saya dapet dari film sih. Beneran sehoror itu permainan phone phishing ini.

Cara Menghindari Phone Phishing

Phone phishing


Kejahatan itu ada ketika mereka punya kesempatan. Jadi, phone phishing itu bisa nyedot duit korban ketika mereka punya kesempatan untuk melakukannya. Nah, biar kita nggak jadi korban, mari kita tutup celah untuk pelaku itu.

1. Jangan mudah untuk menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal

Simpan nomor-nomor kontak saudara, guru-guru di sekolah anak, dan pihak-pihak yang kontaknya akan kita butuhkan di kemudian hari. Hal ini juga akan memudahkan kita untuk mengenali siapa yang menghubungi kita. Dari sini juga, kita bisa lebih mudah untuk mengidentifikasi nomor yang tidak dikenal.

Kalau misal itu abang ojol yang sedang kita pesan, biasanya mereka akan menelpon tidak lama setelah pesanan kita dikonfirmasi, ya kan? Atau misal, dari pihak ekspedisi. Biasanya kalau kita sulit dihubungi, dia akan mengirimkan pesan singkat yang mengabarkan paket kita datang dan dititipkan ke siapa. Begitu.

2. Jangan mudah mengklik link yang dishare melalui sms maupun email

Sering kan dapat sms atau email spam yang isinya link. Hati-hati nih! Link itu bukan cuma link biasa yang menghubungkan kita dengan website tertentu saja. Tapi juga link yang memudahkan hacker untuk mengambil data pribadi dari PC atau telepon kita. Horor nggak sih?

Selain link, jangan juga menghubungi kontak yang tertera pada sms atau email yang dikirimkan. Itu sama aja dengan membuka pintu voice phishing. Udah, biarin aja. Dibalas juga jangan.Beberapa pesan singkat bahkan bisa nyedot pulsa kita banyak sekali ketika kita membalas pesan tersebut.

Teknologinya udah makin canggih banget. Sayang ya, teknologi itu mereka pakai untuk melakukan tindak kriminal.

3. Hubungi kontak resmi perusahaan untuk konfirmasi kebenaran

Sering banget nih ada sms atau telepon yang mengatasnamakan perusahaan tertentu. Kabarnya sih, kita menang undian atau semacamnya. Eits, jangan senang dulu ya. Kalau kamu ragu, ada baiknya cek website resmi mereka. Kalau mereka punya event tertentu, pasti nama pemenang akan dishare melalui website resmi mereka. Atau, kita juga bisa menanyakan langsung ke perusahaan yang dimention oleh pelaku tadi. Betul nggak sih ada event ini, betul nggak sih kita menang. Gitu.

Kesimpulan

Phone phishing


Intinya sih, kita tetap harus terus waspada agar bisa terhindar dari modus kejahatan semacam ini. Kenali juga ciri-cirinya. Banyaknya korban yang berjatuhan seharusnya bikin kita makin melek terhadap modus penipuan semacam ini.

Nah, kalau kamu punya cerita lain tentang phone phishing atau tips untuk menghindarinya, boleh dong share di kolom komentar.

Apr 22, 2019

Hello 28!

Birthday


Tambah tahun, artinya tambah umur ya. Makin tua dan makin deket mati.

Yes, I'm 28 now.

Banyak-banyak bersyukur dengan segala nikmat yang udah Allah kasih di umur yang sekarang. Banyak kado-kado indah yang saya dapatkan.

Umur segini, alhamdulillah sudah menikah. Alhamdulillah lagi, ada kakak bayi yang nyempil di perut saya. Alhamdulillahnya lagi, drama morning sickness udah mulai jauh berkurang. Sekarang jadi lebih strong, even mengembalikan habits yang kemarin itu jadi perjuangan yang setengah mati juga.

Iya lah, hampir sebulan kerjaannya tidur-tidur mulu tiap pagi. Malemnya baru do something yang endingnya jadi banyak nggak produktif karena keasyikan chattingan. Plak!

10 Harapan di Umur 28
1. Nafsiyah makin membaik, sholat dhuha, tahajjud, dan tilawah bisa rutin lagi.
2. Makin rajin ngurus rumah. Yes, rumah gue sejak hamil udah nggak kayak rumah orang. Nggak punya ART, suami juga kerja, palingan bisa bersih-bersih rumah seminggu sekali. Kebayang kan kayak apa kondisinya?
3. Kakak bayi makin sehat ya di perut. Semoga tahun ini kita beneran bisa ketemu secara langsung.
4. Makin mesra sama suami. Sebelum-sebelumnya juga udah mesra sih. Sebisa mungkin intensitas kemesraan itu tidak berkurang sama sekali, bahkan terus bertambah seiring bertambahnya usia pernikahan kami.
5. Stop proscatinating. Wkwkwkw.. Bisa ya, Lel. Kamu pasti bisa!
6. Lebih rajin nulis
7. Release buki baru lagi
8. Mulai bikin buku solo
9. Terus istiqomah dalam hijrah
10. Berhenti mendengarkan toxic people dan mulai berbahagia dengan cara sendiri

Apa lagi? Apa lagi?

Udah deh. Ini tulisan random yang ditulis buat genapin blog challeng aja. Sebetulnya, nggak mau share beginian. Tapi karena udah nggak ngerti mau nulis apaan, boleh lah ya..

Apr 19, 2019

(Un)sweet Escape to Bandung

Wisata bandung


Long weekend ke mana nih guys? Kalau saya sama suami sih di rumah aja. Tapi ini lagi mau cerita perjalanan kabur dari Bogor ke Bandung sama suami. Sweet? Maunya sih gitu, tapi realita dan kenyataan suka beda kan yaa.. Wkwkwk

Bulan lalu, ceritanya saya ikutan lomba blognya RedDoorz. Nggak menang sih tapi lumayan dapat voucher nginap gratis di RedDoorz mana aja yang saya suka. Alhamdulillah, rejeki istri shalihah.



Beberapa minggu sebelum saya dapat kabar ini dari RedDoorz, sebetulnya sudah punya rencana sweet escape bareng suami. Bandung pun jadi salah satu kota pilihan. Tapi, tanpa nginap di hotel biar ngirit.

"Kita tidur di mobil aja. Bawa bed cover sama kasur lipet aja."

Abang Irit kalau sudah bersabda mau istrinya ngerengek macem apa ya tetep. No hotel. Huhuhuhu...



Tak ada pilihan lain, selain taat apa kata suami. Dari pada nggak jadi jalan-jalan kan ya?

Terus bulan lalu, di tengah rencana antara jadi nggak jadi berangkat ke Bandung, hasil testpack dan USG menunjukkan saya hamil. Hmmm.. Alamat nggak jadi berangkat nih. Maklum, hamil pertama, suami jadi over protective sama istrinya.

Di tengah harapan yang hampir pupus sama rencana sweet escape itu, datanglah email dari panitia Blog Competionnya RedDoorz. Mereka bilang, saya belum beruntung memenangkan lomba dan sebagai hadiah atas partisipasi, saya dikasih voucher nginap semalam itu. Tapiiii hanya untuk sampai akhir April 2019.

Langsung seketika itu juga laporan suami dan dapat ACC untuk eksekusi sweet escape kami ke Bandung. Saya pribadi agak deg-degan dengan perjalanan ke Bandung itu. Kata google maps sih 4 jam, tapi semua orang yang pernah ke Bandung pasti tahu kayak apa bentuknya Bandung pas hari libur. Macet parah. Worry juga sih sama diri sendiri. Aman nggak ya? Tapi kepingin juga. Wkwkwk..



Pertengahan April kemarin, akhirnya berangkat ke Bandung. Suami sengaja kerja remote dari rumah, supaya jam 3 sore sudah bisa berangkat dari Bogor. Lepas sholat ashar, kami berangkat. Mampir SPBU untuk isi bensin dan beli jajanan untuk ganjel perut semisal kena macet.

Saya kira perjalanan ke Bandung itu nggak lama. Cuma 4 jam, misal molor juga nggak jauh dari kisaran itu. 5 jam mungkin. Ternyata saya salah. Macet parah. Salah jalur juga sih. Harusnya lewat puncak, tapi suami maksa lewat tol aja yang menurut rute emang lebih cepat. Nggak tahunya macet parah.

Berangkat jam 3 sore sampai Bandung jam 11 malam. Terus bingung cari hotelnya di mana. Saya udah nyerah. Punggung udah nggak karu-karuan rasanya. Dalam kondisi normal aja, bisa pegel-pegel, apalagi lagi hamil.

Jam 11 lewat dikit, kami nemu hotelnya. Huhuhu.. Agak sedih sih. Prediksi sampai hotel isya' biar bisa menikmati hotel, malah sampai tengah malam. Beneran cuma buat numpang tidur aja.

Karna resort ya. Kamarnya bagus, bersih, pemandangan di luar pas pagi juga bagus. Tapi saya nggak sempet fotoin karena udah buru-buru berangkat lagi paginya. Nyari sarapan di Tangkuban Perahu sana.

Jarak dari hotel ke Tangkuban Perahu nggak jauh. Emang sengaja sih cari yang deket. Perjalanan menuju Tangkuban Perahu yang saya suka banget. Asri banget. Banyak ijo-ijoan. Udaranya juga sejuk. Menyenangkan sekali.

Babymoon
Ceritanya, "once upon a time when we met each other"


Kami di Tangkuban Perahu juga nggak lama. Jalan-jalan di sekitar kawah yang nggak jauh dari tempat kami parkir mobil. Kata suami, ada 1 spot foto yang bagus banget di atas sana. Tapi, karena saya hamil, jalan-jalannya dibatasi. Berasa jompo banget ya.

Abis jalan-jalan dan tentunya foto-foto, kami sarapan di warung-warung dekat kawah. Agak bingung sih pesan apa. Kebanyakan ya menu daerah puncak begitu. Indomie. Padahal, minggu itu udah makan indomie. Galau kan ya...

"Mas, pesen apa?"
"Indomie kari pakai sayur sama telur, terus mienya yang mateng banget."

Ish, suami pesen indomie coba. Semakin menggoda iman kan jadinya. Kzl.

Mie instan
Apakah kamu mampu menahan godaan ini?


Akhirnya oh akhirnya, saya pesen indomie juga. Beda rasa sama suami. Minumnya bandrek gara-gara penasaran aja bandrek itu minuman macem apa. Ternyata ya gitu itu. Susah untuk dijelaskan dengan kata-kata. Hahaha...

Dari Tangkuban Perahu, kami turun ke Farm House. Itu juga galau. Mau ke Farm House atau ke Lodge Maribayan. Rutenya kan nyabang, harus pilih salah satu. Karena nggak mau lama di jalan, akhirnya ke Farm House. Jalan-jalan di sana sampai kenyang. Asli ya, ke Farm House nih makan mulu. Banyak banget makanan yang menggoda iman. Tapi abis itu nggak abis. Jadilah Bapak Ghoffar jadi tong sampah eike.

Wisata Bandung


Lepas sholat dhuhur, udah muterin seluruh Farm House, kami leyeh-leyeh di mobil. Tidur dulu ya jeunk.

Bangun jam 2 lebih. Saya sih maunya langsung ke kota Bandung biar nanti pulangnya nggak terlalu malam. Tapi suami masih pingin jalan-jalan di Lembang.

"Ke Lodge itu aja, yuk."
"Mau hujan lho."
"Ya kan belum tentu sana hujan."
"Ke kota aja lah."
"Rugi kalau langsung ke kota. Masih kenyang juga ini. Adek belum pernah ke sana juga kan?"

Baiklaaaah. Nurut lagi ya. Setelah perdebatan panjang tentang ke Lodge Maribayan atau ke kota, kami putuskan mampir ke Lodge Maribayan dulu.

Dan beneran hujan gaes. Belum sampai lokasi udah hujan deres banget. Suami saya tuh nggak ngeh kalau lokasinya outdoor yang nggak memungkinkan main di sana selama hujan.




Perjalanan ke Lodge Maribayan karena hujan jadi agak horor. Berkelok-kelok dan licin. Ini harusnya jadi sweet escape tapi malah kaya gini jadinya.

Terus pas udah sampai Lodge Maribayan, tempatnya tutup dong. Kata tukang parkir sana, tempatnya emang bakal tutup kalau hujan. Itu semuanya tutup ya. Bahkan warung-warung yang ada di sepanjang jalan menuju Lodge Maribayan itu tutup.

Kesel banget rasanya. Buang waktu, buang energi. Nggak tahunya tutup.

Next trip, kami putuskan ke kota aja. Kalau belum lapar ya jalan-jalan aja di Dago. Kami pakai rute jalan pintas dari Lembang ke Dago. Lumayan menghemat waktu. Rencananya sih, mau makan serabi dulu. Nyemil sih.

Cari-cari tempat surabi terdekat yang bintangnya banyak. Udah nemu. Ke sana pakai map. Terus kena macet di jalan apa gitu, lupa namanya. Macet parah yang sampai mobil macem parkir di tempat.

Saking lamanya macetnya, sampai lapar. Pingin banget turun buat beli sate ayam. Terus jalan kaki nyusul mobil. Tapi masihang iya nggak, iya nggak gitu. Suami masih kasih lampu kuning juga. Belum ijo.

Sampai depan Yogya, ada tuh orang jual takoyaki karna laper banget minta izin suami buat turun dan beli itu dulu. Prediksinya sih cepet ya masaknya. Ternyata tidak demikian, Esmeralda. Mobil suami udah jalan makin jauh sampai nggak kelihatan takoyakinya masih belum mateng.

Deg-degan banget sih itu. Takut ilang aja. Soalnya, pas turun nggak bawa HP juga. Betapa bodohnya diri ini. Huhuhu..

Pas takoyakinya jadi, langsung jalan agak cepet ngejar mobil. Alhamdulillah, mobilnya masih belum jauh. Pas udah deket agak lari gitu sih yang berujung dimarahin suami.

"Adek ngapain lari-lari kayak gitu? Bahaya nggak kalau lari macem tadi?"

"Lari dikit kok. Nggak yang dari Yogya juga larinya. Baru pas aku lihat mobil kita aja."

Setelah melewati kemacetan itu, you know what? Surabinya nggak ada gaes. Ish, zonk banget.



Nggak mau mengulang kesalahan yang sama. Kami mulai browsing agak serius Surabi yang recomended di Bandung. Begitu udah dapet langsung ke sana.

Ya Allah, perjuangan banget ya dapetin surabi ini. Beneran luar biasa.

Setelah makan surabi, tenaga udah beneran abis. Capeeeek banget. Kami ke arah alun-alun Bandung dulu buat sholat Maghrib dan Isya' sebelum pulang ke Bogor.

Perut? Jangan ditanya lagi kayak apa rasanya. Itu beneran worry banget. Tapi nggak mau panik. Sambil elus-elus perut baca ini.

"Laa hawla wa laa quwwata illa billah."

Beneran emang nggak ada kekuatan lagi kalau bukan dari Allah. Kakak bayi bisa kuat selama perjalanan cuma karena izinnya Allah. Itu pulang rasanya nano-nano banget. Beneran takut kalau tiba-tiba keguguran atau gimana.

Next day, setelah unsweet escape tadi, dapat kabar dari temen yang sama-sama hamil muda dan dia keguguran. Auto pegang perut sambil nanya ke perut sendiri.

"Kamu masih ada kan, Kak?"

Abis itu browsing-browsing tentang kehamilan, belajar tentang kenapa sih ibu hamil muda itu suka mual muntah. Baru tahu kalau itu karena efek hormon HCG yang lagi bantuin pertumbuhan janin. Jadi, tiap kali mual muntah itu muncul rasanya nyesss banget.

"Kamu masih terus tumbuh ya, Kak."

Apr 17, 2019

Review Sky Castle: Ketika Anak Menjadi Prestige Orang Tua

Sky castle review


Siapa yang udah nonton drama korea Sky Castle? Yuk, angkat tangan! Ini drama korea yang akhirnya saya tonton karena banyaknya review tentang drama ini berseliweran di IG Story maupun WAG. Apa sih yang bikin buibu di dunmay ini pada heboh dengan drakor satu ini? Dan akhirnyaaa.. Saya teracuni dengan drama ini saudara-saudara. 20 episode khatam sudah.

Sky Castle ini mengangkat salah satu isu sosial yang memang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Di mana, pendidikan bukan hanya digunakan sebagai kebutuhan tapi alat untuk menaikkan gengsi. Kalau punya anak dengan segudang prestasi gemilang, tentu seneng banget dong orang tuanya. Tapi nggak semua orang tua mau tahu kalau nggak semua lho menikmati segala proses itu. Nggak jarang mereka harus mengabaikan apa yang sebenarnya mereka mau demi menyenangkan orang tua.

Tuntutan yang besar akan nilai, prestasi, dan masuk ke sekolah bergengsi nggak jarang juga bikin anak-anak ini makin stress. Kita udah sama-sama pernah denger ya kasus anak-anak SMP, SMA, atau bahkan mahasiswa yang bunuh diri karena stress. Ya segitunya memang tuntutan sosial yang terjadi.



Nonton drama ini tuh bikin saya ingat memori sekian tahun lalu, ketika saya jadi guru les privat. Saya banyak mengamati adik les saya yang nggak semua itu suka belajar. Ada memang yang rajin banget. Semangat banget belajarnya. Terus kalau diajarin nggak ngerti dia nggondok. Tapi ada juga anak-anak yang nggak mau tahu. Dia les cuma biar PR selesai dibantuin sama guru lesnya. Jadi, saya tuh merasa dibayar buat kerjain PR-nya. Ngeselin banget.

Saya pernah diskusi dengan ibu kost yang kebetulan anak sulungnya yang masih SD rajin banget les. Maksudnya, rajin diantar ke tempat les. Padahal ya, pulang sekolah udah siang banget. Sorenya les. Malam masih ngerjain PR sama orang tuanya. Amazing. Dia sama sekali nggak punya waktu buat main. Anak SD lho ini. Alasan ibunya begini,

"Teman-temannya itu semuanya les. Kalau dia nggak les, dia yang ketinggalan pelajaran di sekolah."



Hal serupa juga terjadi di ibu-ibu yang tinggal di Sky Castle ini. Mereka rela bayar tutor super duper mahal asal anaknya bisa punya nilai yang baik dan bisa masuk sekolah favorit. Mereka nggak ngecek lagi tuh, apakah tutor yang mereka bayar itu beneran bisa membantu proses belajar anak-anak mereka atau malah bikin anak-anak mereka tambah stress. Hal terpenting yang mereka inginkan adalah nilai anak-anak mereka baik.

Jadi, jangan heran kalau ibu-ibu ini jadi stress berat ketika anak-anaknya susah diminta belajar lagi di rumah. Hellooo... Ya iyalah ogah. Mereka udah muak belajar tauk.



Tapi nggak semua ibu yang tinggal di Sky Castle begitu. Ada ibu baru yang tinggal di sana dan beda banget dari ibu-ibu yang lain. Dia hidup sederhana. Dia juga nggak menuntut anaknya untuk les ini itu. Anaknya dibiarkan belajar sendiri dengan nyaman. Anehnya, justru dengan cara semacam ini membuat si anak tetap nggak kalah berprestasi dibanding teman-temannya yang lain.

Ibu-ibu lain di Sky Castle sebel dong sama doi. Label sombong pun disematkan ke ibu baru ini. Nggak cuma itu, anaknya juga disumpahin nggak bisa ngejar pelajaran di sekolah. Sungguh amazing ibu-ibu ini.

Tapi, ada satu ibu yang nggak sependapat dengan ibu-ibu yang lain. Dia ngamatin betul anak-anaknya. Dia ngeh sih kalau anak-anaknya itu cerdas, tapi mereka tertekan betul dengan metode belajar dari ayahnya.

Ini seru nih. Perseteruan ibu dan ayah di dalam rumah yang amazinglah. Makin kisruh lagi ketika tahu anak perempuan kebanggan mereka ternyata bohong soal kuliah di Harvard. Itu nggak cuma hancur aja. Tapi udah lumat jadi bubur.

Part paling ngeselin dari drama ini ada di bagian Tutor Kim. Jadi, ceritanya dulu dia tinggal di Amerika dan punya anak yang super jenius. Seumuran anak SD (mon maap lupa umurnya berapa), tapi udah diterima di universitas bergengsi di sana. Singkat cerita, anaknya kecelakaan mobil bareng bapaknya. Si bapak tewas, si anak koma.

Tahu nggak apa yang dia bilang pas dokter ngasih tahu anaknya nggak akan bisa hidup normal lagi?

"Dia bukan anakku."

Itu terus yang dia ulang-ulang. Denial kalau anaknya udah nggak bisa memenuhi keinginannya lagi. Jadi yang terbaik dan termuda di universitas itu tadi. Oh my! Parah banget.



Setelah stay lagi di Korea, anaknya tinggal terpisah dengannya. Anaknya ini jadi nggak normal. Dia dikurung di suatu rumah dengan fasilitas lengkap dan aneka body guard. Tapi ya gitu, nggak sama ibunya.

Nyebelinnya lagi, kalau Tutor Kim ini nengokin anaknya. Dia beneran nggak mau ketemu langsung sama anaknya. Kadang cuma berani lihat dari jauh. Malah pernah nggak turun sama sekali dari mobil. Ish ish ish.. Ibu macam apa itu?

Jadi gitu ya? Anak cuma dipakai sebagai alat untuk meraih harga diri.

Penggambaran soal ini memang lebay. Namanya juga drama. Mau ngarep apa coba?



Tapi itu terjadi beneran. Ada banyak orang tua di Indonesia sendiri yang maksain nilai tinggi ke anak. Ada juga orang tua yang maksain anaknya harus kuliah di mana, bahkan harus jadi apa. Si anak ini serba dipaksa, bahkan doi bingung sebenarnya apa sih yang dia mau. Even nggak selebay drama itu juga sih. Cuma ya pointnya dapet banget.

Pernah juga ada kejadian begini. Ada orang yang memulai kariernya dari awal banget setelah orang tuanya meninggal. Kenapa dia lakukan itu? Karena semasa hidup orang tuanya dia udah terlalu lelah buat debat soal passion yang dia inginkan. Amazing!

Saya pribadi juga pernah ngalami itu. Hal yang paling menyakitkan yang saya dengar dari ibu saya adalah, "kamu itu harga diri ibu." 

Jadi, ketika saya memutuskan untuk memilih jalan hidup yang beda dari pilihan beliau, seakan-akan saya menghancurkan semua harga dirinya. Jadi anak yang nggak tahu terima kasih. Jadi anak yang nggak ngeh kalau apa yang saya capai itu juga atas perjuangan mereka. Kesal bukan main.

Dan sejak saat itu, saya memutuskan untuk bodo amat dengan segala rengekan ibu saya. Terserah deh mau ngomong apaan.

Saya yakin, saya nggak sendiri di sini. Ada banyak sekali orang-orang macam saya yang dipaksa untuk memenuhi gengsi orang tuanya. Ada yang harus banget jadi pegawai negeri. Ada yang anaknya harus banget kerja di BUMN. Ada yang harus banget jadi pengusaha. Dan aneka tuntutan lain.

Kita pernah merasakan hal semacam itu. Nggak nyamannya dipaksa untuk jadi seperti apa yang mereka mau. Bahkan saking seringnya begitu, kita sampai bingung, sebenernya apa sih yang kita mau?

Rasa itu harusnya jadi bahan belajar buat kita semua bahwa tiap anak yang lahir dari rahim kita, mereka punya masa depan mereka sendiri-sendiri. Tugas orang tua bukan untuk menentukan mereka jadi apa. Tugas kita adalah membimbing mereka untuk menemukan jati dirinya. 

Percayalah bahwa setiap anak itu spesial. Tapi mereka juga nggak sempurna. Ada kekurangan dan kelebihan. Fokus ke kekurangan mereka, hanya bikin kita dan anak kita makin tertekan. Coba sih alihkan fokus kita ke kelebihan-kelebihan yang mereka punya. Dukungan kita, sebagai orang tua, tentu akan membuatnya semakin bersinar. 

Apr 15, 2019

Who is The True Sexy Killer?

Dokumenter Sexy Killer
Siapa yang udah nonton Sexy Killer angkat tangan? Gimana gimana rasanya? Nano-nano ya? Buat kamu, kamu, kamu yang belum nonton, cuss nonton film ini. 

Film dokumenter ini dibuat oleh Watchdog Image dengan riset fakta yang terjadi di lapangan selama setahun. Film ini jadi rame banget dan banyak dikaitkan dengan isu linkungan dan tentu saja isu politik. Release-nya film Sexy Killer yang deketan banget sama Pemilu, juga bikin sebagian orang kebelet golput saat tahu fakta yang terjadi.

O tentu, ada pihak yang nggak tinggal diam. Film ini akhirnya menimbulkan pro dan kontra karena memang diambil dari satu sudut pandang aja, yaitu korban. Mereka juga tidak memberikan solusi terhadap masalah yang ada.

So, kali ini saya mau angkat topik ini dari kacamata saya. Seorang lulusan magister Teknik Elektro yang pernah meneliti tentang renewable energy. 

My Point of View

Point of view

Tahun 2012, itu awal mula saya mulai tertarik dengan sumber tenaga listrik terbarukan. Buat saya, ketika sumber tenaga ini bisa diterapkan secara masal, tentu isu lingkungan yang diakibatkan oleh sumber energi listrik tenaga uap maupun diesel bisa dikurangi. Polusi berkurang, listrik juga bisa tetap dinikmati oleh rakyat. Senang sekali ketika membayangkan hasil penelitian itu bisa diterapkan. 

Penelitian saya pun berkembang. Dari sekedar meneliti sumber tenaga listrik sekala kecil, lalu berkembang menjadi area distribusi. Bagaimana ya kalau sumber energi terbarukan ini dipasang di daerah-daerah terpencil di Indonesia? Selama ini kan keluhan nggak ada listrik sering muncul di area pedalaman. Kalau mau narik kabel dari kota besar terdekat, losses-nya akan besar. Rugi.

Maka muncullah ide isolated-microgrid. Keren nggak sih namanya? Itu jaringan listrik distribusi yang memang secara khusus untuk area isolated atau terpencil. 

Metode-metode optimasi saya gunakan. Teman-teman saya yang lain, membahas dari sisi yang berbeda. Intinya, kami punya solusi kalau memang negeri ini mau.

Sayangnya, penelitian itu, ide itu, konsep itu, hanya berjalan di atas kertas. Implementasi sistem yang sesungguhnya butuh dana yang tidak sedikit. Iyalah, bangun pembangkit baru. 

Waktu nonton film Sexy Killer itu sebetulnya saya nyesek sendiri. Apalagi ketika tahu kalau pemerintah membangun 1 lagi pembangkit listrik tenaga uap di Jawa. Kenapa uang yang ada tidak digunakan untuk membangun pembangkit listrik yang jauh lebih ramah lingkungan? Ada lho, tinggal mau atau tidak aja.

The Real Sexy Killer

Sexy killer


Saya ingat betul. Awal tahun 2016, teman saya yang kerja di Kementrian ESDM ngontak saya untuk menanyakan penelitian saya itu. Excited dong. Dengan amat senang hati, saya akan bagikan semuanya yang saya tahu ke dia. Faktanya, kontak by phone itu tidak berlanjut dan realisasinya sudah jelas hanya tinggal angan.

Fakta-fakta yang ditunjukkan di film Sexy Killer ini bikin saya ngeh kenapa sih solusi yang begitu terpampang nyata ini nggak kunjung dipakai? Yes, permainan para pemilik modal yang memanfaatkan kekuasaannya untuk terus melanggengkan bisnisnya. 

"Kenapa juga pakai renewable energy, kalau gue bisa ngeruk lebih banyak keuntungan dari batubara?"



Uang, uang, dan uang. Itu sih yang ada di pikiran mereka. Dengan uang, mereka bahkan bisa mengendalikan penguasa untuk melegalkan aktivitas yang amat sangat merugikan rakyat.

Nggak peduli berapa banyak hasil ikan yang menurun karena efek pencemaran lingkungan yang dihasilkan. Nggak peduli berapa banyak perkebunan yang dihancurkan secara paksa. Nggak peduli berapa banyak rumah yang hancur akibat aktivitas pertambangan yang berlebihan. Bahkan, mereka sama sekali nggak peduli berapa banyak rakyat yang mati akibat debu-debu yang dihasilkan oleh industri tersebut.

"Kamu jahat!"



The real sexy killer dalam film ini sesungguhnya bukan orang yang namanya paling sering disebut atau yang pernah disebut. Bukan. The real sexy killer ya kapitalis itu sendiri. Sayangnya, kapitalisme ini akan terus bertumbuh seiring bercokolnya sistem demokrasi.

Mereka bilang, demokrasi ada dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat. Faktanya, rakyat yang mana? Apakah rakyat dilibatkan dalam proses pembangunan pembangkit tadi? Apakah rakyat yang diuntungkan dengan semua aktivitas itu?

Rakyat yang mana dulu? Rasanya, lebih cocok kalau kita ganti dengan dari pemilik modal, untuk pemilik modal, dan oleh pemilik modal. Iya, itu rakyat yang dimaksud. Bukan nelayan ikan yang hidup bergantung pada tangkapan harian. Bukan petani yang hidupnya bergantung pada hasil panen. Bukan.

Selama sistem kapitalis masih tetap bercokol dan dipakai di negeri ini, regenerasi orang-orang yang menguasai Sumber Daya Alam itu akan tetap ada. Para pemain yang hari ini sedang membentuk jaring laba-laba itu, suatu saat nanti akan digantikan oleh orang lain. Cara kerja mereka boleh jadi nggak sama, tapi tetap, rakyat kecillah yang nantinya akan menjadi korban.

Islam Punya Solusi

Alquran


Islam itu agama yang sempurna. Dia mengatur segala urusan, mulai dari hal yang paling kecil sampai urusan besar semacam pengelolaan sumber daya alam. Semuanya ada. 

Dalam Islam, Sumber Daya Alam merupakan kepemilikan umum yang tidak boleh dimiliki oleh individu-individu maupun swasta. Sumber Daya Alam itu milik semua orang. Semua orang bebas menikmati kekayaan alam secara gratis. Macam air, udara, mineral, dan sebagainya.

Karena buanyaknya Sumber Daya Alam yang dimiliki dan tidak memungkinkan tiap individu ketika akan menikmatinya mengelola sendiri dulu, di sinilah peran negara berfungsi.

Negara yang mengatur segala Sumber Daya Alam untuk kemudian dapat digunakan untuk kepentingan rakyat. Bisa untuk dana pendidikan, kesehatan, atau sarana umum lain. 

Indonesia ini kaya banget lho akan SDA. Misal, seluruh SDA yang kita punya baliknya ke rakyat, kayaknya nggak ada tuh ceritanya anak putus sekolah karena nggak mampu bayar. Fasilitas sekolah juga bisa ditunjang dengan sangat amat memadai. 

Urusan kesehatan? Memungkinkan untuk digratiskan tanpa paksaan bayar premi tiap bulan. Itu bisa. Asal, SDA tidak dikelola oleh swasta.

Meski kita sepakat bahwa oke banget nih kalau soal pengelolaan SDA dikelola dengan cara Islam. Cara ini juga nggak akan bisa diterapkan tanpa adanya sistem Islam yang diterapkan secara kaffah dalam seluruh lini. Ya sistem sosial, ekonomi, budaya, hukum, pendidikan, hingga pemerintahan. Semuanya harus menggunakan aturan Islam. Dengan begitu, semua bisa berjalan secara selaras.

Apr 12, 2019

Ketika Long Distance Marriage (LDM) Jadi Pilihan



Dari zaman sebelum nikah, saya sudah declaire kalau saya nggak mau mengalami yang namanya Long Distance Marriage (LDM). Saya punya visi misi sendiri keluarga saya mau dibawa ke mana dan visi misi itu nggak akan klop kalau kami harus terpisah jarak. Karena nggak mau ini, saya jadi ultra selektif memilih laki-laki yang akan mendampingi hidup saya. Waktu itu, saya ingin terus stay di Surabaya, menjalani segala kehidupan saya sebagai dosen di sana. Jadi, kalau ada lelaki di luar Surabaya yang ditawarkan ke saya, jawabannya tentu saja tidak.

Dan memang, saat itu belum ada yang nawarin. Saya bilang duluan sih kalau pingin stay di Surabaya, nggak mau LDM juga, jadi prioritas utama lelaki yang kerja di Surabaya juga.

Qadarullah, dikenalin sama suami. Dan entah kenapa, dari sejak baca CV suami, udah nggak terlalu worry karena saking banyaknya persamaan latar belakang kami dan pola pikir kami. Sayangnya, dia tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Itu mayan sempet bikin galau juga sih. Mau nggak ya? Mau nggak ya?

Tapi akhirnya, saya pilih untuk kenalan dulu, berproses dulu. Nggak tahunya klop banget dan beneran sepakat buat nikah.

Perjuangan untuk Tidak LDM

PR-PR lain kemudian datang. Saya harus resign kalau nggak mau LDM. Awal-awal nikah, karena saya belum resign, jadilah pindah-pindah tidur. Seminggu nginap di Surabaya. Seminggu nginap di Probolinggo. Kebetulan, suami lagi ada proyek di sana. Beneran amazing. Lelah luar biasa demi tidak LDM.

Itu baru hidup agak normal setelah bulan kedua nikah. Kami tinggal di Bogor. Tapi tantangan datang dari cerita lain.

Banyak yang bilang kalau 3 bulan pertama itu masa-masanya bulan madu. Menikmati masa pacaran berdua. Yes, ada sisi begitu. Tapi ujiannya juga ruar biasa gengs.

Alhamdulillah, dari segala perjuangan itu, kami bisa bertahan untuk tidak LDM. Nggak mudah lho menjalani semuanya. Bertahan untuk nggak ikutin kata orang lain dan kekeuh dengan pilihan kami.

Ketika LDM Jadi Pilihan, Ini Alasannya

Well, lepas dari jungkir baliknya bertahan biat nggak LDM, ternyata nggak semua pasangan yang baru menikah bisa memilih jalan hidup semacam itu. Kali ini, saya akan sedikit bahas tentang beberapa alasan yang dipilih oleh para pejuang LDM

1. Kondisi yang Belum Memungkinkan untuk Bersama

Ini alasannya beragam juga sih. Bisa jadi karena salah satunya dapat beasiswa ke luar negeri. Keluarga belum bisa dibawa karena yang sekolah harus urus dulu keperluan keluarga yang mau nyusul, sebelum bener-bener bisa jadi satu lagi.

Atau mungkin, karena salah satu pasangan harus ditugaskan ke kota lain untuk sementara waktu. Atau karena di tempat tujuan suami tinggal belum ada rumah tinggal macem kasus yang sekolah atau kerja di luar itu tadi.

2. Kondisi Ekonomi yang Lebih Memungkinkan saat Menjalani LDM

Ada juga yang begini. Istri tinggal di kota kecil dengan biaya hidup yang nggak tinggi-tinggi amat. Lalu, suami kerja di kota besar macem Jakarta yang gaji besar, tapi biaya hidup juga besar.

Kalau pilih stay di satu kota, ngoyo banget karena kebutuhan ekonomi yang memang betul-betul besar. Kalau di kota kecil, gaji jelas kecil. Kalau sama-sama diboyong ke kota besar, biaya hidup membengkak.

Dilema yak. Kondisi macem gitu itu serba nggak enak. Siapa sih yang mau LDM? Mereka menjalani LDM juga penuh perjuangan. Tapi mau jadi satu kota juga nggak memungkinkan karena kebutuhan hidup mereka yang memang besar.

3. Suami Kerja di Tempat yang Tidak Memungkinkan untuk Diikuti Keluarga

Nggak ada yang mau LDM, tapi kalau ternyata jodoh kita kerjanya di tengah hutan atau tengah laut yang nggak memungkinkan buat jadi satu? Apalah daya selain nerima semuanya kan?

Biasanya orang-orang macem gini akan kerja selama beberapa pekan full, lalu free selama beberapa hari. Misal, 3 minggu kerja, 1 minggu off. Ya seminggu ini aja mereka bisa pulang dan temu kangen sama keluarganya.

4. Keduanya Bekerja di Tempat yang Berbeda

Kondisi keempat ini kalau saya boleh bilang sih, nggak urgent banget. Dan amat sangat memungkinkan untuk diupayakan. Masalahnya adalah tinggal bagaimana mengelola ego masing-masing. Jelas ya, salah satu harus mengalah untuk ikut salah satunya untuk menghindari LDM. Tapi, nggak semuanya yang punya alasan begini ini beneran bisa melakukannya.

Yes, semua orang ketika merintis karier jelas punya pengorbanan masing-masing. Susah ya, kalau kita bener-bener berjuang dari titik nol banget terus harus melepas semuanya.

5. Pihak Perempuan yang Tidak Memungkinkan untuk Pisah dengan Keluarganya

Ini juga ada contohnya. Alasannya macam-macam. Ada karena dia anak tunggal. Ada juga yang memang orang tuanya sakit. Ini kondisi yang agak ruwet nih karena melibatkan orang tua.

Namanya orang tua, biasanya sih akan merasa kalau keputusannya selalu yang paling baik untuk anak. Ya karena mereka sudah hidup lebih dulu. Padahal, zaman berubah, tantangan zaman juga berubah, dan yanh terpenting bukan mereka lho yang menjalani hidup, tapi pasangan yang bersangkutan.

Kalau karena anak tunggal, anak yang dieman-eman, ini mesti ada dialog lebih sih. Setelah menikah, ketaatan yang lebig utama pindah ke suami. Secara hak preogatif, suami yang lebih punya hak. Tapi kadang, nggak semua suami bisa tegas untuk ambil langkah lobby-lobby mertuanya karena banyak hal.

Kalau karena orang tua yang kondisinya semakin lemah, bisa lho diajak diskusi untuk ikut anak. Bagaimana pun anak-anaknya ketika sudah makin dewasa punya masa depan sendiri. Punya keluarga sendiri. Punya pekerjaa sendiri juga.

LDM Bukan Pilihan untuk Dinikmati

Lepas dari apapun alasannya, LDM itu sebetulnya bukan kondisi yang bisa untuk dinikmati. Kata Ustadz Salim A. Fillah, kalau memang takdirnya ternyata harus LDM, ya maka kita harus menerima. Tapi bukan untuk menikmati itu semua. Bagaimana pun, LDM itu bukan kondisi yang ideal. Bahaya sih kalau kita sampai menikmati kondisi semacam ini.

Jelas, bonding antara keduanya jadi dipertanyakan kembali. Bahkan yang paling mengerikan, ketika rasa salingnya udah hilang antara yang satu dengan yang lain.

Pesan untuk Pejuang LDM

Dear all LDM warriors,
Saya tahu apa yang kamu alami itu berat. Bahkan lebih berat dari rindunya Dilan ke Mileas. Semoga Allah mampukan kalian  mengahadapi ujian tersebut. Semoga kalian bisa segera dipersatukan dengan solusi yang terbaik. Aamiin..

Apr 10, 2019

Keinjak Kaki Ibu Hamil Bisa Ketularan Cepat Hamil, Masa?

Hamil


One day, saya ketemu salah satu kenalan yang tahu kalau saya hamil. Rupanya, dia sudah lama sekali menikah tapi tak kunjung diberi momongan.

"Mbak Lelly, injek kakiku dong biar aku ketularan."

Hah? Emang bisa?

Sebetulnya sih, saya nggak mau ya. Tapi orang macem gini tuh suka antik dan maksa minta diijek. Macem orang yang hunting melati di nikahan orang biar cepet nyusul. Alamak!

Aneka Mitos Cepat Hamil

Mitos


Ternyata, injek kaki ini bukan satu-satunya mitos yang beredar di tengah masyarakat kita. Ada yang bilang, kalau ngerawat bayi bisa ketularan punya bayi. Ada yang bilang, kalau elus-elus perut ibu hamil bisa ketularan hamil. Ada yang bilang, kalau rumahnya suka dikunjungi bocah bisa cepet punya bocah. Macem-macem lah ya..

Emang bener bisa begitu?



Kalau pun pada akhirnya si ibu yang mengalami hal semacam ini ngedadak hamil, itu cuma kebetulan aja sih. Karena kalau kita pikir lagi pakai logika, ya nggak bakalan sampai.

Dulu, waktu kita masih sekolah, di pelajaran Biologi kan udah dijelasin. Makhkuk hidup ciptaan Allah bisa berkembang biak setelah melalui proses reproduksi. Kalau Amoeba dia membelah diri. Kalau manusia ya berhubungan suami istri. Tanpa ada proses itu, mau diinjek jutaan kali juga nggak bakal hamil.

Ikhtiar Program Hamil Alami

Cepat hamil


Jadi, dari pada kita percaya mitos-mitos yang nggak jelas itu. Saya pingin share apa saja yang sudah saya dan suami upayakan hingga akhirnya saya hamil.

1. Belajar

Dari pada dengerin katanya begini katanya begitu, yuk mari kita belajar aja. Apa sih yang menyebabkan orang jadi susah hamil? Sering mengkonsumsi makanan yang tidak sehat kah? Berat bada berlebih kah? Menstruasi tidak teratur kah? Atau yang lain?

Belajar ini bisa dari berbagai sumber ya. Zaman sekarang akses informasi banyak. Seminar-seminar fertilisasi juga banyak. Syaratnya satu, mau nyari. Dah gitu aja.

Bayar nggak? Ada yang berbayar, ada yang gratis. Tapi sebetulnya, belajar ini kan investasi untuk leher ke atas ya. Jangan pelit-pelit lah ya kalau soal ini.

2. Evaluasi Diri

Kalau sudah tahu ilmunya. Coba cek kondisi diri sendiri ya. Apakah kita suka makan sembarangan? Suka minum kafein? Konsumsi alkohol? Merokok? Berat badan berlebih? Aktivitas sehari-hari terlalu berat? Menstruasi tidak teratur? Jarang berhubungan suami istri?

Cek lagi mana yang ternyata gue banget. Kebiasaan-kebiasaan itu yang sebetulnya mempengaruhi kondisi kita untuk bisa cepat hamil.

3. Memperbaiki Pola Hidup

Setelah check and recheck pola hidup kita atau gangguan kesehatan yang muncul dalam diri kita, sudah saatnya kita untuk ikhtiar memulai pola hidup sehat. Orang mudah stress, pola menstruasi yang tidak teratur, kegemukan, ternyata dipengaruhi juga oleh pola hidupnya. Sudahlah jarang olahraga, pola makan juga ngawur. Sudah begitu, makanan yang dikonsumsi kandungan gizinya rendah, bahkan tak bergizi sama sekali. Kan sayang ya.

Dalam salah satu seminar fertilitas, dokter yang menjadi narasumber pernah bilang begini.

"Terusin aja makan-makanan junk food. Lama-lama pasti kondisi kulit jadi nggak sehat, muncul bulu-bulu halus di wajah pada perempuan, menstruasi juga makin nggak jelas."

4. Hubungi dokter setelah usia pernikahan di atas 1 tahun

Sebetulnya bisa aja sih kurang kalau pingin banget. Tapi dokter akan menyarankan untuk sabar dulu pasti. Kitanya diminta untuk pacaran-pacaran dulu sama suami.

Sebetulnya, saya nggak ngerti kenapa kok disuruh nunggu setahun dulu. Mungkin normalnya, tanpa ada gangguan kesuburan memungkinkan untuk ikhtiar sendiri dulu selama kurun waktu setahun itu.

Lebih dari setahun, sebelum promil, dokter akan menyarankan beberapa tindakan untuk observasi sebelum dikasih saran lebih lanjut.  Entah itu promil alami dengan bantuan suntik hormon dari dokter atau yang lain.

Promil Ala Lelly

Program hamil


Promil yang saya lakukan sebetulnya nggak jauh beda dari 3 hal yang saya sebutkan di atas. Dari sebelum nikah, saya punya masalah menstruasi yang tidak teratur. Jadi, ikhtiar pertama ya perbaiki dulu siklus ini.

Saya belajar dulu penyebab-penyebabnya sampai nemu step by step yang bisa saya ikuti. Mudah sih ternyata. Ubah pola makan aja. Kurangi jajan, banyak makan rumahan yang bergizi. Dah, gitu aja.

Olahraga juga iya. Meski nggak teratur sih kalau ini. Wkwkwk.. Dalihnya, nggak ada waktu. Aslinya, sok sibuk aja.

Alhamdulillah, siklus menstruasi saya membaik. Bonusnya, kulit juga lebih sehat even skincarenya sekarang super minimalis. Kata temen, muka saya glowing. Wkwkwk... Makasih lho ya.

Menstruasi oke, mulai perbaiki frekuensi hubungan suami istri. Kami harus bener-bener aware sama range masa subur. Saat itu sih hubungan suami istri sebisa mungkin dilakukan.

Kondisi psikis saat berhubungan suami istri juga harus dijaga. Woles aja. Nggak usah ngoyo. Kalau memaksakan diri, suami akan sulit mengeluarkan sperma, istri kesakitan. Jadi, nikmatin ajalah. Lakukan sealami mungkin. Makin alami, makin nikmat. Hehehe..

Rencana Manusia v.s Rencana Allah

Takdir


Well, lepas dari segala ikhtiar yang udah diupayakan. Jangan lupa bahwa rencana Allah yang paling baik. Kalau Allah bilang belum ya sabar aja. Banyak doa, sholawat, dan terus ikhtiar. Jangan putus asa.

Inget nggak gimana Allah ngasih hadiah ke Nabi Zakariya? Nabi Zakariya dan istri udah tua lho. Udah menopouse juga, tapi bisa.

Buat kamu yang belum juga dititipi Allah. Sabar dulu ya gaes. Nikmatin aja indahnya bulan madu berdua.


With love,


Apr 8, 2019

Social Media Detox, Bisa Nggak Ya?



Siapa yang hari ini nggak punya akun sosial media sama sekali angkat tangan? Saya yakin orang yang baca artikel ini pasti punya. Paling yang nggak punya tuh, orang yang tinggal di pelosok banget di mana akses listrik dan internet susah. Kalau area ibukota atau kota-kota besar sih, kayaknya 100% punya. Nggak ada surveynya sih. Tapi ini keyakinan saya aja. Melihat segimana besar pengaruh sosial media di tengah masyarakat kita hari ini.

Simalakama Sosial Media



Well, kita nggak bisa pungkiri kalau hari ini kebutuhan akan sosial media itu betul-betul membabi buta. Dari sosial media, kita bisa stay connected with other people. Kenal atau nggak. Dari sosial media, kita bisa dapet informasi terkini apa saja. Bahkan, nggak perlu baca sepanjang artikel yang ada di koran. Dari sosial media juga, kita dapet hiburan. Paket komplit lah ya sosial media tuh.

Masalahnya sosial media itu lama-lama jadi semacam racun. Awalnya orang memang buka sosial media untuk terhubung dengan orang lain atau untuk mencari informasi. Tapi pada kenyataannya itu cuma beberapa menit saja selebihnya waktunya habis untuk Scroll, Scroll dan Scroll yang nggak penting.

Coba deh cek ke diri kita masing-masing berapa lama waktu yang udah kita habisin untuk main sosial media? Sejam, dua jam atau lebih dari itu? Parahnya kadang kita nggak sadar kalau kita sudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk main sosial media aja. Tahu-tahu udah siang aja gitu dan kita belum ngapa-ngapain selain Scroll Instagram atau Facebook atau Twitter.  Ya nggak sih?

Sebuah Pengakuan



Oke saya mau mengakui sesuatu kalau saya juga termasuk orang-orang yang kecanduan sosial media. Waktu saya pernah habis hampir seharian hanya untuk main sosial media aja. Dalihnya sih buat nyari referensi bikin konten. Faktanya banyak scrolling akun-akun yang nggak penting.

Apa kabar suami? Kalau saya udah begini, udah jelas lah ya marah. Suami mana yang nggak kesel kalau lihat istrinya main HP terus?

Atau posisinya di balik deh suami yang main HP terus. Gimana coba perasaan kamu, kalau lihat suami terus-terusan main HP?  Kesel banget kan? Ya itu yang dirasain anak-anak kita dan suami kita saat lihat kita main HP terus.

Hikmah Hamil Muda



Lalu dunia berubah sejak saya tahu kalau saya hamil. Waktu online saya yang biasanya pagi untuk nyari konten, nulis, dan lain sebagainya tiba-tiba nggak bisa seperti itu lagi. Jangankan mau riset topik, mau nulis, mau editing, buka HP aja mual. Jadi, sebulan terakhir ini nulis konten di blog betul-betul menjadi perjuangan yang sangat amat berat buat saya. Enggak cuma berat untuk risetnya, tapi juga berat untuk memulai menulis. Ya gimana mau nulis kalau mabuk terus?

Meski begitu saya bersyukur banget. Bukan karena hamilnya aja. Tapi saya juga jadi agak jauh dari sosial media. Penyakit tukang Scroll juga jadi hilang. Alhamdulillah.

Ternyata Bisa



Dari sini, saya sadar sesuatu. Oh ternyata zaman sekarang tuh buat jauh dari HP itu ternyata masih bisa ya. Ternyata kalau saya nggak pegang HP seharian saya masih hidup loh. Ternyata juga kalau saya enggak pegang HP saya juga nggak berhenti untuk ketinggalan informasi.

Karena ketika saya mulai meninggalkan HP saya mulai mengambil kegiatan-kegiatan yang lain. Seperti banyak baca buku atau menulis rancangan tulisan di notes saya. Iya bulan ini nulis jadi sesuatu yang berjuangan banget. Tapi bulan ini juga saya jadi punya banyak sekali tabungan ide tulisan untuk ditulis.

Be Productive Without Social Media



Saya nggak bisa pungkiri bahwa saya butuh sosial media. Tapi mengurangi dan bahkan meminimalisir diri dari paparan sosial media juga saya butuhkan. Terlalu banyak main sosial media, beneran bikin kita jadi banyak menunda pekerjaan.

"Ntar dulu deh."

Iya apa iya?

Sometimes, kita perlu tuh singkirin sosial media. Kalau perlu pasang aplikasi untuk ngeblok semua app yang kita punya, biar kita bisa fokus dengan apa yang mau kita kerjakan. Mau nyuci, masak, nulis, bikin desain baru, atau bahkan main sama anak. Silakan.

Kasih waktu untuk beneran off dari instagram, twitter, facebook, bahkan whatsapp selama kurun waktu sekian jam. Rasain deh berapa banyak hal yang ternyata bisa kamu lakukan.

4 jam waktumu itu bisa banget buat bikin konten mulai dari nulis, editing, sama ke bagian mempermanis dengan tambahan gambar atau stiker. Banyak. Jauh lebih produktif kan dibanding cuma scrolling sosial media.

Kita Pasti Bisa



Ini memang tantangan untuk kaum milenial. Social media detox. Macem mission imposible gitu jauhin kaum milenial dari HP. Tapi dari mana kita tahu kita nggak bisa kalau kita nggak pernah bener-bener nyoba.

Mungkin sulit untuk lepas HP secara utuh. Tapi kita bisa mulai ngurangin waktunya. Kasih batasan ke diri sendiri screen time kita berapa jam. Kalau kita bisa ngajarin anak screen time, kenapa kita sendiri nggak bisa ngelakuin itu?

Yuk, kita coba sama-sama. Semua orang bisa jadi punya cara yang beda untuk ngurangi screen time. Tapi pasti bisa kok kalau kita mau berusaha. Semangat!


With love,