Serius, ini
judulnya nggak lebay kok. Saya cuma mau share sebuah keajaiban yang saya lihat
dengan mata kepala saya sendiri. Anak yang tantrum bukan main, lalu sepersekian
detik kemudian sembuh tantrumnya.
Warbyasah!
Cerita dulu
ya.
Umur segini,
artinya jadi lebih banyak bergaul dengan ibu-ibu. Teman-teman kuliah yang
dulunya nongkrong bareng juga udah mulai berubah menjadi ibu-ibu. Apalagi kanan
kiri rumah, ye kaan, full of ibu-ibu. Ya namanya juga bertetangga. Ke kajian
juga begitu.
Bergaul
dengan ibu-ibu bikin saya jadi punya banyak sekali bahan untuk diamati,
terutama perihal bagaimana sih caranya mengasuh dan mendidik anak itu? Saya
belum punya anak sendiri. Saya juga nggak tahu nanti anak saya modelnya bakal
seperti apa. Tapi nggak ada salahnya dong belajar dari contoh kasus yang real.
Dari hasil
pengamatan ini, biasanya contoh penanganan yang nggak punya efek apapun ke anak
akan saya cari tahu solusinya. Kalau yang tok cer, semuanya akan saya catat
sebagai bahan referensi.
Salah satu
contoh kasus adalah tentang tantrum ini. Dari aneka macam contoh, rasanya kasus
ini aja yang susah banget dikendalikan. Dan, semua orang pasti akan mengalami.
Punya anak bayi, belum bisa ngomong, caranya menyampaikan sesuatu ya dengan
nangis. Seiring bertambahnya usia, mestinya dia lebih bisa mengkomunikasikan
keinginannya dong ya. Tapi tantrum sering banget jadi senjata anak untuk
mendapatkan apa yang dia inginkan.
Saya jadi
kepikiran sendiri gitu ngelihat yang begitu itu. Suka bertanya dalam hati,
"gimana ya kalau nanti saya punya anak dan anak saya tantrum?"
Menjaga
pikiran untuk stay waras dengan kondisi semacam itu nggak mudah lho. Saya yang
lihat aja kadang kebawa nggak waras karena berisiknya tangisan anak ini.
Apalagi ibunya. Ya berisik, ya malu karna dilihatin orang, ya capek karena
anaknya meronta terus kan biasanya.
Penanganan Anak Tantrum Dulu vs Sekarang
Dulu, waktu
kita masih kecil, penanganan anak tantrum biasanya diselesaikan dengan
kekerasan. Anak tantrum, tabok. Atau kalau nggak, mata ibunya udah mau keluar
semuanya. Lalu, tangannya udah diangkat tinggi-tinggi siap gebuk, jewer,
nyubit, sabet, dan lain-lain. Kalau anak masih juga nangis, orang tua akan
bilang begini.
"Diem!
Mama bilang diem! Bisa diem nggak?"
Something
like that lah ya.
Well, cara
ini memang bisa bikin teriakan anak mereda. Tangisan anak yang awalnya kenceng
banget jadi mimbik-mimbik aja. Tapi, apa iya itu cara terbaik untuk menangani
anak tantrum?
Hari ini,
dari segala macam sumber, kita tahu bahwa cara seperti ini tidak baik. Belum
lagi luka batin yang ditimbulkan dari perilaku seperti ini. Dampaknya bisa jadi
tidak terlihat hari ini, tapi bisa saja amat sangat mempengaruhi kondisinya
saat dewasa nanti.
Belajar dari
pengalaman pahit saat masih kecil, orang tua zaman sekarang biasanya lebih
rajin lagi untuk belajar. Tujuannya supaya apa yang dulu dia alami, tidak
terulang ke anak-anak mereka. Upaya untuk tidak menyakiti anak secara verbal
maupun perbuatan dilakukan. Meski tidak menutup kemungkinan bocor juga. Sekali
lagi, ini bukan hal yang mudah. Kalau pikiran nggak waras, pasti begitu itu.
Tangan terayun atau mulut yang mengucap kat-kata kasar pada anak.
Siapa yang
pernah begini? Yuk, ngacung.
Saya yakin,
nggak ada orang tua yang jadi baik-baik saja setelah menyakiti anaknya. Rasa
bersalah biasanya menyelimuti dirinya. Berjanji pada diri sendiri tidak
mengulangi lagi. Sayangnya, janji itu kadang juga tidak bisa dia tepati
sendikata7
Pikiran Saya Ketika Melihat Anak Tantrum
Saya belajar
banyak dari serangkaian peristiwa yang saya lihat. Makin banyak belajar, makin
banyak pula teori yang berputar dalam kepala saya saat melihat anak tantrum.
Biasanya,
saya akan memposisikan diri sebagai ibu. Apa ya yang sekiranya akan saya
lakukan kalau saya jadi ibu anak itu?
Opsi cubit,
pukul, bentak, sabet, dan aneka rupa tindak kekerasan untuk membuat anak dia
sudah pasti saya singkirkan jauh-jauh. Kondisi saya masih waras kok. Saya masih
bisa berpikir jernih untuk memikirkan hal apa yang harus saya lakukan ketika
menghadapi anak semacam ini.
Alih-alih
opsi itu, saya akan coba mengulik memori saya pada apa saja teori yang pernah
saya pelajari untuk menghadapi kondisi semacam ini. Bahkan cara mencegahnya.
Tapi, apa yang
pernah saya lihat tentang bagaimana seorang ibu menghadapi anak tantrum,
betul-betul meruntuhkan segala macam teori yang sudah pernah saya pelajari.
Bukan. Bukan berarti teori-teori itu tidak penting. Hanya saja, ada hal yang
jauh lebih penting yang sering kali kita lewatkan saat mendidik anak.
Amazing Tips Menghadapi Anak Tantrum
Dan, inilah
yang ingin saya bagikan ke buibu sekalian. Saking amaze-nya saya dengan cara
seorang ibu dalam mengendalikan anaknya yang tantrum.
Kejadian ini
terjadi saat saya lagi kajian rutin. Ceritanya, ada seorang ibu yang bawa 2
orang anaknya. Anak pertama, usianya 8 tahun. Sedangkan anak kedua 5 tahun.
Perihal bawa
ini sebetulnya bukan hal yang istimewa sih. Setiap kajian biasanya mereka juga
ikut. Kemudian mereka asyik main sendiri sementara ibunya ngaji. Sampai sini,
dunia damai.
Sore itu
rupanya lain dari biasanya, 2 anak ini mendadak tantrum untuk 2 alasan yang
berbeda.
Cerita Tantrum Part 1
Cerita
pertama datang justru dari anak yang lebih tua yang pingin pinjam HP ibunya.
Karena tidak ada kesepakatan apapun antara si ibu dan anak sebelum berangkat,
tidak ada perjanjian bahwa di tempat kajian boleh pakai HP, ya tidak ada HP.
Ibunya bersikukuh untuk tidak meminjamkan HP.
Ngambek dong
dia. Mulai merengek-rengek pelan dan si ibu tetap mendiamkan anak ini. Merasa
tidak diperhatikan, kitab ibunya diambil dan disembunyikan. Tapi dia gagal.
Ibunya tetap mendiamkan anak ini.
Makin
didiamkan, semakin keras juga upayanya untuk mencari perhatian ibunya. Mulai
tuh, kerudung ibunya dimainkan. Perilaku menyakiti ibunya mulai dilancarkan.
Pada part 1
ini, saya agak miss dengan apa yang dilakukan ibunya. Tapi kemudian ada
perubahan sikap pada si anak. Tiba-tiba dia luluh. Kitab yang tadi
disembunyikan, dikembalikan dengan cara yang baik kepada ibunya.
Bibirnya
memang masih cemberut. Dia juga masih menolak diajak ngobrol ibunya. Tapi
sikapnya membaik dan dia pergi main sendiri.
Dunia damai
lagi seketika. Saya kira, dia pergi karena capek marah-marah sendiri. Mungkin,
kalau kalian melihat moment semacam ini juga akan berpikir hal yang sama.
Cerita Tantrum Part 2
Mari kita
lanjutkan ke cerita kedua. Kalau tadi kakaknya yang tantrum, sekarang adiknya
yang begitu.
Cerita
berawal dari dia minta tukar uang jajan ke ibunya. Tapi ternyata, dia nggak
cuma mau tukar uang saja. Dia juga minta uang jajan lebih. Tentu saja jawaban
ibunya tidak.
Kisah
selanjutnya bisa ditebak. Yes, si anak ini marah. Mulai teriak-teriak setiap
kali ibunya menolak memberinya uang. Tapi jawaban ibunya tetap sama, NO!
Semakin
menjadi dong. Dari cuma teriak-teriak jadi gulung-gulung sendiri. Suasana
kajian yang mulai tenang tadi, kembali tidak kondusif. Berbeda dengan kasus
yang pertama, tantrum adeknya ini nggak cuma bikin konsentrasi buyar, tapi juga
bikin kesel sendiri. Berisik banget soalnya.
Gemes banget
sama si anak ini. Makin gemes lagi ketika si anak mulai mukul-mukul ibunya.
Rasanya pingin pegang tangan si anak dan bilang, "itu sakit, Nak. Kasihan
Ummi."
Tapi ya
siapa saya? Dia juga bukan anak saya. Komentar saya bisa jadi justru akan
memperburuk perkara yang ada. Jadi, saya memilih untuk diam.
Saya salut
dengan ibu ini yang bisa stay calm dengan kondisi semacam ini. Bawa 2 anak dan
keduanya tantrum bergantian. Saya yang lihat aja jengah lho.
Satu sikap
yang ibu ini berikan ke si kecil saat dia mulai teriak-teriak tak terkendali.
Mempersilakan dia keluar dengan kata-kata yang lembut.
"Silakan
keluar kalau mau nangis. Di dalam ada kajian. Kalau mau di dalam diam,"
katanya sambil membukakan pintu.
Berhasil?
Tidak semudah itu, Esmeralda. Si anak masih tetap teriak-teriak dan memukul.
Lalu, ini yang beliau lakukan.
"Sini,
Ummi bisikin sesuatu. Tadi Mas juga marah sama Ummi, terus Ummi bisikin jadi
baik. Penasaran nggak Ummi bisikin apa?"
Saya tahu
kalau anak ini sebetulnya penasaran. Tapi dia memilih mengelak. Mungkin karena
gengsi.
Adegan
selanjutnya ini yang agak lucu. Kedua ibu dan anak ini saling kejar-kejaran.
Ibunya kekeuh ingin membisiki sesuatu, sedangkan anaknya enggan untuk dibisiki.
Pada moment ini, saya sendiri sampai bingung, ini anaknya masih nangis apa udah
ketawa sih?
Moment
kejar-kejaran inu tidak berlangsung lama. Setelah itu, ibunya berhasil
menangkap anaknya dan membisikkan sesuatu ke kedua telinganya secara
bergantian.
Ajaib. Anak
yang tadi tantrum dan sulit sekali dikendalikan mendadak jadi tenang. Ini yang
bikin saya amaze, anak itu tersenyum! Lalu pergi main bersama kakaknya seakan
tidak pernah terjadi apapun.
Apa sih yang Dibisikkan Sang Ibu?
Kalian
mungkin juga sama penasarannya dengan saya. Kalimat apa yang begitu ampuh
menenangkan 2 anak tantrum ini.
"Tadi
mereka saya doakan di kedua telinganya. Dari pada saya ngomong macem-macem ke
mereka, saya doakan saja," akunya.
Lalu, beliau
sampaikan tentang doa yang dibisikkan ke kedua telinga anak-anaknya. Pertama,
dibacakan ta'awudz. Kemudian, beliau bacakan doa untuk menghindarkan diri dari
keburukan.
Ini doanya.
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ
اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
Artinya :
"Aku
berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejelekan apa saja yang Dia
ciptakan."
Saya belum
pernah coba doa ini ke anak saya. Iyalah, anaknya belum release. Wkwkwk. Tapi
saya pernah coba bacakan ini 3 kali saat ada anjing yang terus menyalak ke saya
dan suami. Hasilnya, anjing ini mendadak tenang.
Bukan
berarti saya menyamakan antara anjing dan anak manusia ya. Bukan. Bukan begitu.
Tapi fungsi doa ini adalah memohon keburukan dari makhluk yang Allah ciptakan.
Ini bisa apa saja. Ya jin, teluh, sihir, anak manusia yang godain mulu,
hewan-hewan, dan lain-lain.
Kalau nggak
percaya, silakan dicoba sendiri.
Hikmah dari Peristiwa Ini
Yes, that's
true. Kita memang butuh banget ilmu parenting untuk ngasuh dan didik anak-anak
kita. Butuh tahu ilmunya supaya bisa handle anak ketika dia tantrum atau yang
lain. Setidaknya, dengan ilmu ini bikin kita jadi lebih tenang menghadapi
situasi yang terjadi.
Ketika anak
mulai menguji iman, itu saatnya kita terapkan segala rupa teori parenting yang
pernah kita pelajari. Berharap, semoga salah satunya bisa membantu
menyelesaikan masalah. Ikhtiar semaksimal mungkin.
Tapi, jangan
lupa yang satu ini. Minta tolong sama Allah. Bukan kita lho yang bisa
mengendalikan hati anak. Tapi Allah. Nggak ada yang nggak bisa dan nggak
mungkin kalau Allah sudah berkehendak.
Macem contoh
kasus di atas. Ini bukti bagaimana mudahnya Allah mengendalikan hati seseorang.
Bayangin aja, dari setantrum itu kemudian jadi ketawa-ketawa biasa macem nggak
ada apa-apa. Masyaa Allah.
Hwaaa itu salah satu doa al matsurat yang biasanya saya baca. Hafal banget di luar kepala selama bertahun-tahun. Tapi baru kali aku tahu dgn pasti arti dari doa tsbt :' duh lah ya, baca doa pake bhs Arab tp ga ngerti artinya :( kan sedih. Terimakasih banyak ya kak hehe.
ReplyDeleteSaya juga waktu dikasih tahu doanya, macem "kok kayak pernah tahu ya" wkwkwkwk...
DeleteTernyata emang doa terakhir yang dibaca saat dzikir petang.
sama-sama :)
Masya Allah, menginspirasi sekali artikelnya Kak, kebetulan anak saya sedang di usia yang rawan tantrum..
ReplyDeletecoba aja cara teman saya, siapa tahu membantu, mbak
DeleteButuh kesabaran lebih hadapi anak tantrum ya,, Alhamdulillah, dapet ilmu Hehe ngumpulin info gini berguna banget buat prepare klo udah anak,,
ReplyDeletethanks share nya mbak :)
banget. kita yang lohat aja bisa capek sendiri, apalagi yang ngalamin.
Deletesama-sama.:)
Salut utk semua Umi yang bisa tenang mengahadapi si Tantrum. Sharing yg bermanfaat mbaaa 👍😊
ReplyDeleteterima kasih :)
DeleteDoa ini pernah dikasih oleh seorang ustadz saat anak saya sedang mengalami masalah dengan indera keenamnya mbak. Jadi memang ada semacam gangguan dari makhluk yang tidak kelihatan yg bikin anak saya sering rewel dan tantrum. Mirip dengan doa ta'awudz ya, mbak. Insya Allah doa ini bekerja dan membantu banget.
ReplyDeleteiya, mirip banget. tapi rasanya ini macem lebih dahsyat gitu doanya. saya pernah coba untuk kasus lain sih dan itu amazing banget.
DeleteDuh, kadang anak tantrum saya belum bisa sehebat ibu tadi, tetap sabar dan tenang. Malu rasanya. Yess, this amazing tips. Setuju banget daripada ikut marah, mending dikasih doa aja anaknya.
ReplyDeleteiya kaaan... ibu tadi keren banget bisa seselow itu. saya yakin beliau juga nggak selow sih, cuma ya berusaha tetep waras aja.
DeleteBener nih kalo tantrum memang ganggu sekitarnya tapi ya harus dikuatkan, jangan diturutin hiiy
ReplyDeleteiya mbak.
DeleteAlloh Allohu Allohu,, Allohu Maha Membolak-balikkan hati manusia ya kak T_T terima kasih bnyak tulisan pencerahannyaa ini 💖💫
ReplyDeleteiya banget mbak. sama-sama mbak :)
DeleteWUAAAAHHHH ALHAMDULILLAAAHH... saya save doanyanya mbak, mau saya praktekan ke anak saya. Thanks for sharing :)
ReplyDeletesama-sama mbak
DeleteMasyaa Allah, kalau dalam ilmu parenting umum, anak tantrum disuruh biarin saja sampai capek--meski tetap dipantau-pantau. Tapi Ibu dalam tulisan ini mengajarkan sesuatu yang lebih, saya bisa simpan nih cara ini kalau udah punya anak nanti.
ReplyDeleteiya, biasanya gitu sampai bisa diajak dialog.
Deletesilakan..
Makasih mbak Lelly.. Doanya langsung saya screen capture dan otw dihafalkan buat siap siaga kalau Julio one day tantrum juga krena anak mah pasti tantrum ya.. Berguna banget ini ❤️
ReplyDeletesama-sama mbak
DeleteMasya Allah, ilmu banget ini mbaa. Setuju banget nih, saat anak tantrum justru kuncinya adalah si ibu mesti tetap tenang sambil mengarahkan si kecil. Wajib dicoba nih!
ReplyDeletesilakan mbak, selamat mencoba
DeleteMasha Allah, anak saya 2, tapi saya baru tahu doanya hahahaha *plak mamak males belajar!
ReplyDeleteTernyata banyak cara ya buat mengasuh anak itu.
Saya tuh saluuuutt minta ampun sama ibu-ibu yang keren banget, bisa bawa anak-anaknya ke mana-mana lengkap dengan stok bekal sabarnya.
Kalau saya memilih enggak usah ke mana-mana, sampai anak mengerti kalau dikasih tahu.
Anak-anak saya Alhamdulillah nggak terlalu bermasalah dalam tantrum, karena kalau mereka tantrum, maminya ikutan tantrum alias ditiruin tantrumnya.
Dulu si kakak berhasil, dia males tantrum kalau saya udah mulaigila ikutin dia.
dia nangis ya saya juga nangis (pura2)
kalau adiknya semakin saya tiruin, semakin dia nangis keras, tapi adiknya lebih mudah dialihkan perhatiannya.
Jadi biasanya kalau dia tantrum (untuk saat ini) saya ikutin sebentar maunya, baru deh saya alihkan perhatiannya)
Ah tantrum memang bikin nano-nano :)
itu saya juga baru tahu sih mbak. sebelumnya cuma tahu kalau doa itu dipakai untuk menjauhkan diri dari jin dan sejenisnya. ternyata bisa juga dipakai untuk anak tantrum begitu.
Delete