Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Selangkah Lebih Maju untuk Menjadi Ibu Profesional

Aug 12, 2018



"Live is all about choosing wisely."
Hidup adalah sebuah pilihan. Tentang menjadi apa nanti, dan akan dibawa kemana diri ini. Pilihan yang kita ambil tentu saja tidak boleh lepas dari tujuan besar kita sebagai manusia, yaitu beribadah kepada Allah serta peran-peran yang Allah berikan kepada kita di muka bumi ini.

Hidup kita adalah perahu yang berlayar di perairan yang luas. Sedangkan kita adalah nahkoda yang akan membawanya, mengendalikannya, serta bertanggung jawab penuh dengan kapal ini.

Akan dibawa kemana?

Tentu kita bisa saja membiarkan kapal ini berjalan tanpa arah. Tapi apakah kita sepenuhnya yakin bahwa kapal ini akan sampai ditujuan akhir bila kita tidak mengendalikannya? Apakah kita yakin dia akan sampai pada tempat-tempat yang baik, bila kita tidak mengendalikannya.

You only live one. Hidup hanya satu kali, maka rencanakanlah hidupmu sebaik mungkin.

Begitulah saya memaknai hidup ini dan merencanakan segala hal dalam hidup saya. Mau jadi apa saya, bagaimana saya merencanakannya, serta bagaimana saya menjalankannya. Sebagai perempuan saya punya peran lain yang pun harus saya rancang dengan baik. Peran sebagai individu, istri, dan juga ibu.

Be Great Muslimah

Ini adalah cita-cita yang saya harapkan ada pada diri saya. Great muslimah, bukan hanya muslimah yang kebaikannya hanya mampu dirasakan oleh dirinya sendiri. Pun bisa menjadi influencer yang membagi virus-virus kebaikan kepada banyak orang. Tentu saja, untuk menuju ke sana ada banyak proses yang harus saya lalui. Ada ikhtiar untuk terus mengupgrade ilmu, merayu Allah, serta strategi untuk berbagi ilmu yang telah dimiliki.

Saya telah menyusun apa-apa saja yang harus saya penuhi agar saya bisa menjadi seorang muslimah yang hebat.
  1. Membiasakan diri untuk membaca Al Quran satu juz setiap hari
  2. Membiasakan diri untuk melaksanaan Qiyamul Lail setiap hari, kecuali sedang berhalangan
  3. Membiasakan membaca buku, minimal 30 menit dalam sehari
  4. Membiasakan diri untuk berbagi tulisan pribadi yang bermanfaat di social media yang saya miliki, baik itu instagram maupun blog

Saya telah membuat habits tracker yang bisa dijadikan rapor mingguan saya terkait 4 hal yang saya sebutkan di atas. Habit tracker ini akan berlangsung selama 3 bulan untuk kemudian dievaluasi kembali. Harapannya kebiasan baik ini bisa terus ditambah sehingga nilai-nilai kebaikan yang ada pada diri sendiri juga bisa meningkat.


Be Super Wife

"Mas, sebagai istri, Mas pingin adek gimana? Ada misi khusus nggak yang harus adek penuhi?"
"Hmmm.. apa ya?"
Ternyata suami saya pun bingung mendefinikan indikator sukses untuk saya.

"Selama ini sih adek udah sangat baik untuk melayani aku. Palingan cuma belum pernah masakin doang," begitulah yang disampaikan suami saya. Ada alasan kenapa dari awal kami menikah hingga saat ini saya belum pernah memasakkan suami secara langsung. Pertama, kami ini pengantin baru yang baru saja menikah bulan lalu. Kedua, kondisi pekerjaan suami yang mengharuskan kami untuk tinggal nomaden sementara waktu sebelum kami pulang ke Bogor.

Sebenarnya bukan hanya soal masalah dapur saja yang suami minta saya lakukan. Ada beberapa hal lain yang telah kami bicarakan sebelum menikah dan hingga saat ini sedang saya usahakan untuk memenuhinya.
  1. Membangunkan suami untuk sholat malam
  2. Memasakkan masakan sehat untuk keluarga
  3. Menyiapkan bekal untuk dibawa ke kantor 
  4. Merendahkan nada bicara
  5. Mengkodisikan rumah tetap rapi
  6. Mengajak suami untuk berolahraga
Untuk sementara, point no. 1 dan no. 2 tidak dapat dilaksanakan karena kondisi yang tidak memungkinkan. Kami masih harus hidup nomaden hingga bulan September nanti. Hingga saat itu, kami masih harus berpindah dari satu penginapan ke penginapan yang lain.

Sama halnya dengan indikator yang saya tulis untuk diri saya sendiri. Misi yang diberikan suami untuk saya pun harus bisa saya upayakan dan biasakan setiap hari. Pembiasaan yang dilakukan setiap hari, lama kelamaam akan menjadi kebiasaan. Batas waktu yang saya tentukan untuk mengukur apakah saya telah menjadi super wife untuk suami saya adalah 3 bulan. Dalam kurun waktu tersebut, saya akan melihat bagaimana keistiqomahan saya dalam menjalankan semua itu. Oleh karena itu, habit tracker untuk keeman checklist tersebut saya buat seperti berikut.



Be Super Mom


Saat ini saya memang belum mempunyai anak. Tentu ini akan menyulitkan saya untuk membuat target dengan jangka waktu yang terukur. Yaa.. anaknya saja belum ada, mau diimplenentasikan kemana. Hehehe..

Tapi saya punya cita-cita besar untuk anak-anak saya nanti. Saya ingin mendidik mereka secara langsung, menjadikan rumah sebagai sarana belajar dan bermain, menjadi teman bagi anak-anak saya. Semuanya butuh ilmu, semuanya butuh rencana yang matang tentang step by step untuk mencetak generasi rabbani. Diskusi dengan suami tentu menjadi hal yang tak akan pernah lepas dari proses ini. Kurikulum untuk anak harus diirancang dari awal. Apa yang akan diajarkan pada anak pada masing-masing usianya. Apa yang ingin dicapai oleh anak pada setiap usianya.

Saya banyak membaca buku-buku parenting, mengikuti kuliah atau seminar parenting, nonton videl-video parenting, dan banyak hal lain untuk mengupgrade ilmu saya. Saya dan suami sepakat untuk memberikan homeschooling pada anak-anak kami nanti. Keinginan ini tentu disertai konsekuensi yang besar pada kami. Kami tak hanya harus belajar, tapi pun membuat kurikulum terbaik untuk anak-anak kami. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kami.

Menjadi seorang Ibu Profesional, tentu bukan hanya ibu yang pandai menuliskan cita-cita tanpa tindakan. Ibu Profesional adalah dia yang mampu berusaha sekeras mungkin untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Hingga mimpi itu tak hanya berhenti menjadi angan-angan kosong tanpa tindakan.

Comments