Sebenarnya, saya sudah pakai kawat gigi a.k.a behel dari zaman kuliah. Kisaran 2010 atau 2011 gitu. Lamaaaaa sekali. Udah bertahun-tahun dan nggak kunjung selesai. Padahal, saya ini termasuk orang yang rajin kontrol gigi lho. Tiap bulan nggak pernah lewat.
Baca juga: Pakai Behel, Kan Merubah Ciptaan Allah, Boleh Nggak Sih?
Dulu, pertama kali pasang behel di Malang. Dokter giginya perempuan dan selisih usia kami nggak terlalu jauh. Jadi, seru aja ngobrol dengan dokter. Karena perempuan juga, biasany beliau ngasih lihat kombinasi warna karet behel yang bagus apa. Nyenengin lah pokoknya. Sayangnya, dokter saya harus lanjut studi dan sulit kalau menyesuaikan jadwal saya bisa kontrolnya. Akhirnya, saya dipindahin ke dokter gigi lain di Surabaya karena waktu itu saya lebih banyak tinggal di Surabaya dibanding Malang.
Dokter kedua ini laki-laki. Saya nggak tahu sih masalah gigi saya ini serumit apa, kok sampai pindah dokter gigi tetep aja menyisakan progres yang cukup rumit. Iya sih, ada progres. Gigi saya yang berantakan mulai rapi. Gigi saya yang cahem juga udah mulai mundur. Cuma masalah miring kanan kiri ini yang jadi PR.
Hingga saya harus pindah ke Bogor. Sebelum pindah saya udah bilang sih ke dokter saya. Beliau juga bilang mau carikan dokter gigi di sana. Tapi sampai saya pindah kabar itu belum ada. Mungkin nggak ada yang mau kali ya.
2 bulan stay di Bogor otomatis nggak bisa kontrol gigi dong. Gigi saya pun mulai bermasalah. Bengkak sana-sini. Ini sebetulnya bukan kali pertama saya mengalami hal serupa. Bengkak dan sakit ini yang bikin saya lumaya rajin kontrol. Nggak mau aja sakit duluan baru kontrol gigi. Kalau bisa dicegah, kenapa nggak?
Tidur nggak nyenyak. Makan juga nggak bisa. Akhirnya, saya minta suami untuk carikan dokter gigi di Bogor. Perjalanan cari dokter gigi pun dimulai.
Dari apa yang saya tahu, nggak semua dokter mau menerima ortho. Jadi, nggak bisa sembarangan juga. Kebetulan nih, ada sepupu suami yang pakai behel dengan kasus yang mirip-mirip sama saya. Gigi cahem dan aneka macam masalah lain. Saya minta suami untuk menanyakan dokternya siapa dan minta kontak dokter tersebut. Maksud hati, supaya saya bisa menjelaskan kondisi saya dulu sebelum control.
Singkat cerita, saya dapat kontak salah satu dokter gigi di Bogor, namanya drg. Iik Yani Hidayati. Beliau biasa praktik di Klinik-Q atau di Rumah Sakit Islam. Setelah cerita kondisi saya, dokter menyarankan agar kami ketemu dulu untuk konsultasi. Dokter juga tidak memutuskan apakah mau melanjutkan penanganan tertentu kalau belum lihat sendiri kasusnya bagaimana. Akhirnya, kami janjian untuk konsultasi.
Hari yang ditunggu tiba. Saya ketemu langsung dengan drg. Iik di ruang praktiknya. Kami ngobrol terkait masalah gigi yang saya hadapi ini. Gusi yang meradang dan lain sebagainya.
“Saya lihat dulu ya,” kata drg. Iik.
Setelah melihat kondisi gigi saya, dokter tidak berani memberikan penanganan apapun terkait gigi saya ini.
“Wah, ini PR-nya masih banyak sekali. Kalau tinggal melanjutkan saja, saya nggak apa-apa sih. Tapi ini kasusnya kompleks dan masih banyak PR yang harus diselesaikan. Saya nggak berani pegang nih. Termasuk untuk nangani gusi bengkak itu.”
Jadi, behel saya beneran nggak diotak-atik sama sekali oleh drg. Iik. Cuma dilihat aja sebentar. Sebelum pulang, saya diresepkan obat untuk mengurangi radang gigi saya. Obat kumur aja sih. Beliau juga menyarankan saya untuk konsultasi ke dokter spesialis ortho, yaitu drg. Andi.
“Saya kasih rujukan ke drg. Andi ya. Nanti kamu bisa konsultasi ke beliau terkait behel itu. Nggak tahu sih apa drg. Andi mau melanjutkan perawatan atau tidak. Coba aja dulu. Sementara waktu, pakai obat kumurnya dulu untuk menenangkan radangnya.”
Seminggu berlalu, radang mulai membaik, meski masih sakit juga sih. Saya lanjut konsultasi ke drg. Andi. Di pertemuan itu, Beliau menjelaskan kasus saya panjang lebar dan memberikan penanganan emergency untuk gusi saya yang bengkak itu. Kata beliau, kalau peradangan ini masih berlanjut, saya harus konsultasi ke dokter spesialis perio untuk melakukan tindakan bedah mulut.
Nggak nyangka aja sih kasusnya bisa sekomplek itu sampai harus ada tindakan bedah. Saya kira cuma radang karena karet yang nempel di behel semakin tidak terkendali. Denger itu, agak ngeri-ngeri sedap. Tapi saya jalani dulu apa yang dokter sarankan.
Alhamdulillah, setelah tindakan emergency itu, gusi saya membaik. Nggak perlu sampai ke dokter perio. Tapi ini masalah behel masih jadi PR. Kondisi yang sama bisa saja berulang kalau ini nggak dilepas atau dilanjutkan perawatannya. Oya, drg. Andi nggak mau melanjutkan perawatan karena ada beberapa hal yang memang harus diganti supaya gigi saya punya progress yang signifikan.
“Berapa dok, biaya pasang barunya?”
“Kalau di saya 20 juta.”
Alamak, mahal kali. Awalnya sih mau pakai uang tabungan sendiri untuk pasang behel, tapi melipir denger harganya. Saya coret opsi pasang gigi ke dokter Andi. Hahaha…nggak kuat bayar meeen.
Setelah kondisi saya membaik, saya diskusi sama suami terkait masalah gigi saya ini. Nggak bisa didiemin aja. Khawatirnya nanti malah timbul masalah lain. Suami minta saya untuk terus menghubungi dokter saya di Surabaya, menanyakan terkait rujukan ke dokter gigi di Bogor. Kami juga mulai cari alternative klinik gigi yang menerima pasang behel selain di Klinik-Q. Bukan klinik gigi abal-abal yang ada di pasar gitu ya. Tapi yang ditangani oleh dokter gigi betulan.
Pencarian kami berakhir pada Audy Dental Bogor. Kebetulan itu klinik gigi yang muncul di map dan punya dokter spesialis ortho. Iya, kami cari dokter spesialis biar nggak dilempar-lempar lagi. Klinik ini ternyata punya banyak cabang di Jabodetabek. Masing-masing cabang punya banyak dokter spesialis sesuai dengan kebutuhan pasien. Nilai plusnya lagi, Audy Dental ini juga menawarkan banyak sekali paket promo. Lumayan lah kalau mau ngirit bisa ke sini.
Tergiur oleh harga promo itu, saya mulai hubungi kontak yang ada untuk area Bogor. Kemudian saya buat jadwal konsultasi dengan salah satu dokter di sana. Saya nggak tahu sih nanti mau konsultasi dengan dokter ortho yang mana.
Waktu lihat profil dokter di Audy Dental ini, ternyata yang saya lihat dokter-dokter dari seluruh cabang. Nggak neliti siapa yang praktik di Bogor. Suami saya nih yang akhirnya nemu jadwal control gigi sekaligus nemu siapa aja dokter spesialis ortho yang merawat.
“Dek, ini ada dokter Andi nih. Jangan-jangan dokter Andi yang itu.”
Dan betul saja. Jadwal konsultasi saya ternyata dengan dokter Andi. Setelah ketemu langsung dengan beliau juga dokter Andi yang kemarin di Klinik-Q. Ini beneran jodoh ya bisa ketemu drg. Andi.
“Dok, ini dilepas aja nggak apa-apa. Terus pasang baru.”
Karena sebelumnya kami juga udah ngobrol. Saya juga udah dikasih saran oleh beliau dan saya sendiri juga udah bawa foto panoramic gigi, jadi proses kali ini lebih cepet bagi saya untuk memutuskan perawatan lanjutan seperti apa.
“Yakin nih?” tanya dokter sekali lagi.
“Iya, Dok. Yakin.”
Saya pun diminta untuk menandatangani surat pernyataan untuk pelepasan behel sebelum tindakan medis dilakukan. Setelah itu, behel saya mulai dilepas satu per satu dan dibersihkan oleh dokter. itu rasanya nano-nano syekali.
“Sementara begini dulu ya. Coba untuk libur pakai behel sebulan dulu. Rasanya jadi lain sih kalau udah biasa pakai behel, terus dia dilepas. Untuk administrasi pemasangan, kamu langsung tanya aja ke resepsionis di bawah ya.”
Itulah akhir behel yang sudah terpasang sekian tahun di gigi saya. Setelah ini aka nada behel baru yang menghiasi gigi saya.
Kesan pertama konsultasi di Audy Dental Bogor ini menyenangkan. Mereka punya ruang tunggu yang nyaman. Ruang praktik dokter juga nggak serem. Sayangnya, saya nggak bisa fotoin bagian dalam ruang praktiknya karena harus dengan seizin manajemen dulu.
Audy Dental Bogor juga menyediakan free minuman, macem teh, kopi, atau air mineral biasa kepada pengunjung. Jadi, sambil ngantri, boleh tuh bikin kopi atau teh sendiri. Gratis. Saya sih ambil air mineral aja karena nggak terlalu suka kopi dan teh.
Resepsionis ramah, dokternya ramah, lalu tenaga medis yang bantu dokter juga ada 2, jadi beneran cepet banget dan nyaman.
“Mbak, saya mau pasang behel. Promonya masih berlaku kan ya, Mbak?”
Lalu, mbaknya jelasin paket-paket yang bisa saya pilih dan kapan saya mau dijadwalkan kontrol lagi dengan drg. Andi. Paket behel ini bervariasi, dari behel sejuta ummat sampai behel yang biasa dipakai artis-artis itu ada semuanya di sini. Harganya dari 6 jutaan sampai puluhan juta tergantung dari bahan brachet yang dipilih. Saya sih pilihnya yang murah meriah aja. Wkwkwk..
Mbaknya juga jelaskan sistem pembayaran yang bisa kami pilih. Mau tunai atau dicicil terserah. Harganya sama aja kok. Kami waktu itu pilih bayar tunai karena masih terjangkau. Maksud hati, biar nggak ada tanggungan hutang sana sini juga sih.
Kekurangan dari klinik ini menurut saya ada di tempat parkirnya. Agak susah ya cari parkir mobil. Kalau motor masih mudah sih. Kadang kami harus parkir mobil jauuuh dulu dari klinik.
Oya, Audy Dental Bogor ini juga punya dokter gigi spesialis anak. Saya nggak tahu sih dokternya seperti apa. Ramah anak atau nggak. Tapi menurut saya, ini cukup bikin anak tenang dengan aneka fasilitas yang mereka punya. Saya pernah lihat sendiri bocah yang keasyikan main di situ dan biasa aja waktu kontrol gigi di sana. Nggak ada drama tangisan histeris juga.
Selama beberapa bulan menjalani perawatan di sana, saya puas banget dengan semuanya. Ya fasilitasnya, ya dokternya, ya tenaga medisnya. Untuk jadwal konsultasi dengan dokter nggak bisa langsung datang ya. Harus buat janji dulu sebelumnya. Saya cantumkan alamat beserta kontak dari kliniknya ya. Kalau butuh bisa langsung hubungi kontak yang tertera di bawah.
Dulu, pertama kali pasang behel di Malang. Dokter giginya perempuan dan selisih usia kami nggak terlalu jauh. Jadi, seru aja ngobrol dengan dokter. Karena perempuan juga, biasany beliau ngasih lihat kombinasi warna karet behel yang bagus apa. Nyenengin lah pokoknya. Sayangnya, dokter saya harus lanjut studi dan sulit kalau menyesuaikan jadwal saya bisa kontrolnya. Akhirnya, saya dipindahin ke dokter gigi lain di Surabaya karena waktu itu saya lebih banyak tinggal di Surabaya dibanding Malang.
Dokter kedua ini laki-laki. Saya nggak tahu sih masalah gigi saya ini serumit apa, kok sampai pindah dokter gigi tetep aja menyisakan progres yang cukup rumit. Iya sih, ada progres. Gigi saya yang berantakan mulai rapi. Gigi saya yang cahem juga udah mulai mundur. Cuma masalah miring kanan kiri ini yang jadi PR.
Hingga saya harus pindah ke Bogor. Sebelum pindah saya udah bilang sih ke dokter saya. Beliau juga bilang mau carikan dokter gigi di sana. Tapi sampai saya pindah kabar itu belum ada. Mungkin nggak ada yang mau kali ya.
2 bulan stay di Bogor otomatis nggak bisa kontrol gigi dong. Gigi saya pun mulai bermasalah. Bengkak sana-sini. Ini sebetulnya bukan kali pertama saya mengalami hal serupa. Bengkak dan sakit ini yang bikin saya lumaya rajin kontrol. Nggak mau aja sakit duluan baru kontrol gigi. Kalau bisa dicegah, kenapa nggak?
Tidur nggak nyenyak. Makan juga nggak bisa. Akhirnya, saya minta suami untuk carikan dokter gigi di Bogor. Perjalanan cari dokter gigi pun dimulai.
Cari Dokter Gigi Baru di Bogor
Dari apa yang saya tahu, nggak semua dokter mau menerima ortho. Jadi, nggak bisa sembarangan juga. Kebetulan nih, ada sepupu suami yang pakai behel dengan kasus yang mirip-mirip sama saya. Gigi cahem dan aneka macam masalah lain. Saya minta suami untuk menanyakan dokternya siapa dan minta kontak dokter tersebut. Maksud hati, supaya saya bisa menjelaskan kondisi saya dulu sebelum control.
Singkat cerita, saya dapat kontak salah satu dokter gigi di Bogor, namanya drg. Iik Yani Hidayati. Beliau biasa praktik di Klinik-Q atau di Rumah Sakit Islam. Setelah cerita kondisi saya, dokter menyarankan agar kami ketemu dulu untuk konsultasi. Dokter juga tidak memutuskan apakah mau melanjutkan penanganan tertentu kalau belum lihat sendiri kasusnya bagaimana. Akhirnya, kami janjian untuk konsultasi.
Hari yang ditunggu tiba. Saya ketemu langsung dengan drg. Iik di ruang praktiknya. Kami ngobrol terkait masalah gigi yang saya hadapi ini. Gusi yang meradang dan lain sebagainya.
“Saya lihat dulu ya,” kata drg. Iik.
Setelah melihat kondisi gigi saya, dokter tidak berani memberikan penanganan apapun terkait gigi saya ini.
“Wah, ini PR-nya masih banyak sekali. Kalau tinggal melanjutkan saja, saya nggak apa-apa sih. Tapi ini kasusnya kompleks dan masih banyak PR yang harus diselesaikan. Saya nggak berani pegang nih. Termasuk untuk nangani gusi bengkak itu.”
Jadi, behel saya beneran nggak diotak-atik sama sekali oleh drg. Iik. Cuma dilihat aja sebentar. Sebelum pulang, saya diresepkan obat untuk mengurangi radang gigi saya. Obat kumur aja sih. Beliau juga menyarankan saya untuk konsultasi ke dokter spesialis ortho, yaitu drg. Andi.
“Saya kasih rujukan ke drg. Andi ya. Nanti kamu bisa konsultasi ke beliau terkait behel itu. Nggak tahu sih apa drg. Andi mau melanjutkan perawatan atau tidak. Coba aja dulu. Sementara waktu, pakai obat kumurnya dulu untuk menenangkan radangnya.”
Seminggu berlalu, radang mulai membaik, meski masih sakit juga sih. Saya lanjut konsultasi ke drg. Andi. Di pertemuan itu, Beliau menjelaskan kasus saya panjang lebar dan memberikan penanganan emergency untuk gusi saya yang bengkak itu. Kata beliau, kalau peradangan ini masih berlanjut, saya harus konsultasi ke dokter spesialis perio untuk melakukan tindakan bedah mulut.
Nggak nyangka aja sih kasusnya bisa sekomplek itu sampai harus ada tindakan bedah. Saya kira cuma radang karena karet yang nempel di behel semakin tidak terkendali. Denger itu, agak ngeri-ngeri sedap. Tapi saya jalani dulu apa yang dokter sarankan.
Alhamdulillah, setelah tindakan emergency itu, gusi saya membaik. Nggak perlu sampai ke dokter perio. Tapi ini masalah behel masih jadi PR. Kondisi yang sama bisa saja berulang kalau ini nggak dilepas atau dilanjutkan perawatannya. Oya, drg. Andi nggak mau melanjutkan perawatan karena ada beberapa hal yang memang harus diganti supaya gigi saya punya progress yang signifikan.
“Berapa dok, biaya pasang barunya?”
“Kalau di saya 20 juta.”
Alamak, mahal kali. Awalnya sih mau pakai uang tabungan sendiri untuk pasang behel, tapi melipir denger harganya. Saya coret opsi pasang gigi ke dokter Andi. Hahaha…nggak kuat bayar meeen.
Setelah kondisi saya membaik, saya diskusi sama suami terkait masalah gigi saya ini. Nggak bisa didiemin aja. Khawatirnya nanti malah timbul masalah lain. Suami minta saya untuk terus menghubungi dokter saya di Surabaya, menanyakan terkait rujukan ke dokter gigi di Bogor. Kami juga mulai cari alternative klinik gigi yang menerima pasang behel selain di Klinik-Q. Bukan klinik gigi abal-abal yang ada di pasar gitu ya. Tapi yang ditangani oleh dokter gigi betulan.
Kontrol Gigi di Audy Dental Bogor
Audy Dental Bogor |
Pencarian kami berakhir pada Audy Dental Bogor. Kebetulan itu klinik gigi yang muncul di map dan punya dokter spesialis ortho. Iya, kami cari dokter spesialis biar nggak dilempar-lempar lagi. Klinik ini ternyata punya banyak cabang di Jabodetabek. Masing-masing cabang punya banyak dokter spesialis sesuai dengan kebutuhan pasien. Nilai plusnya lagi, Audy Dental ini juga menawarkan banyak sekali paket promo. Lumayan lah kalau mau ngirit bisa ke sini.
Tergiur oleh harga promo itu, saya mulai hubungi kontak yang ada untuk area Bogor. Kemudian saya buat jadwal konsultasi dengan salah satu dokter di sana. Saya nggak tahu sih nanti mau konsultasi dengan dokter ortho yang mana.
Waktu lihat profil dokter di Audy Dental ini, ternyata yang saya lihat dokter-dokter dari seluruh cabang. Nggak neliti siapa yang praktik di Bogor. Suami saya nih yang akhirnya nemu jadwal control gigi sekaligus nemu siapa aja dokter spesialis ortho yang merawat.
“Dek, ini ada dokter Andi nih. Jangan-jangan dokter Andi yang itu.”
Dan betul saja. Jadwal konsultasi saya ternyata dengan dokter Andi. Setelah ketemu langsung dengan beliau juga dokter Andi yang kemarin di Klinik-Q. Ini beneran jodoh ya bisa ketemu drg. Andi.
“Dok, ini dilepas aja nggak apa-apa. Terus pasang baru.”
Karena sebelumnya kami juga udah ngobrol. Saya juga udah dikasih saran oleh beliau dan saya sendiri juga udah bawa foto panoramic gigi, jadi proses kali ini lebih cepet bagi saya untuk memutuskan perawatan lanjutan seperti apa.
“Yakin nih?” tanya dokter sekali lagi.
“Iya, Dok. Yakin.”
Saya pun diminta untuk menandatangani surat pernyataan untuk pelepasan behel sebelum tindakan medis dilakukan. Setelah itu, behel saya mulai dilepas satu per satu dan dibersihkan oleh dokter. itu rasanya nano-nano syekali.
“Sementara begini dulu ya. Coba untuk libur pakai behel sebulan dulu. Rasanya jadi lain sih kalau udah biasa pakai behel, terus dia dilepas. Untuk administrasi pemasangan, kamu langsung tanya aja ke resepsionis di bawah ya.”
Itulah akhir behel yang sudah terpasang sekian tahun di gigi saya. Setelah ini aka nada behel baru yang menghiasi gigi saya.
Pasang Behel di Audy Dental Bogor
Ruang tunggu yang nyaman |
Kesan pertama konsultasi di Audy Dental Bogor ini menyenangkan. Mereka punya ruang tunggu yang nyaman. Ruang praktik dokter juga nggak serem. Sayangnya, saya nggak bisa fotoin bagian dalam ruang praktiknya karena harus dengan seizin manajemen dulu.
Audy Dental Bogor juga menyediakan free minuman, macem teh, kopi, atau air mineral biasa kepada pengunjung. Jadi, sambil ngantri, boleh tuh bikin kopi atau teh sendiri. Gratis. Saya sih ambil air mineral aja karena nggak terlalu suka kopi dan teh.
Desain modern dan ada televisinya yang bikin nggak bosen nunggu antrian dokter |
Resepsionis ramah, dokternya ramah, lalu tenaga medis yang bantu dokter juga ada 2, jadi beneran cepet banget dan nyaman.
“Mbak, saya mau pasang behel. Promonya masih berlaku kan ya, Mbak?”
Lalu, mbaknya jelasin paket-paket yang bisa saya pilih dan kapan saya mau dijadwalkan kontrol lagi dengan drg. Andi. Paket behel ini bervariasi, dari behel sejuta ummat sampai behel yang biasa dipakai artis-artis itu ada semuanya di sini. Harganya dari 6 jutaan sampai puluhan juta tergantung dari bahan brachet yang dipilih. Saya sih pilihnya yang murah meriah aja. Wkwkwk..
Mbaknya juga jelaskan sistem pembayaran yang bisa kami pilih. Mau tunai atau dicicil terserah. Harganya sama aja kok. Kami waktu itu pilih bayar tunai karena masih terjangkau. Maksud hati, biar nggak ada tanggungan hutang sana sini juga sih.
Area parkir mobil yang cuma segini aja :( |
Kekurangan dari klinik ini menurut saya ada di tempat parkirnya. Agak susah ya cari parkir mobil. Kalau motor masih mudah sih. Kadang kami harus parkir mobil jauuuh dulu dari klinik.
Oya, Audy Dental Bogor ini juga punya dokter gigi spesialis anak. Saya nggak tahu sih dokternya seperti apa. Ramah anak atau nggak. Tapi menurut saya, ini cukup bikin anak tenang dengan aneka fasilitas yang mereka punya. Saya pernah lihat sendiri bocah yang keasyikan main di situ dan biasa aja waktu kontrol gigi di sana. Nggak ada drama tangisan histeris juga.
Selama beberapa bulan menjalani perawatan di sana, saya puas banget dengan semuanya. Ya fasilitasnya, ya dokternya, ya tenaga medisnya. Untuk jadwal konsultasi dengan dokter nggak bisa langsung datang ya. Harus buat janji dulu sebelumnya. Saya cantumkan alamat beserta kontak dari kliniknya ya. Kalau butuh bisa langsung hubungi kontak yang tertera di bawah.
Audy Dental Clinic Bogor
Jl. Pandu Raya No. 145, Bogor
WA : +62 813-8880-8686
Telp : +62 251 8342780
Kalau anak saya, belum pasang behel tapi udah drama duluan😁
ReplyDeletePasalnya dia sempat dengar cerita2 orang tentang rasa sakit setelah dibehel. Akhirnya mundur mundur terus gak jadi2 pasang behelnya. Hahaha....
Emang sakit banget sih. Dan lebih baik begitu, nggak jadi pasang behel dari pada mundur di tengah jalan.
DeletePakai behel nggak cuma harus tahan rasa sakit di awal pemasangan aja. Tapi juga kudu telaten ngerawat juga.
Halo mba lelly, bagaimana setelah pasang behel di audy dg drg andi? Saya kebetulan juga cari drg di bogor untuk melanjutkan perawatan behel saya. Sebelumnya saya perawatan di kota lain. Thank u
ReplyDeleteini masih perawatan dengan beliau. kalau mau melanjutkan, sebaiknya ada rujukan dari dokter gigi yang terdahulu. kalau tidak ya susah. tidak semua dokter mau.
DeleteHallo Kak, mau tanya dong untuk biaya per bulannya berapa ya, dan dapet apa aja?
ReplyDeleteBiaya tiap kontrolnya 280ribu, itu belum lain-lain kalau ada tambahan.
Deletehalo kak, kira-kira setiap kontrol selalu ada biaya tambahan ngga?
ReplyDeleteMasih ada ya.
DeleteUntuk kontrol apakah selalu wajib scalling?
DeleteNggak wajib sih. Tapi kalau kotor, biasanya langsung dibersihkan sama drg. Andi.
Deleteterima kasih kak atas jawabannya :)
DeleteSama-sama :)
DeleteHalo kak, pasang behel atas saja berapa ya harganya?
ReplyDeleteHalo kak, pasang behel atas bbrp biaya nya kak?
ReplyDeleteIni tergantung dari brachet yang dipilih. Beda bahan harganya beda juga, dari harga 7-20 juta ke atas. Ini belum dipotong diskon dan promo ini itu ya. Biasanya ada promo sih.
DeleteKalau saya dulu, pasang behel kena 6 juta. Ini atas bawah. Kalau atas aja kurang tahu. Tapi, setahu saya, yang menentukan kita pasang atas dulu atau bawah dulu ya dokter. Setelah lihat hasil rontgen gigi sama cetakan gigi kita.
Ka ada IG nya gk ???
ReplyDeleteHallo mba lely,
ReplyDeleteSebelum pemasangan behel,ada gigi yg harus dicabut ga?
Hallo mba Lely,
ReplyDeleteUntuk lepas behel nya ada biayanya lagi ga?
Mba kan pasang dr 2011, ada jarak berapa tahun kira2 ga kontrol2 ?