Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Dec 29, 2020

"Kalau di Rumah Aja, Terus Aku Ngapain?"

Ibu rumah tangga


Versi pendek tulisan ini sebetulnya sudah pernah saya tulis di akun Instagram saya. Sayangnya, saya sendiri tidak puas hanya menuliskannya di sana. Ada banyak sekali hal yang ingin saya bagi. Rasanya 2200 karakter di caption Instagram belum cukup mewakili apa yang saya rasakan selama setahun terakhir.

Iya, setahun. :)

Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi cerita dan semangat baru untuk kalian yang memilih menjadi ibu rumah tangga. Saya tahu tidak mudah menjadi ibu rumah tangga. Banyak mata memicingkan ketika status ini terucap. Bahkan, mungkin dari keluarga sendiri. Tapi, percayalah bahwa banyak hal luar biasa yang bisa kita lakukan meski kita memilih untuk tinggal di rumah saja.

"Buat Apa Sekolah Tinggi Kalau Cuma Jadi Ibu Rumah Tangga?"

Perempuan sekolah tinggi


Itu yang ada dalam benak saya. Buat saya, status ibu rumah tangga itu nggak keren sama sekali. Pekerjaannya paling cuma urus dapur, sumur, dan kasur. Kalau semua pekerjaan itu selesai, mereka banyak nongkrong sama tetangga, gosipin tetangga yang lain. Anak-anaknya juga biasa aja. Kasih sayang tidak terkucur secara melimpah. Malah, anak-anak mereka seringkali jadi korban kekerasan. Cubit, pukul, dimarahi, itu sudah biasa tampak.

Apakah semua ibu rumah tangga begitu? Tidak. Tapi itulah yang terindera oleh saya sedari kecil. Jadi, tidak heran kalau saya berasumsi demikian.

Pernah suatu kali teman dekat saya bercerita tentang cita-citanya menjadi ibu rumah tangga. Bagi saya, itu aneh. Ngapain kita sekolah kalau cuma jadi ibu rumah tangga. Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau hanya jadi ibu rumah tangga.

Tapi, itu dulu....

Makin banyak belajar, akhirnya saya memahami bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah konsekuensi yang harus diambil setelah kita menikah. Apakah akhirnya ibu ini bekerja atau tidak, itu baru pilihan. Tapi, menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah konsekuensi yang harus dijalani oleh setiap perempuan setelah menikah.

Lalu, bagaimana dengan para ibu yang memilih untuk di rumah saja dan tidak pergi bekerja? Apakah tidak perlu berpendidikan?

Tidak juga.

Ada jawaban menarik yang saya temukan dari salah satu surat RA Kartini. Waktu itu beliau sedang belajar membaca Alquran. Ketika itu, beliau sadar sesuatu. Bagaimana caranya beliau menjadikan Alquran sebagai petunjuk hidup bila paham saja tidak. Bagaimana bisa paham, bila mengerti artinya saja tidak.

Dari Alquran, beliau mulai memahami pentingnya pendidikan bagi para ibu. Ada tugas besar yang tidak bisa dikesampingkan oleh para ibu. Tugas ini, tidak mungkin bisa dilakukan dengan maksimal tanpa mendapatkan pendidikan sama sekali. 

Apa itu? Menjadi madrasah pertama bagi anak-anak kita.

Pendidikan menjadi pintu awal pembuka pikiran para ibu. Pola pikir terbentuk dengan adanya pendidikan yang dienyam oleh para ibu. Lepas dari apakah ilmu yang dipelajarinya terpakai atau tidak, itu urusan nanti. Toh, ketika kita memilih bekerja sekalipun. Tidak selamanya ilmu yang kita pelajari dulu terpakai di dunia kerja.

Ibu Rumah Tangga Juga Bisa Jadi Keren

Ibu rumah tangga


Semakin besar, semakin banyak main dan ketemu aneka rupa ibu. Saya mulai menyadari bahwa keren dan tidaknya ibu rumah tangga itu kembali ke si ibu itu sendiri. Dia mau ngapain di rumah? Bergosip sama tetangga atau mau melakukan hal lain yang lebih bermanfaat? Ini kembali pada pilihan masing-masing.

Seperti yang saya contohkan di atas, ada ibu rumah tangga yang di rumah saja tapi anaknya tidak terdidik dengan baik. Attitude nggak jelas, pinter juga nggak. Ada, ada banget yang begini. Ya gimana anaknya mau jadi orang kalau tiap ketemu isinya caci maki aja. Kalau bukan caci maki, penuh dengan kata tidak. Kalau dilanggar oleh si anak gimana? Cubit, pukul, dan lainnya sudah pasti mendarat dengan empuk di tubuh si anak.

Jujur, Saya nggak bisa lihat sisi keren dari ibu yang mendidik dengan penuh emosi semacam ini.

Tapi, akhirnya saya nemu yang tidak begini.

Anak dididik dengan limpahan kasih sayang dan berkarung-karung kesabaran. Hubungan antara anak dan orangtua dijaga. Jadi, ketika anak ada masalah, mereka mudah cerita ke orangtuanya. Buat saya, hal semacam ini keren sekali.

Dan, entah kenapa. Anak-anak semacam ini justru banyak berprestasi dengan caranya sendiri. Potensinya dapat berkembang dengan baik dengan kasih sayang ibu yang tampak secara nyata. Bukan hanya bilang sayang, tapi jadi monster sepanjang hari.

Rumah Juga Bisa Jadi Tempat Mengembangkan Diri


Sebetulnya, pandemi ini mengajarkan kita banyak sekali hal. Rumah bukan penjara. Rumah justru bisa menjadi awal mula sebuah karya melambung tinggi. 

Ada banyak orang yang menginspirasi saya untuk berkarya dari rumah. Salah satunya adalah penulis hits Mbak Muyassaroh. Sepertinya Allah memang punya maksud amat baik mengenalkan beliau dengan saya. Ketika sedang jetlag dengan status baru, beliau hadir. Dari komunitas yang beliau bentuk, saya jadi mulai mampu menata langkah baru dalam hidup saya.

Contoh lain yang juga tidak kalah  kerennya adalah teman sesama blogger, Miss Meykke namanya. Dari akun Instagramnya, saya tahu kalau dia akhirnya menemukan cara untuk tetap menekuni passionnya. Awalnya, dia mengajarkan Bahasa Inggris melalui blog dan kanal Youtube-nya. Lama kelamaan, saya tahu kalau dia membuat komunitas untuk belajar Bahasa Inggris. Sekarang, dia punya kelas online Bahasa Inggris.

Tahu Ibu Septi Peni, Founder Institut Ibu Profesional? Beliau adalah salah satu sosok ibu rumah tangga yang begitu mengispirasi. Hanya dari rumah, akhirnya beliau bisa memberikan kontribusi yang begitu besar untuk bangsa.

Dua tahun lebih menyandang status ibu rumah tangga. Dari yang awalnya jet lag bukan main, sampai akhirnya saya menemukan banyak jalan untuk mengembangkan diri saya hanya dari rumah. Bahkan, setelah saya punya anak sekalipun. Dulu, saya kira anak akan membuat langkah kaki saya terhambat. Ternyata tidak!

Sejujurnya, saya juga nggak ngerti gimana akhirnya saya punya banyak waktu untuk menjalani semua yang saya suka. Tapi, dari semua hal manis yang saya alami ini. Saya semakin percaya bahwa Allah yang Maha Mengendalikan Waktu. Ketika kita berikan seluruh waktu kita untuk menjalankan amanah-Nya, Allah berikan kita kemudahan untuk melakukan apa yang menjadi passion kita.

Home sweet home


Jangan Resign Karna Anak atau Suami!


Tulisan ini sesungguhnya bukan untuk ngomporin orang resign. Tiap orang punya kondisi yang berbeda. Kebutuhan hidup yang berbeda. 

Saya tahu bahwa banyak sekali perempuan yang akhirnya harus memilih antara karier dan keluarganya. Apapun alasannya, jangan sekali-kali resign karna keluarga. Jangan!

Dulu, sebelum menikah, saya sempat cerita ke sahabat saya tentang laki-laki yang tiba-tiba datang ke dalam hidup saya. Kerja di Jakarta dan tinggal di Bogor. Meskipun belum tahu apakah kami akan lanjut ke pelaminan atau tidak, ada kemungkinan bahwa saya harus melepas pekerjaan saya. Buat saya, itu berat sekali. Saya tidak tahu juga apakah orangtua saya mengizinkan hal itu atau tidak.

Lalu, teman saya tadi menjawab dengan pertanyaan berikut, "mana yang lebih mendatangkan keberkahan bagi perempuan? Menikah atau bekerja? Sementara, kita sama-sama tahu bahwa bekerja itu mubah hukumnya, sedangkan menikah itu sunnah Rasul. Mana yang sekiranya lebih Allah suka?"

Saya terdiam. Pertanyaan itu cukup menampar saya keras-keras. Malam itu juga, saya bermunajat pada Allah. Memohon petunjuk-Nya sembari mengatur langkah. Saya pasrahkan seluruhnya pada Allah. Saya azzamkan bahwa saya hanya akan berhenti bekerja bila kami menikah.

Allah atur sedemikian rupa. Proses perkenalan itu akhirnya berujung ke pelaminan. Tak lama setelah menikah, saya membuat surat pengunduran diri dan berhenti bekerja. Tentu saja, orangtua saya kaget bukan main. Tapi, mau bilang apa? Palu sudah diketok.

Saya hijrah ke Bogor untuk memulai lembar baru. Semuanya serba baru. Status baru, lingkungan yang baru, pekerjaan yang baru. Tidak mudah memang. Ada banyak drama di dalamnya. Tapi di balik itu semua, ada banyak kemudahan yang saya dapatkan.

So, kalau kalian memang ada di posisi yang sama dengan saya saat itu, jangan resign karena anak atau suami. Lakukan karena Allah, maka Allah akan ganti semuanya dengan hal yang jauuuuh lebih baik lagi.


Penutup


Well, pandemik ini banyak menarik para ibu untuk kembali ke rumah. Dari sini, sebetulnya kita bisa berkaca bahwa dari rumah pun kita masih bisa berkarya. Jangan takut tidak bisa melakukan apa-apa dari rumah. Banyak hal yang bisa kita kembangkan dari rumah. Tinggal bagaimana kita membagi waktu agar semua amanah tuntas dengan baik.

Jadi, kalau kalian memang ingin berhenti bekerja dan kembali ke rumah, jangan khawatir. Banyak hal yang bisa kita lakukan dari rumah. Hal utama yang perlu kalian lakukan adalah rencanakan mau apa setelah kembali ke rumah. Bukan hanya rencana untuk menemani si kecil saja, tapi ke mana kita akan mengembangkan diri. Karna dengan langkah kecil itu, kita bisa berhenti untuk merendahkan diri sendiri atas pilihan yang sudah diambil.

Dec 21, 2020

7 Tips Jitu Atasi Rambut Kering dan Rusak

cara mengatasi rambut kering dan rusak

Dulu, waktu SMP rambut saya pernah berubah bentuk. Dari lahir, rambut saya ini sudah lurus dan kalau dipegang halus sekali. Entah bagaimana ceritanya, rambut saya bisa berubah jadi keriting kecil. Anehnya, tidak semua rambut begini. Hanya separuh bagian terluar saja. Sisanya masih lurus seperti dulu.

Usut punya usut, sepertinya karena saya pernah iseng meluruskan rambut dengan setrika baju. Ini gara-gara teman saya cerita mencoba meluruskan rambutnya dengan setrikaan karena tidak punya alat catok. Katanya, rambutnya bisa jadi lurus dan bagus. Akhirnya, saya cobalah cara itu. Alih-alih rambut jadi makin indah menawan, saya ,alah mendapatkan hal sebaliknya. Bahkan, bukan hanya rambut saya yang jadi korban. tapi juga jempol tangan saya. Hiks.




Apakah sekarang rambut saya masih begitu? Nggak dong. Alhamdulillah sudah kembali seperti semula. So, kali ini saya akan berbagi cerita tentang cara mengatasi rambut kering dan rusak

1. Hindari mencuci rambut terlalu sering

Banyak iklan shampoo yang seolah meminta kita untuk mencuci rambut setiap hari. Sayangnya, hal ini tidak bisa diikuti oleh pemilik rambut kering dan rusak. Kenapa? Karena ini justru akan membuat rambut semakin kering dan rusak. Mencuck rambut 1-2 kali dalam seminggu saja sudah cukup. Atau, kita bisa mencucinya sesuai kebutuhan, yaitu ketika rambut mulai kotor.

2. Pilih shampoo berbahan ringan

Pemilihan shampoo juga akan mempengaruhi kondisi rambut. Pemilihan shampoo yang keliru justru akan membuat rambut semakin kering dan rusak. Untuk itu, gunakan shampoo dengan bahan ringan yang memang diformulasikan khusus untuk rambut kering dan rontok. Hindari juga shampoo dengan bahan sulfat dan pilih shampoo yang mengandung sedikit deterjen.

3. Gunakan kondisioner setelah keramas

Iya, saya tahu kalau pakak kondisioner setelah keramas itu memang agak merepotkan. Tapi, percayalah bahwa dengan menggunalan kondisioner, kadar minyak alami dalam rambut kita bisa terjaga. Dengan cara ini pula, rambut kita akan jadi lebih lembap dan sehat.

4. Oleskan minyak alami

Selain menggunakan kondisioner, kita juga bisa menggunakan berbagai minyak dengan bahan-bahan alami untuk menjaga kelembapan rambut kita. Contoh minyak yang bisa kita gunakan adalah minyak zaitun dan minyak kelapa. Keduanya, bisa membantu untuk melembapkan dan menjaga rambut dari kerusakan.

5. Berikan perlindungan yang cukup untuk rambut

Selain melakukan perawatan rambut di atas, kita juga harus konsisten melakukan perlindungan rambut dari paparan sinar matahari. Ini make sense lho. Rambut saya perlahan jadi cantik lagi setelah saya memutusksn untuk berhijab. Rupanya, hijab membantu saya untuk melindungi rambut dari paparan sinar matahari yang bisa membuat rambut rusak dan kering.

6. Batasi penggunaan alat styling rambut

Ini part yang paling penting juga kalau mau rambut kembali sehat. Jangan terlalu sering menggunakan alat styling rambut seperti catokan, pengeriting rambut, maupun hair dryer. Panas yang dihasilkan oleh alat-alat ini bisa banget membuat rambut makin kering dan rusak. Kalau alat styling aja nggak boleh terlalu sering, penggunakan peralatan lain untuk styling jelas dilarang ya. Contohnya setrika. Udah ya, biar saya aja yang merasakannya.

7. Konsumsi makanan sehat

Selaian merawat rambut dari luar, perawatan dari dalam juga diperlukan. Konsumsi ikan salmon ternyata bisa membantu rambut kita jadi lebih sehat dan berkilau. Selain salmon, kita juga bisa mengkonsumsi bayam untuk mengatasi rambut rapuh dan jambu biji untuk mencegah kerusakan rambut.

Penutup

Nah, itu tadi 7 cara yang bisa kalian ikuti untuk mengatasi rambut kering dan rusak. Coba saja satu per satu secara rutin. Kuncinya bukan hanya menggunakan apa tapi konsisten melakukannya. In sya Allah, rambut akan kembali lembap dan berkilau lagi. 

Selamat mencoba!






Dec 20, 2020

Kekurangan Zat Besi sebagai Ancaman Serius Generasi Emas 2045 Indonesia

Kekurangan zat besi


Bulan lalu, saya harus bergelut dengan drama tumbuh gigi Ghazy. Sudah pusing membujuk Ghazy agar mau makan, makin pusing lagi melihat angka timbangan berat badannya yang diam di tempat. Saya sempat curhat ke salah satu teman. Lalu, dia menyarankan agar saya memantau berat badan Ghazy. Kalau bulan ini berat badan Ghazy masih juga sama, maka saya harus segera memeriksakan kondisinya ke dokter spesialis anak. Semisal ada Anemia Defisiensi Besi (ADB) bisa segera diatasi.

Jujur, gara-gara teman saya ini saya jadi kepo dengan apa itu ADB pada anak. Apa pengaruhnya? Bagaimana cara mencegahnya? Kalau ada indikasi ke saana, apa yang harus saya lakukan ke Ghazy. Alhamdulillah, semesta mendukung. Hari Kamis, 17 Desember 2020 kemarin saya mendapat undangan talk show dengan tema "Kekurangan Zat Besi Sebagai Isu Kesehatan Nasional di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kemajuan Anak Generasi Maju". 

So, kali ini saya akan bercerita tentang apa saja yang saya dapatkan dari talk show tersebut.


kekurangan zat besi


Isu Kesehatan Nasional Terkait Anemia Defisiensi Besi

Menurut data Riskede 2018, satu dari tiga anak Indonesia yang berusia di bawah lima tahun tercatat mengalami anemia. 50-60% kejadia yang terjadi disebabkan oleh kekurangan zat besi. Bila ini tidak ditangani dengan baik, cita-cita bangsa untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia di HUT Indonesia ke 100 tahun tidak akan berjalan secara optimal.

Kenapa demikian?


kekurangan zat besi



Menurut Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia, tercapai atau tidaknya mimpi bangsa terkait Generasi Emas 2045 ditentukan oleh kualitas anak-anak yang saat ini masih balita. Sayangnya, satu dari tiga balita Indonesia ternyata punya resiko menghadapi tantangan tumbuh kembang yang sifatnya permanen dari kekurangan zat besi. Tentunya ini akan menghambat upaya negeri ini untuk lebih berprestasi lagi.

Padahal, setiap anak memiliki hak untuk maju dan berprestasi. Ini merupakan tanggung jawab kita bersama agar hak tersebut dapat terpenuhi. Untuk itu, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia ingin mengajak para orangtua untuk memberikan perhatian khusus dalam memastikan kebutuhan harian gizi anak dapat terpenuhi dan terserap dengan baik, termasuk zat besi.

Anemia Defisiensi Besi dan Efeknya terhadap Kesehatan


kekuranban zat besi


Ini merupakan materi pertama yang disampaikan  oleh dr. Nurul Nurul Mutu Manikam, M. Gizi, SpGK  dan dipandu oleh Dr. dr. Ray Basrowi, MKK.  Materi ini dibuka dengan penyampaian data masalah anemia di Indonesia pada ibu hamil dan anak. Dari data yang ada, proporsi anemia ibu hamil pada ibu hamil meningkat mennjadi 48,9 % jika dibandinkan dengan data tahun 2013 (37,1%). Bahkan, data ini pun lebih tinggi dibandingkan data prevalensi anemia pada kehamilan (38%). Kebanyakan, ini dialami oleh ibu hami yang berusia 15-24 tahun. Hal ini bisa jadi karena ibu belum mempersiapkan dengan baik kehamilannya.

Sementara itu, masa kritis anemia terjadi pada usia 6 bulan hingga 3 tahun. Ini karena pada masa itu, kebutuhan zat besi dan zat gizi lainnya meningkat. Anak juga mengalami masa pertumbuhan yang cepat. Sayangnya, pemenuhan zat besi pada anak masih kurang karena anak kurang suka mengkonsumi hewani yang kaya akan zat besi. Berdasarkan data, 47% anak di dunia mengalami anemia. 50-60% di antaranya terjadi karena defisiensi zat besi. Artinya, satu dari tiga anak di dunia mengalami anemia defisiensi besi.

Dampak Anemia pada Ibu selama Kehamilan

Anemia pada ibu hamil bukan sesuatu yang bisa disepelekan. Karena anemia ini, kemungkinan kelahiran prematur bisa saja terjadi. Anak yang lahir pun bisa memiliki berat badan lahir yang rendah, yaitu <2500 gram. Anemia ini juga bisa membuat ibu mudah merasa lelah, letih dan lesu. Komplikasi pendarahan saat persalinan pun menjadi semakin meningkat. Selain itu, ibu hamil juga bisa mengalami keluhan jantung dan pembuluh darah (palpitasi/berdebar, tensi menurun) dan pembesaran otot jantung.

Jujur, penjelasan beliau ini membuat saya flash back pada masa kehamilan Ghazy. Di trimester ketiga, tanda-tanda yang disampaikan oleh beliau ini banyak sekali terjadi pada saya. Ini akhirnya menjawab pertanyaan kenapa di bulan terakhir sebelum kelahirannya, berar badan Ghazy tidak mengalami perubahan yang signifikan. Dia memang tidak sampai punya berat badan lahir yang rendah. Tapi, beratnya saat itu sangat minimalis.

Efek Defisiensi Besi Anak

Lalu, bagaimana dampaknya pada anak? Ternyata, ini juga tidak kalah mengerikan. Defisiensi besi pada anak akan memberikan dampak jangka pendek dan panjang. Untuk dampak jangka pendeknya, defisiensi besi dapat membuat anak mengalami penurunan kognitif atau kecerdasan (IQ). Tidak hanya itu saja, fungsi otaknya juga bisa mengalami penurunan. Perhatian, pendengaran serta kemampuan visual anak jadi berkurang. Akibatnya, anak akan kesulitan menangkap apa yang disampaikan olen guru di sekolah. Efek jangka pendek yang diakibatkan oleh defisiensi besi ternyata tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Hal ini ternyata juga akan mempengaruhi fungsi motoriknya.

Sedangkan efek jangka panjangnya, performa anak di sekolah bisa mengalami penurunan. Anak jadi kesulitan membaca, menulis, bahkan berbahasa. Anak juga jadi kurang tanggap terhadap lingkungan sekitarnya. Dan, hal yang menurut saya tidak kalah mengerikan lagi adalah anak jadi kurang aktif bergerak, perhatiannya berkurang, kurang responsif, tidak ceria, dan mudah lelah.

Peran Zat Besi pada Tumbuh kembang Anak

Dampak yang terjadi pada anak, rupanya tidak lepas dari peran zat besi pada tumbuh kembang anak. Zat besi ternyata punya pengaruh dalam pembentukan komponen myelin saraf otak. Zat besi juga bisa membantu pembentukan dan fungsi neurotransmitter di otak. Selain itu, zat besi juga menjadi kofaktor enzim dan transporter serotonim, dopamin dan norepinefrim. Jadi, jelas saja anak mengalami penurunan kecerdasan bila pembentukan komponen myelin saraf otak dan fungsi neurotransmitternya bermasalah.

Selain itu, zat besi juga mempunyai peran dalam membantu perkembanban motorik, perilaku dan emosi anak. Bila ini tidak terpenuhi, anak bukan hanya mengalami masalah dalam mengendalikan emosinnya, tapi juga jadi kurang aktif dan ceria.

Untuk menghindarkan anak dari defisiensi besi, kita bisa mengamati apa yang terjadi pada anak. Secara klinis, anak akan mengalami keluhan seperti mudah lelah, pusing, pucat, dan pika atau lebih suka mengunyah atau makan benda tertentu. Ini langsung membuat saya deg-degan sih. Pasalnya, Ghazy ini lumayan suka pika. Alih-alih makan nasi atau snacknya, dia lebih memilih makan kertas. Saya bahkan baru tahu kalau ini merupakan salah satu indikasi klinis dari kekurangan zat besi.

Selain uji klinis, kekurangan zat besi tentunya dapat dilihat melalui pemeriksaan laboratorium. Anak yang mengalami difisiensi besi akan mengalami penurunan Hb.

Penyebab Kekurangan Zat Besi

Ada beberapa faktor yang bisa membuat anak kekurangan zat besi.
  1. Terlambat memperkenalkan MPASI pada anak. Kalau anak mestinya mendapatkan MPASI pada usia 6 bulan, ternyata tidak didapatkannya.
  2. Pola konsumsi yang kurang asupan protein, terutama protein hewani.
  3. Kurangnya konsumsi fortifikasi zat besi dalam makanan yang membantu pemenuhan kebutuhan zat besi harian anak
  4. Pemberian suplementasi zat besi yang tidak sesuai indikasi
  5. Tidak oatuh minum suplementasi karena keluhan mual
  6. Penyerapan zat besi yang tidak optimal

kekurangan zat besi


Upaya Pencegahan Kekurangan Zat Besi


Selain mengetahui bahaya dan penyebab dari kekurangan zat besi, kita juga perlu tahu bagaimana cara pencegahannya. Tentunya, ini agar anak-anak kita tidak mengalami hal-hal yang tidak kita harapkan di atas.

1. Melakukan uji saring pemeriksaan hemoglobin

Supaya tahu bagaiaman kondisi anak kita, cara yang paling akurat untuk mengetahui apakah anak kita mengalami kekurangan zat besi atau tidak ya dengan cara melakukan uji saring pemeriksaan. Kondisi klinis anak akan dipantau. Bila dibutuhkan, pemeriksaan laboratorium pun harus dilakukan.

2. Konsumi makanan sumber zat besi

Selain uji saring pemeriksaan, kita juga memberikan si kecil makanan yang kaya zat besi untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Sumber makanan yang mengandung zat besi ini banyak sekali. Ada hari ayam, daging merah, kuning telur, daging unggas, ikan, udang, dan tiram. Selain sumber zat besi hewani, ternyata ada juga sumber zat besi nabati. Ini merupakan kelompok kacang-kacangan, sayuran hijau dan biji-bijian.

Selain sumber makanan yang mengandung zat besi, anak juga butuh nutrien lain yang membantu penyerapan zat besi. Nutrien tersebut adalah protein, asam askorbat (Vitamin C), kuprum (Cu), Vitamin B6, B12, asam folat dan seng (Zn). Bukan hanya itu, kita juga perlu memilih makanan yang mampu membantu penyerapan zat besi, contohnya makanan yang kaya Vitamin C. Selain itu, kita juga perlu menghindarkan anak dari makanan yang mampu menghambat penyerapan zat besi. Contohnya, tannin yang ada dalam teh dan kopi, asam oksalat yang ada pada buah berry, coklat dan teh, fitat, serat, fosvitin yang ada dalam kuning telur, dan mineral lainnya seperti seng kalsium, magnesium, dan fosfor.

3. Konsumsi minuman yang difortifikasi zat besi

Makanan yang kaya sumber zat besi, adakalanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan zat besi anak. Ini bisa jadi karena anak menolak makanan yang sudah kita siapkan dengan banyak alasan. Untuk itu juga, pemberian fortifikasi zat besi juga bisa ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan zat besinya.

Optimalkan Tumbuh Kembang Anak


tumbuh kembang anak


Selain dari segi gizi, kita juga perlu melakukan stimulasi untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Dalam webinar tersebut, bersama dengan Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si., Psikolog kami belajar bagaimana caranya. 

Ada beberapa aspek tumbuh kembang anak yang perlu kita perhatikan. Ada aspek kognitif-bahasa, emosi-sosial, dan fisik-motorik. Aspek kognitif-bahasa akan mempengaruhi anak untuk dapat berpikir cepat. Aspek emosi-sosial dapat membantu anak untuk meningkatkan kepercayaan diri, aktif bersosialisasi dan menjadi anak tangguh. Sedangkan aspek fisik dan motoriknya akan mampu membantu anak untuk tumbuh tinggi.

5 Potensi Prestasi Anak


Aspek-aspek yang dimiliki anak ini akan dapat membantu anak untuk mengembangkan potensi prestasinya. Apa saja itu?

1. Berpikir cepat

Ini merupakan kemampuan anak untuk mengolah suatu informasi secara mendalam, kritis, cerdas dan kreatif. Bila ini tidak tercapai, anak jadi mudah terdistraksi, pelupa, lambat paham, mudah tertipu, dan juga berpikiran tertutup.

2. Tumbuh Tinggi

Tumbuh tinggi merupakan perkembangan tubuh menjadi tinggi, kuat, sigap, fleksibel, luwes, lincah, dan terampil. Bila potensi ini tidak tercapai, anak akan menjadi kaku, lemas, mudah capek, canggung, dan tidak seimbang.

3. Percaya Diri

Kita sering menganggap bahwa percaya diri adalah tentang kemampuan anak untuk tampil ke depan. Padahal, percaya diri bukan itu. Percaya diri merupakan keyakinan anak tentanb kemampuan dirinya. Bila hal ini tidak tercapai, anak akan jadi mudah cemas, ragu-ragu dan mengalami banyak masalah.

4. Tangguh

Ini merupakan kemampuan anak untuk mengatasi stress pada situasi menantang. Bagaimana bila anak gagal menjadi tangguh? Anak akan kesulitan menyelesaikan masalahnya, banyak mengalami kegagalan dan akan menghadapi banyak sekali hambatan.

5. Aktif Bersosialisasi

Potensi prestasi ini merupana kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain dengan menampilkan keterampilan sosialnya. Bila ini tidak tercapai, anak akan menjadi minder, kesepian, sulit beradaptasi, dan sulit mendapatkan peluang.

Dampak Kekurangan Zat Bezi pada Psikologis Si Kecil


kekurangan zat besi


Sebagai orangtua, kita perlu sadar bahwa anak kita butuh pemenuhan nutrisi yang lengkap dan juga stimulasi yang tepat. Salah satu nutrisi yang anak  kita butuhkan adalah zat besi. Bila anak kita mengalami kekurangan zat besi, kondisi psikologisnya juga akan terpengaruh. Adapun dampak-dampaknya adalah sebagai berikut:
  1. Tumbuh kembang anak terhambang
  2. Kualitas tidur bermasalah
  3. Kecerdasan tidak optimal
  4. Mudah marah
  5. Resiko lebih besar alami masalah kesehatan mental
Kelima hal ini, tentunya akan mempengaruhi 5 potensi prestasi yang anak miliki. Potensi prestasi yang mereka punya jadi tidak berkembang secara optimal.

Stimulasi untuk Optimalkan Tumbuh Kembang Si Kecil

Selain pemberian nutrisi, anak juga butuh diberikan stimulasi agar mampu berpikir cepat, tumbuh tinggi, percaya diri, tangguh, dan aktif bersosialisasi. Cara yang bisa kita lakukan untuk menstimulasi anak adalah sebagai berikut.

Stimulasi Berpikir Cepat

  1. Ajari anak bicara dengan lebih jelas
  2. Perbanyak kosakata dengan membaca buku dan mengajak anak mengobrol
  3. Bermain teka-teki bersama anak

Stimulasi untuk Tumbuh Tinggi

  1. Pastikan gizi anak tercukupi, termasum zat besinya
  2. Berikan ruang aman untuk anak bergerak
  3. Perbanyak kesempatan beraktkvitas fisik

Stimulasi untuk Percaya Diri

  1. Berikan kesempatan anak untuk memilih
  2. Berikan pujian ketika anak menunjukkan perilaku baik
  3. Berikan kesempatan melatih kemampuan merawat diri

Stimulasi untuk Aktif Bersosialisasi

  1. Gunakan bahasa utama dalam kesehqrian saat berkomunikasi
  2. Dengarkan dan beri respon positif saat anak berinteraksi dengan orang lain
  3. Ajak anak melakukan aktivitas permainan pretend play atau roleplay

Stimulasi untuk Tangguh

  1. Beri kesempatan anak berusaha, terutama ketika menghadapi situasi atau tugas yang menantangnya di luar kebiasaan dan sulit baginya
  2. Jadi contoh probadi yang tidak mudah menyerah, berani mencoba dan menggunakan cara sehat saat mengatasi masalah
  3. Berikan apresiasi ketika anak menunjukkan usaha

Realita yang Tak Semudah Teori

Setelah belajar tentang apa yang harus dilakukan, waktunya praktik langsung. Meskipun sudah memahami apa yang harus saya lakukan, realitanya semua tak semudah teori. Hal ini rupanya dirasakan juga oleh Alyssa Soebandono dan Tya Ariestya ketika menghadapi dua jagoan mereka.


kekurangan zat besi


“Saya mengamati secara langsung bagaimana anak berjuang untuk tetap berkonsentrasi ketika belajar, terutama untuk anak-anak saya yang sudah memasuki usia sekolah. Dengan situasi pembelajaran jarak jauh (PJJ), tantangan anak jadi lebih berat lagi. Maka dari itu, saya selalu mendampingi Rendra dan Malik ketika belajar untuk membantu mereka tetap berkonsentrasi. Selain itu, saya juga berusaha menyediakan asupan gizi yang cukup, dan memastikan tidak ada tanda-tanda awal kekurangan zat besi pada mereka. Saya bersyukur dengan menjaga asupan gizi dan pendampingan yang penuh perhatian, Rendra dan Malik tetap dapat terus belajar aktif dan memenuhi rasa ingin tahunya meskipun tidak ada kegiatan tatap muka dengan guru dan teman-teman sekolahnya,” ujar Alyssa ketika menyatakan kekhawatirannya.


kekurangan zat besi


Hal ini diiyakan pula oleh Tya dalam mendampingi buah hatinya. “Bagi anak-anak saya yang masih berusia 4 tahun dan 1,5 tahun, ternyata masalah gizi seperti kekurangan zat besi dapat menjadi salah satu penyebab anak lebih pemurung dan pendiam di rumah. Padahal, orang tua pasti mengharapkan anaknya tumbuh sehat, supel, dan punya banyak teman. Memberikan Kanaka dan Kalundra makanan dengan gizi seimbang dan mengajak mereka untuk bermain bersama menjadi kiat saya untuk memastikan mereka dapat berkembang dengan baik.”

Justru dari kekhawatiran mereka berdua ini, saya jadi jauh lebih tenang. Ternyata, saya tidak sendirian. Berpikir kreatif itu harus. Biar anak mau makan dan tentunya perkembangannya dapat terstimulus dengan baik.

Alhamdulillah, kini Danone Specialized Nutricion memiliki situs www.generasimaju.co.id yang dapat membantu kita untuk mengukur ketersediaan zat besi si kecil. Melalui situs ini, kita akan mendapatkan beberapa pertanyaan yang membantu kita untuk menskrining bagaiamana kondisi si kecil. Dengan cara ini, kita bisa memastikan apakah anak kita sudah cukup memperoleh zat besi atau belum.

Webinar


Kesimpulan

Masalah kekurangan zat besi bukan hanya masalah satu dua ibu. Ini merupakan masalah kita semua yang perlu diselesaikan bersama. Harapannya, kita semua bisa bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu Generasi Emas 2045.

So, tidak perlu khawatir berlebih. Tetap berpikir kreatif dalam membersamai si kecil and stay strong. 

By the way, kalau kalian punya cerita dalam mengatasi kekurangan zat besi anak, share di kolom komentar ya...

Nov 16, 2020

Penggunaan Gadget untuk Anak Usia Dini

screen time


Menjadi orangtua milenial itu adalah tantangan tersendiri. Anak yang lahir dari rahim kita, mau nggak mau akan bersinggungan dengan gadget. Dulu, tantangannya cuma televisi saja. Ketika akses televisi dicabut, maka terputuslah anak-anak dari gadget. Tapi, sekarang tidak demikian. Masih ada gadget-gadget yang lain.

Sementara kita masih mencari cara untuk membatasi mereka dari gadget, tiba-tiba batita kita sudah mahir mengoperasikan gadget. Foto selfie dengan filter-filter lucu misalnya. Kalau hanya sebatas itu saja, masih oke. Hal yang membuat ngeri-ngeri sedap adalah ketika mereka mulai kecanduan gadget.

Pemberian Gadget untuk Anak di Bawah 2 Tahun, Yey or Ney?

gadget di bawah 2 tahun


Ini salah satu pergolakan batin juga sih. Dalam salah satu video dokumentasi seminar parenting, dr. Tiwi menyampaikan kalau beliau tidak merekomendasikan gadget untuk anak di bawah 2 tahun. Kalau bisa, jangan sama sekali. 

Memang, tidak semua anak begini. Tapi, ada banyak sekali anak yang mengalami keterlambatan perkembangan karena terlalu banyak terpapar gadget. Speach delay, misalnya. Atau bisa juga motoriknya yang terlambat.

Bagi saya, ini make sense. Kita bisa amati dari lingkungan sekitar kita aja. Kalau lagi dine in di resto, kadang-kadang ada keluarga yang bawa anaknya kan. Solusi yang mereka tawarkan ke anak agar bisa duduk tenang apa? Gadget. Putarkan saja channel Youtube favorit anak mereka, pasti tenang. 

Untuk anak yang sudah agak besar, bukan Youtube lagi yang diputar. Tapi sudah permainan game online. Itu gadgetnya sampai kaya mau nempel sama mata kalau mereka udah asyik.
Saya pribadi tidak ingin Ghazy dan adik-adiknya seperti itu. Jadi, sebisa mungkin saya hadir untuknya. Kalau dia bosan, ya kami berikan permainan lain yang membuat dia tertarik.

Ketika Ghazy Mulai Kenal Gadget

kecanduan gadget


Kalau ditanya apakah saya setuju dengan pemberian gadget untuk anak di bawah 2 tahun? Jawabannya amat sangat tidak setuju. Tapi sayangnya, saya belum bisa 0 screen time untuk Ghazy. Huhuhu..

Ada masa ketika saya betul-betul mati gaya main sama Ghazy. Semua permainan yang bisa terpikir oleh saya, sudah kami mainkan. Bahkan, kami juga sudah mengintip dari sumber-sumber lain, seperti aplikasi Chai's Play atau kanal YouTube. Tapi ya itu tadi, tetep aja mati gaya.

Kalau sudah begini, biasanya saya putarkan Ghazy video dari YouTube. Bukan cuma saya, suami pun demikian. Tapi kami sama-sama berjanji ke diri sendiri bahwa Ghazy maksimal hanya boleh nonton 1 video dengan durasi pendek.

Apakah ini berhasil? Ternyata tidak.

Saya tidak tahu kapan hal ini bermula. Ghazy mendadak jadi suka merengek minta nonton dari YouTube. Dia mulai paham di mana dia bisa mendapatkan akses itu dan dengan siapa dia harus meminta. 

Ada HP nganggur. Ada Abi. Artinya, bisa nonton YouTube.

Apa yang terjadi kalau tidak diberikan? Tantrum. Sungguh wadidaw bukan. Umurnya saja belum genap 1 tahun, tapi sudah pandai memainkan strategi seperti itu.

Tips Mengurangi Screen Time pada Anak Usia Dini

terapi gadget


Meski Ghazy sudah terpapar dengan gadget, saya masih harus banyak besyukur karena dia belum dalam taraf kecanduan. Tidak setiap hari dia nonton YouTube. Tidak setiap hari juga dia merengek memintanya. Ghazy bahkan masih lebih sering minta dibacakan buku daripada diputarkan video. Alhamdulillah...

Bisa dibilang, ini karena kami segera menyadari hal ini. Begitu Ghazy mulai menunjukkan gelagat demikian, kami langsung rapat dadakan dan membuat keputusan untuk mengurangi screen time-nya. Ada beberapa tips yang ingin saya bagikan untuk kalian yang mungkin mengalami masalah serupa. Sebelum anak semakin candu dengan gadget, ini cara yang saya dan suami lakukan untuk mengurangi screen time pada anak.

1. Buat kesepatan dengan pasangan

Semua aturan screen time yang kita buat akan sia-sia kalau pasangan belum sepakat dengan hal ini. Bisa jadi kita melarang anak menonton, tapi ternyata tidak dengan suami. Ambyar sudah. Oleh karena itu, samakan tujuan dulu. Sepakati tujuan akhir bersama agar anak pun bisa mengikuti.

2. Ajarkan konsep kepemilikan pada anak

Anak perlu diajarkan konsep kepemilikan. Gadget yang ada di rumah ya milik orangtua. Mereka hanya boleh menggunakan kalau dipinjami. Kalau tidak boleh, ya tidak akan diberikan. 

3. Beritahu fungsi gadget untuk kita

Buat saya, gadget adalah alat perang untuk menghasilkan rupiah. Iya, pekerjaan saya memang berhubungan dengan gadget. Begitu juga dengan suami. Kalau Ghazy mulai merengek, biasanya saya akan jelaskan kalau HP yang kami gunakan itu dipakai untuk bekerja. Lalu, kami tunjukkan padanya aktivitas kami dengan gadget apa. Biasanya, Ghazy akan mengerti dan berhenti merengek lagi.

4. Batasi screen time, bila lebih alihkan

Anak perlu diberi batas kapan boleh melihat layar dalam sehari. Untuk anak usia dini, sulit untuk memberi tahu bahwa waktunya sudah habis. Jadi, kalau batas waktu sudah hampir habis, coba alihkan perhatian anak dengan aktivitas lain yang lebih seru.

5. Hadir secara utuh untuk anak

Kalau saya amati, sebetulnya anak akan minta gadget ketika mereka bosan. Ini terjadi karena kita pun sedang sibuk dengan dunia kita sendiri. Sibuk dengan pekerjaan, scrolling instagram, dan lain-lain. Coba kalau kita hadir secara utuh di dekatnya. Bukan hanya raga kita yang hadir, tapi berikan dia perhatian yang tulus. Anak juga akan menikmati waktu bermain bersama kita dan melupakan gadgetnya. 

Ini juga yang Bunda Elly pernah sampaikan dalam Elly Risman menjawab pada ibu yang baru resign dan anaknya kecanduan gadget. Hadir dulu untuk anak. Buat anak jatuh cinta ke kita, butuh ke kita, dibanding gadgetnya. Semuanya pasti bisa, kalau kita mau mengupayakan.

Kesimpulan

Banyak pakar yang tidak menyarankan penggunaan gadget pada anak usia dini. Meski begitu, mewujudkan zero screen time untuk anak usia dini itu juga butuh effort besar. Adakalanya kita menyerah dengan keadaan dan memberinya gadget agar punya waktu istirahat. Sebelum anak kecanduan gadget, kita bisa mulai mengatasinya dengan sigap.

Nah, kalau kamu punya pengalaman serupa tentang mengurangi screen time pada anak, kasih tahu ya...

Oct 26, 2020

Ketika Perpisahan Menjadi Sebuah Pilihan

Perceraian


Wih, judulnya ngeri ya. Saya kepingin nulis ini untuk menyalurkan segala rasa yang terpendam. Beberapa hari ini, saya mendengar kabar perceraian dari lingkup pertemanan saya. Betul-betul mengejutkan. Tapi, kalau tahu cerita mereka dari awal, saya nggak bisa menyayangkannya. Semacam, ya itu keputusan terbaik untuk mereka.  

Pandangan Terhadap Perceraian  

Cerai


Dulu, saya agak skeptis soal perceraian. Ini karena saya kebanyakan nonton infotainment. Tahu sendiri kan artist-artist itu banyak sekali yang bercerai. Seolah pernikahan bukan sesuatu yang amat sakral hingga dengan mudahnya diakhiri. Apalagi, mereka bilang alasan perceraiannya karena tidak bisa bersama lagi. Ini tentunya memunculkan prasangka lain, apa iya tidak bisa dibenahi? Jangan-jangan karena mereka saja yang tidak sabar.  

Pandangan ini kemudian berubah ketika saya bertemu seorang janda sekian tahun lalu. Dia ceritakan alasannya bercerai dengan suaminya. Ini sama sekali bukan masalah yang sepele.  

"Seminggu setelah menikah, suamiku ngencingin aku. Aku kaget banget. Tapi dari situ, aku tahu kalau dia punya gangguan jiwa. Sesuatu yang tidak disampaikan oleh pihak keluarga atau siapapun yang tahu akan hal ini."  

Huaaah.. Nyesek banget. Sudah menikah, baru tahu kalau suaminya begitu. Please, jangan menuduh karena mereka ta'aruf. Jangan. Realitanya, ada juga kasus serupa dari orang yang sudah kenal dekat cukup lama. Pernah pacaran lama, lalu bertaubat dan memutuskan untuk menikah. Ini juga ada.  

Selama pacaran, tidak ada tanda-tanda gangguan kejiwaan. Baru setelah menikah, tanda-tanda itu muncul. Innalillahi wa innalillahi rajiun. 

Saya sama sekali nggak bisa membayangkan bagaimana rasanya ada di posisi mereka.  Gangguan jiwa yang dialami oleh pasangan ini yang membuat mereka mendapatkan penyiksaan fisik ketika pasangan mereka hilang akal. Ini bukan lagi tampar menampar ya. Tapi, sudah sampai pada percobaan pembunuhan.  

"Aku nggak berani geletakin pisau sembarangan, Lel. Aku takut pas suamiku kumat terus pakai pisau itu."  

Apa cuma itu? Nggak. Ada lagi. Sesuatu yang lumayan bikin diri terhenyak. Berat sekali cobaan mereka, Ya Allah.  

Cerita-cerita yang amat real ini yang mengubah pandangan saya terhadap perceraian. Nggak semua orang bercerai hanya karena masalah ekonomi. Nggak semua orang bercerai dengan alasan amat sederhana, "kita sudah tak sejalan lagi."   

Nggak semuanya begitu!  

Realitanya, ada masalah-masalah yang terlalu rumit untuk dijelaskan. Jadi, ya memang benar, perceraian adalah salah satu solusi yang Allah berikan kepada kita dalam mengarungi kehidupan. Meskipun, hal ini adalah sesuatu yang Allah tidak sukai pula.  

Artinya apa? Selesaikan dulu masalahnya, bangun kembali keharmonisan keluarga dulu. Pelajari ilmunya. Tapi, kalau memang ada kondisi yang memang tidak bisa ditawar lagi, contohnya ya pasangan yang hilang akal tadi, perceraian bisa menjadi solusi.  

Jalan Terbaik Pun Butuh Penyesuaian  

Cerai


Setiap memasuki fase kehidupan baru, penyesuaian itu pasti ada. Untuk babak baru yang menyenangkan dan begitu diharapkan, seperti pernikahan dan punya anak saja, ada fase berderai air mata di awal. 

Menyesuaikan diri dengan pasangan, status baru, anggota keluarga yang baru, keriwehan yang baru. Padahal, dulunya kita begitu menginginkan hal ini.   

Kalau untuk menjalani kehidupan pernikahan dan punya anak saja begitu, apalagi ketika kita harus berhadapan dengan perpisahan. Ini semacam petir di siang bolong sih kalau menurut saya. Meskipun, kita tahu bahwa itu adalah pilihan terbaik yang paling mungkin diambil, tetap saja tidak akan mudah menjalani semuanya. Tanpa ada anak saja sudah sulit. Apalagi, kalau ada anak dari buah pernilahan sebelumnya. Ya Allah, saya betul-betul tidak bisa membayangkan.  

Kaki yang mulai terbiasa berjalan beriringan, kemudian salah satunya harus diambil. Sulit sekali untuk bisa berjalan tegak dengan satu kaki. Menopang badan sendiri saja sulit, apalagi membawa beban lain. Sudah pasti jauh lebih sulit. Tapi, bukan berarti mustahil. Ini hanya soal waktu.  

Pada akhirnya, saya hanya mampu melambungkan doa agar orang-orang ini bisa menemukan jalan untuk bisa terus melangsungkan hidup. Punya teman yang bisa merangkul dan menggandeng tangannya untuk menjalani babak baru kehidupan. Semoga Allah pun segera menghapus luka di hatinya dan mendatangkan sosok pasangan hidup baru yang jauh lebih baik dari sebelumnya.  

Membuka Lembaran Baru, Mungkinkah?  

Cerai


Dalam doa yang saya panjatkan untuk mereka, saya sungguh berharap teman-teman saya ini bisa dipertemukan dengan pengganti suaminya. Sosok yang jauh lebih baik dan waras dalam menjalani hidup. Sosok yang mau bertanggung jawab dengan keluarganya. Tapi, kemudian saya tersadar bahwa membuka lembaran baru itu tidak mudah.  

Saya masih ingat ketika dulu baru saja gagal menikah. Ada perasaan dibuang oleh mantan dan keluarganya. Rasanya, tidak ada orang lain yang sanggup memahami dengan amat baik, kecuali saya dan keluarga. Tamparan itu saja rasanya sudah amat keras. Saya sempat limbung dan tidak tahu harus apa.   

Ada rasa ingin segera dipertemukan dengan orang baru. Tapi, di sisi lain saya takut untuk gagal kembali. Ketakutan itu yang mungkin membuat saya jadi amat selektif ketika memilih pasangan hidup.   

Itu saya yang gagal menikah. Apalagi mereka yang pernikahannua gagal, ini mungkin akan jauh lebih sulit.  Membuka lembaran baru sebetulnya tidak selalu sulit kalau Allah sudah berkehendak. Ini hanya butuh proses untuk menghadapi semua. Ada luka yang butuh disembuhkan terlebih dahulu. Ada langkah kaki yang butuh dikuatkan untuk menjalani hari.   

Kenapa dulu saya begitu cepat untuk bangkit, sementara mantan saya tidak? Padahal, dia yang meninggalkan saya.   
Jawabannya, ada di doa. Ketika masalah itu mulai datang, saya tahu bahwa bibir ibu saya tidak pernah basah untuk mendoakan saya. Beliau mohonkan agar saya diberi kekuatan untuk menghadapi apapun yang akan terjadi.  

Saya pun melambungkan doa yang sana.  Saya sendiri tidak tahu dari mana datangnya kekuatan itu. Kalau dipikir-pikir lagi, kegagalan itu cukup menjadi alasan bagi saya untuk tidak mencoba membuka hati dalam waktu lama. Nyatanya tidak demikian. Saya cukup mudah untuk move on.  

Saya yakin bahwa bibir ibu dari teman-teman saya ini tidak pernah basah mendoakan anak-anaknya. Bahkan, deraian air mata pun akan tercucur dalam doa-doa mereka. Memohon dengan amat sangat untuk kebahagiaan anaknya.   

Realitanya, ada juga teman yang alhamdulillah bisa move on dan mendapatkan pengganti yang mau menerima dia apa adanya. Saya betul-betul bahagia ketika akhirnya kabar bahagia itu datang. Pasalnya, kehidupannya pasca bercerai itu juga tidak mudah. Alhamdulillah, akhirnya dia nemu juga.   

Penutup  


Sebetulnya, saya bingung ingin mengakhiri tulisan ini dengan apa. Realitanya, tulisan ini memang ditulis untuk menyalurkan segala hal yang terpendam di dalam dada. Dapat curhatan yang macam gini tuh menguras energi sekali, kepikiran terus. Jadi, saya sekalian mau mohon maaf kalau ada curhatan yang tidak saya balas. Terutama segala jenis curhat yang masuk dari artikel toxic parents. Masya Allah, kadang saya juga nggak sanggup menanggapinya.  
Well, perpisahan itu berat sekali. Saking beratnya, ada yang mungkin mulai terganggu kesehatan mentalnya. Mulai mengalami depresi hingga menyakiti diri sendiri. Kalau sudah ada di fase ini, please minta tolong ke ahlinya. Berdoa iya, minta tolong iya.   
Sayangi diri sendiri dulu. Kasih perhatian ke diri sendiri dulu, sebelum akhirnya kasih ke orang lain, entah itu anak atau orang tua. Karena, gimana kita bisa ngasih kalau kita nggak punya?  
With love,

Oct 12, 2020

Liburan Bareng Bayi Saat Pandemi, Yey or Ney?

liburan saat pandemi


Siapa yang udah kangen liburan angkat tangan? Ini sih saya banget. Saya udah kangen bisa liburan dengan tenang tanpa memikirkan harus mematuhi segala protokol kesehatan. Saya juga kangen banget pingin pulang ke rumah. Maklum, sejak pindah ke Bogor, saya belum pernah pulang kampung.

Sayangnya, saya punya kondisi yang tidak bisa sembarangan untuk keluar rumah. Bahkan, orang masuk ke rumah pun nggak bisa sembarangan. Saya punya bayi. Nggak kebayang sih kalau anak saya sampai sakit dan kami harus terpisah untuk beberapa waktu atau bahkan selamanya. Membayangkan itu saja, saya udah ambyar duluan.

Antara Ingin Liburan dan Takut Covid-19

liburan saat pandemi


Kalau ditanya, takut nggak sih keluar rumah? Jawabannya ya takut. Apalagi banyak orang yang mengabaikan segala protokol kesehatan ini. Tapi, tidak bisa dipungkiri juga kalau saya betul-betul tidak tahan ada di rumah saja. Rasanya udah kaya mau meledak. Pingin banget liburan dan ajak Ghazy ke tempat wisata keluarga.

Tidak semua keinginan harus dipenuhi. Ini yang selama ini saya pegang. Bahkan, ini cukup untuk jadi rem saya untuk tidak merengek minta liburan ke suami. Saya cukup tenang meski banyak menghabiskan waktu di rumah sampai saya baca postingan salah satu teman yang berlibur ke Kebun Raya Bogor. Dari situ, saya mulai berpikir kalau sepertinya tidak masalah mengajak Ghazy liburan ke tempat wisata. Asalkan, tempat wisata yang dipilih cukup aman untuk menjaga jarak dari orang lain.

Pertimbangan Memilih Tempat Wisata Saat Pandemi

liburan saat pandemi


Pingin banget jalan-jalan atau liburan bawa bayi. Tapi, nggak pingin risau berlebih karena  memang sedang dalam pandemi. Ini sih bisa banget diakalin. Tinggal gimana kita aja untuk memilih tempat wisata mana yang akan dituju. Kalau saya dan suami, ada dua hal yang menjadi pertimbangan kami dalam memilih tempat wisata.

1. Tempatnya ada di alam terbuka

Waktu awal-awal pandemi, saya sempat cari tahu benerapa cara penyebaran virus ini. Virus ternyata amat mudah menyebar kalau kita ada di dalam ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang buruk. Droplet yang keluar akan terkungkung dalam ruangan dalam waktu lama. Bahkan, dia bisa menempel ke benda-benda sekitarnya.

Karena alasan inilah, kami selalu memilih tempat wisata alam terbuka. Ini juga terinspirasi dari Zaskia Mecca yang membawa pasukannyae salah satu coban di Jogja. Tempatnya seru banget. Anak-anak senang. Orangtua pun tenang.

2. Pilih tempat wisata yang sepi

Well, memilih tempat wisata di alam terbuka tidak menjadi satu-satunya pertimbangan ya. Beberapa tempat wisata, meski judulnya wisata alam ternyata justru membuat risau. Kenapa? Ramai.

Kebayang nggak sih kalau kita liburan di tempat ramai dengan kondisi pandemi semacam ini? Kalau saya dan suami sih, sudah pasti auto tidak tenang. Kepikiran kalau ketemu sama Orang Tanpa Gejala (OTG). Iya kalau daya tahan tubuh kami bagus, kalau nggak? Kasihan Ghazy sih.

Intinya, tempat wisata yang dipilih juga harus memungkinkan kita untuk melakukan physical distancing di sana. Jadi, saat liburan bareng keluarga, semuanya bisa enjoy menikmati liburan.

Tips Liburan Aman Bersama Bayi

liburan saat pandemi


Dua hal yang saya sebutkan di atas sudah bisa menjadi pertimbangan untuk memilih lokasi yang aman untuk liburan. Setidaknya, sampai lokasi tuh udah tenang. Kita nggak kepikiran ini itu lagi. Tapi, namanya liburan ya. Bisa jadi kita butuh makan di lokasi. Bisa jadi juga, kita butuh tempat untuk menginap. Dan, pastinya kita juga butuh lokasi untuk beribadah. 

Nah loh, kalau sudah begini, banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan agar liburan tetap aman dan nyaman bersama bayi. Ada sedikit tips dari saya yang sekiranya bisa membantu kalian yang ingin sekali liburan keluarga dengan budget minimalis tapi tetap aman. Simak ya.

1. Hindari bepergian dengan menggunakan mode transportasi umum


Pingin jalan-jalan ke luar kota atau bahkan luar pulau? Kalau bisa ditahan dulu deh. Apalagi masih punya bayi. Selain pertimbangan jarak, ini lagi ada koronce guys. Kalau pergi keluar kota atau pulau kan pasti butuh transportasi umum. Nggak mungkin naik kendaraan pribadi aja. Sementara itu, kita nggak bisa menjamin apakah orang yang kita temui di sana peduli dengan protokol kesehatan. Realitaya, kita tahu sendiri berapa banyak orang yang sudah abai dengan hal ini.

So, kalau mau liburan, sebisa mungkin untuk menghindari pakai mode transportasi umum. Apalagi bawa bayi. Kalau punya mobil dan bisa dimanfaatkan, alhamdulillah. Kalau misal nggak punya, coba cari tempat lain yang dekat tapi bisa dipakai liburan juga. Bayi tuh mintanya nggak aneh-aneh kok. Sebetulnya, dia nggak diajakin ke mana-mana juga nggak masalah. Kitanya aja yang bosen kalau di rumah aja.

2. Hindari makan di tempat umum

Liburan memang nggak komplit kalau tidak mencicipi kuliner di daerah setempat. Tapi, kita juga harus ingat kalau ini sedang dalam pandemi. Orang makan ya pasti buka masker. Nah, masalahnya tidak semua tempat makan memungkinkan untuk physical distancing. Jadi, kalau memang tidak mendesak sekali, sebaiknya hindari makan di tempat umum. 

Ada baiknya kalau kita bawa bekal makan dari rumah. Semua peralatan makan dari rumah yang kita sudah percaya kebersihannya. Kalaulah ternyata tidak bisa, pilihan drive thru bisa juga dijadikan opsi. Terakhir banget, kalau nggak bisa bawa bekal atau drive thru, coba pilih tempat makan yang tidak terlalu ramai. Jadi, kita masih bisa makan dengan tenang di sana.

"Kalau nggak ramai kan biasanya nggak enak."

Pilih makan enak terus ketemu OTG apa pilih aman? Itu sih pilihannya. Semua kembali ke pilihan masing-masing. Resiko dan konsekuensi juga ditanggung sendiri.

3. Pilih masjid yang aman

Maksudnya apa nih? Gini, awalnya sih saya pikir semua masjid itu sudah aman. Ternyata tidak demikian. Ada masjid yang punya tempat wudhu kecil. Sementara itu, lokasinya di tepi jalan besar dan memang sering dipakai transit sholat. Ini sih sudah jelas big no ya.

Kalau nemu masjid yang begini, mending cari yang lain aja. Ini juga jadi reminder buat kita untuk segera cari tempat sholat kalau udah waktunya. Intinya sih, jangan sholat di injury time. Takutnya nggak keburu dan dapat masjid yang kurang kondusif untuk jaga jarak.

4. Bijak memilih penginapan, bila harus menginap

Saya pribadi tidak menyarankan untuk liburan sampai menginap di suatu tempat. Kenapa? Kita tidak tahu pasti bagaimana SOP hotel ketika pandemi. Iya kalau taat protokol banget. Kalau nggak?

Tapi, semisal harus banget menginap, sebaiknya betul-betul mempertimbangkan hotel yang akan menjadi tujuan. Pilih yang bersih dan nyaman. Selama di hotel, kita bisa  makan dari dalam kamar saja. Meskipun banyak sekali fasilitas yang diberikan oleh hotel, sebelum menggunakan sebaiknya dicek terlebih dahulu bagaimana situasi di sana. Memungkinkan untuk berkerumun atau tidak?

5. Patuhi protokol kesehatan dan jangan memaksa

Maksudnya apa sih? Prioritas utama kita saat ini adalah sehat. Jangan sampai gara-gara liburan terus jadi sakit. Jangan sampai ya. Naudzubillah min dzalik.

So, jangan memaksakan keadaan kalau memang tidak memungkinkan untuk berlibur. Sabar aja dulu. Tunggu keadaan membaik atau ada vaksin. In syaa Allah semua akan indah pada waktunya.

Oya, kalau memang sudah pingin sekali jalan-jalan tapi terkendala ini itu, jalan-jalan keliling kota mungkin bisa jadi pilihan. Tujuannya ke mana? Ke mana aja boleh, asal di mobil aja. Saya biasanya gitu kalau weekend. Keliling Kota Bogor tanpa ada tujuan yang pasti. Literally random.

Kesimpulan


Jadi, kalau ditanya boleh nggak sih liburan bareng bayi saat pandemi? Jawabannya tergantung situasi dan kondisi. Lokasi wisata tujuannya mana, kondisi di sana seperti apa dan lain-lain. Kalau memang memungkinkan untuk jaga jarak dan meminimalisir penyebaran virus, oke-oke aja sih. Tapi kalau tidak ya mending jangan.

Oct 5, 2020

Optimasi Instagram untuk Blogger, Bukan Sekedar Menambah Kunjungan di Blog

optimasi instagram


Peran sosial media bagi seorang blogger memang cukup besar. Boleh dibilang, ini merupakan salah satu jendela pertama artikel kita dapat diakses orang lain. Sebelum akhirnya SEO bekerja, tentunya. Kalau bisa memegang kendali pada platform sosial media, tidak menutup kemungkinan kunjungan di blog kita akan semakin meningkat. 

Ini cukup menarik. Siapa sih yang nggak kepingin blognya laris manis? Semuanya pasti mau, kecuali kalau dia hanya menjadikan blog sebagai diary digital yang orang lain tidak perlu tahu apa isinya.

Sayangnya, semua itu tidak bisa didapatkan secara instan. Jangan dikira ketika kita meletakkan link di sosial media lalu urusan selesai. Kemudian, orang-orang beramai-ramai mengklik tautan yang kita bagikan itu. Tidak semudah itu, Maemunah.

Coba posisikan diri kita sebagai pembaca. Apa sih yang membuat kita mau membaca artikel yang dibagikan di sosial media? Yap, judul yang menarik dan membuat penasaran. Tapi, ini hanya bisa dijangkau kalau postingan kita terbaca. Iya apa iya?

Sosial media yang dulu dan sekarang itu berbeda jauh. Kalau dulu postingan akan tayang berdasarkan kapan kita post, sekarang sudah tidak lagi. Algoritmanya berubah. Dan, kalau mau menguasai masing-masing algoritma dari sosial media ini, tentu akan memakan banyak sekali waktu. Tidak jarang, ini malah bikin pusing sendiri.

It's okay kalau memang sanggup. Tapi, kalau tidak sanggup untuk mempelajari semuanya, dari pada asal posting, coba pilih salah satu platform yang ingin dikuasai. Mau pilih Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, atau bahkan TikTok, bebas. 

Ini pula yang saya jadikan alasan untuk tidak mengoptimalkan semua platform sosial media yang saya miliki. Saya hanya mengambil salah satu platform untuk dioptimasi. Dan, pilihan saya jatuh pada Instagram.

Kenapa Memilih Instagram?

Bagi saya dan banyak orang yang memilih untuk mengembangkan platform ini, tentu bukan hanya sekedar suka atau tidak suka saja. Tapi, ada potensi besar yang kami lihat dari Instagram ini. Kita bisa tengok bagaimana gambaran pengguna Instagram di Indonesia ini.

pengguna instagram


Menurut NapoleonCat, pengguna Instagram di Indonesia per Juni 2020 sejumlah 73 juta orang. Ini adalah angka yang amat fantastis. Sebagai blogger, jumlah ini tentu akan amat sangat menguntungkan. Bayangkan bila 1% saja dari pengguna instagram mengunjungi blog kita, berapa banyak traffic yang akan kita dapatkan? Banyak sekali tentunya.

Lebih dari itu, kita bisa memanfaatkan platform ini untuk membangun personal branding. Kita ingin orang mengenal kita sebagai apa. Dari sini, tidak menutup kemungkinan peluang-peluang lain juga akan datang menghampiri kita. Kerja sama dengan brand tertentu, misalnya. Atau, menjual produk atau jasa sendiri. 

Tulisan-tulisan kita di blog pada akhirnya akan mampu dijangkau banyak orang. Banyak orang yang menanti dan menghargai karya kita. Bahkan, ini bisa dijadikan salah satu cara untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Mengenal Algoritma Terbaru Instagram

Algoritma instagram


Semua peluang yang bisa kita dapatkan dari instagram akan dapat kita peroleh kalau akun instagram kita bertumbuh. Mau swipe up, bisa. Mau dapat endorse, bisa. Bahkan, mau jadi pembicara pun bisa.

Lalu, bagaimana caranya agar akun kita bisa mengalami pertumbuhan yang signifikan hingga dilirik oleh pembaca atau brand

Mari, kita mulai dari hal yang paling dasar, yaitu mengenal algoritma Instagram. Kalau kita sudah mengenal, tentu akan lebih mudah untuk mencari cara menaklukkannya, bukan?

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, Instagram yang dulu ternyata berbeda dengan sekarang. Kalau dulu, kita akan melihat postingan orang lain berdasarkan urutan waktu. Postingan paling atas yang akan kita jangkau adalah postingan yang paling baru ditayangkan. Tapi, kini sudah tidak lagi.

Postingan kita hanya akan dijangkau oleh 10% follower kita. Selebihnya, ini tergantung dari respon mereka. Kalau responnya baik, maka instagram akan memberikan kesempatan pada akun kita untuk dijangkau oleh lebih banyak orang lagi. Kalau tidak, postingan kita akan tenggelam begitu saja. Artinya, punya follower banyak tidak bisa menjadi jaminan postingan kita sampai ke audience

Dulu, Instagram biasa digunakan untuk mengumpulkan portofolio karya kita. Punya foto menarik, post. Abis ngisi seminar, post. Anak kita bisa ini itu, post. Selebihnya, orang akan mudah sekali menjangkau itu semua. Saking mudahnya, sering kali mengganggu juga.

Mungkin karena alasan itu juga, akhirnya Instagram mengubah algoritmanya. Tidak peduli berapa banyak follower yang kita miliki, instagram hanya akan menayangkan berdasarkan apa yang follower kita suka. Bagaimana tahunya suka atau tidak? Ini dilihat dari interaksi mereka. Suka sama akun seperti apa sih? Biasanya reply, like, coment, save, dan share akun seperti apa?

Instagram yang dulunya tempat mengumpulkan portofolio berubah menjadi tempat membangun kehidupan sosial di dalamnya. Artinya, bukan hanya seberapa banyak karya yang mampu kita sajikan, tapi berapa banyak interaksi yang ada di dalamnya. Semakin banyak interaksi yang mampu dihasilkan, maka makin sering juga akun kita direkomendasikan instagram ke akun-akun lain. Instagram kini menuntut kita untuk lebih aware lagi pada konten apa yang akan kita sajikan dan kapan waktu menayangkannya agar jangkauannya bisa lebih luas lagi.


Strategi Pengembangan Akun Instagram

Banyak orang mengira bahwa semakin banyak follower yang dimiliki, maka semakin banyak juga jangkauan yang bisa kita dapatkan. Ini tidak sepenuhnya salah. Meskipun, tidak benar juga.

Kenapa demikian? Iya betul, semakin banyak follower memang bisa memberikan jangkuan besar. Kurang lebih ada 10% follower kita yang mampu melihatnya. Tapi, ini hanya berlaku di 1 jam pertama setelah postingan kita ditayangkan. Apakah postingan kita akan dijangkau lebih banyak orang atau tidak, ini tergantung dari konten yang kita sajikan. Apakah dia mampu menarik interaksi pengguna lain atau tidak. Artinya, basis follower yang besar, bisa jadi memiliki jangkauan yang lebih kecil dibanding akun dengan follower kecil. Ini bisa terjadi bila konten yang disajikan tidak menarik bagi audiences.

Jadi, apa langkah yang harus saya lakukan. Ada beberapa strategi pengembangan instagram yang sudah saya jalani sejak awal September lalu. Apa saja itu?

strategi optimasi instagram


1. Menentukan niche dan target pembaca

Memang, menentukan niche dan target pembaca itu adalah hal yang tidak mudah. Ini bahkan seperti sebuah pencarian jati diri. Tapi, percayalah. Setelah kita memilih niche, apalagi yang lebih spesifik, ini akan memudahkan langkah kita selanjutnya.

Niche bukan hanya sekedar tema besar yang akan kita pilih. Niche juga mampu memudahkan kita untuk branding diri. Kita ingin dikenal sebagai siapa. Itu pula tujuan memiliki niche. Dari sini, siapa target pembaca kita, konten apa saja yang akan disajikan, mau belajar apa untuk memperdalam konten, ini semuanya akan jauh lebih mudah.

Sama seperti orang lain, saya juga butuh waktu hingga bisa menentukan niche apa yang saya pilih. Setelah bertapa sekian purnama, saya pun memilih untuk menggunakan niche parenting. Baik di blog, maupun Instagram saya. Target pembaca yang saya pilih adalah ibu maupun calon ibu dengan range usia 25-34 tahun.

2. Membuat konten yang menarik

Content is the key. Ada dua tipe konten yang biasanya akan mendatangkan banyak interaksi. Pertama, konten yang menghibur. Kedua, konten edukasi.

Konten hiburan ini bisa dalam bentuk sajian visual. Konten-konten photography, kecantikan, musik, atau meme lucu, misalnya. Saya pribadi kurang bisa membuat konten semacam ini. Jadi, saya pilih tipe konten edukasi.

Sejak awal September, saya secara rutin membuat konten edukasi seputar parenting di akun instagram saya. Ini cukup mendatangkan banyak sekali interaksi bahkan follower baru secara organik. Tidak hanya itu, konten-konten yang saya buat juga banyak direpost maupun share oleh akun lain. Jangkauan yang dihasilkan oleh konten tersebut, bahkan ada yang melebihi follower yang saya miliki.

Apa imbasnya ke blog saya? Website click dari instagram juga naik. Meski tidak banyak. Mungkin, kalau follower saya sudah tembus angka 10k, website click ini bisa lebih banyak dari ini.

3. Riset hashtag

Konten yang saya buat bisa menjangkau banyak orang tidak lain dan bukan karena hashtag yang saya sematkan di setiap postingan. Hashtag yang ada tentu bukan sembarang hashtag. Saya memilih hashtag yang relevan dengan konten saya. Selain itu, saya pilih volume yang tidak terlalu besar. 

Kenapa demikian? Ini agar konten saya bisa mendominasi hashtag tersebut. Jadi, kemungkinan orang menjangkau postingan saya pun semakin besar.

Berapa jumlah hashtag yang biasa saya pakai? Ini tidak tentu. Untuk konten carousel, biasanya saya menyiapkan sedikitnya 10 kelompok hashtag. Dalam setiap postingan, hashtag yang saya gunakan juga berbeda.

4. Bangun interaksi

Interaksi adalah cara yang bisa kita gunakan untuk memperluas jangkauan konten kita. Poin utamanya, pastikan konten yang kita sajikan memiliki banyak interaksi di 1 jam pertama setelah tayang. Bagaimana caranya? Saya biasanya bergabung ke dalam support group untuk meningkatkan interaksi. Selanjutnya, respon tiap interaksi yang masuk. Kalau ada komentar, DM, atau respon dari story, sebisa mungkin saya balas.

5. Penjadwalan

Ini rahasia saya yang lain untuk bisa konsisten posting di Instagram. Mungkin banyak yang bertanya-tanya bagaimana caranya saya bisa membuat konten dan menayangkannya di prime time? Sementara itu, saya masih punya bayi yang begitu bergantung pada saya. Nah, ini dia jawabannya.

Saya biasa menggunakan Creator Studio untuk menjadwalkan konten apa yang akan tayang di akun Instagram saya. Waktu tayang, biasanya saya sesuaikan dengan jam kerja support group. Tentu saja, ini untuk mengoptimasi hashtag yang sudah saya pilih.

Lalu, kapan saya membuat konten-konten di instagram? Tentu saja menunggu Ghazy tidur. Setelah dia tidur, baru semua konten bisa saya eksekusi.

6. Pastikan jaringan internet memadai

Ini sih bagian yang tidak bisa ditawar lagi. Tanpa ada internet, artikel di blog tidak akan bisa tayang. Tanpa internet, artikel kita juga tidak akan bisa disebarkan melalui instagram atau platform sosial media yang lain. Tanpa internet juga, kita tidak bisa riset konten, membuat desain konten, hingga melakukan optimasi. Ya, kita butuh internet untuk lakukan semua strategi yang saya tuliskan di atas.

Sejak pandemi, aktivitas semua orang memang lebih banyak di rumah. Penggunaan internet juga semakin meningkat. Karena alasan inilah, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk pasang wi-fi di rumah. Kami kira masalah akan selesai sampai di situ. Ternyata, tidak.

Wi-fi amat sangat bergantung dengan listrik. Selain itu, dia juga tidak bisa dibawa ke mana-mana. Jadi, kalau mati lampu atau harus keluar rumah. Bye internet.

IM3 FREEDOM U


Alhamdulillah, kini ada IM3 ooridoo yang bisa dijadikan solusi masalah tersebut. Sekarang kita bisa semakin puas untuk #TerusTerusan akses aplikasi menggunakan Freedom U. Di dalamnya sudah ada aplikasi-aplikasi tambahan baru, seperti Netflix, Snapchat, Zoom, Webex, Microsotf Teams, Skype, dan Google Classroom. Selain ittu, kita masih bisa mengkases apkasi  favorit lainnya, seperti YouTube, Instagram, TikTok, Facebook, Spotify, Joox, WhatsApp, dan Line.

Mau riset konten? Bisa. Mau meeting dengan klien? Bisa. Mau update konten di Instagram? Bisa. Atau mau sekedar scrolling Instagram aja? Bisa banget.

Selain itu, kita juga tidak perlh khawatir lagi dengan pemakaian kuota aplikasi karena menggunakan kuota utama untuk tetap melanjutkan akses kuota aplikasi. Jadi makin non-stop internetan karena pulssa kita akan tetap aman dengan PULSA SAFE. Enaknya lagi, kuota bisa dipakak di mana saja.

Jangan Lupa untuk Menjadi Manusia

just be human


Saya memang cukup serius untuk mendalami instagram ini. Itu sebabnya, saya banyak belajar mengenai optimasi instagram. Alhamdulillah, bulan September lalu Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis bekerja sama sengan IM3 ooridoo untuk menggelar rangkaian webinar. Totalnya, ada 25 webinar yang mereka selenggarakan dengan tema "Mengoptimalkan Peluang Dunia Blog". Salah satu materi yang disampaikan adalah tentang Optimasi Intagram untuk Mendukung Dunia Blog

Materi tersebut disampaikan oleh ibu muda yang begitu energik, yaitu Mbak Pungky Prayitno. Satu jam materi bersama beliau begitu menyenangkan. Penyampaiannya juga sederhana dan mudah untuk dimengerti. Bahasa-bahasa teknis instagram yang tidak jarang bikin pusing, bisa beliau ramu dengan sederhana.

Satu hal yang beliau sampaikam dalam webinar tersebut yang amat mengena di hati saya.

"Jadilah manusia."

Adakalanya, kita perlu mengenyampingkan segala hal yang berhubungan dengan algoritma Instagram. Adakalanya, kita juga perlu mengabaikan segala strategi optimasi Instagram. Kemudian, cukup menjadi manusia seutuhnya.

Waktu kita tidak hanya digunakan untuk bermain Instagram. Kita juga punya kehidupan lain. Ada anak dan pasangan yang butuh diperhatikan. Ada rumah yang butuh sentuhan kita. Jangan sampai kesibukan kita di dunia maya membuat kita lupa akan apa yang ada di depan mata kita.

Ini cukup menyentil bagi saya. Sejak menjalankan strategi yang saya tulis di atas, saya memang jadi sering kurang tidur. Saya akan marah kalau ketiduran dan tidak dibangunkan oleh suami. Padahal, maksud beliau baik.

"Semalam kan Adek tidurnya cuma bentar."

Saya tidak bilang bahwa saya tidak bahagia menjalani itu semua. Saya senang menjalani semuanya. Saking senangnya, begadang hampir tiap malam pun tidak terasa lelah. Tapi, kalau itu diteruskan, rasanya saya akan berubah menjadi robot. Karena alasan ini pula, saya ubah lagi strategi supaya tetap bisa selow menjalankan semua ini. Intinya, waktu saya bersama keluarga, menjalankan amanah sebagai istri dan ibu, serta istirahat saya tidak lagi terganggu.

Kesimpulan

Well, kita sudah sampai ke kesimpulan. Intinya sih, Instagram bagi blogger itu adalah salah satu jendela yang bisa membuka peluang-peluang baru. Mau mendatangkan kunjungan bisa, mau branding diri bisa, apalagi untuk menunjukkan karya yang sudah kita hasilkan. Semuanya bisa. Hanya saja, itu semua butuh proses dan kegigihan untuk mewujudkannya. Kalau kita mau usaha dan tidak berhenti berjuang, apa yang kita impikan pasti bisa terwujud.

Mau punya banyak follower? Bisa. Mau blog ramai kunjungan? Bisa. Mau punya pembaca setia? Bisa juga. 

Semangat!

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog IM3 Ooredoo X IIDN Mengoptimalkan Peluang Dunia Blogging

lomba blog