Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Menyikapi Komentar Orang Tua Terhadap Gaya Parenting Kita

May 4, 2020

Parenting

Sejak punya anak, orangtua saya makin jarang menanyakan kabar saya. Posisi saya sudah mulai digantikan oleh anak. Minta kirim foto dan video itu sudah jadi makanan sehari-hari. Bukan cuma orang tua saya saja tentu, mertua saya pun demikian. Sayangnya, mengirimkan foto dan video tak selalu mendapatkan feedback yang menyenangkan. Saya pun sering mendapat komentar tentang gaya parenting saya. 

Sekali dua kali komentar ini itu, it's okay. Tapi kalau setiap kali saya kirim foto dan video dikomentari, apa rasanya coba? Hmmmm….

Parenting ala Kakek Nenek vs Ummi Abi

Parenting

Zaman berubah, tantangan berubah, pola parenting pun berubah. Sebagai orang tua milenial, pasti kita sama-sama sepakat hal ini. Adakalanya, apa yang kita yakini benar dianggap keliru oleh orang tua kita. Sebaliknya, saran-saran yang mereka berikan, kita anggap sudah tidak lagi relevan untuk kondisi saat ini.

Cara memakaikan baju bayi, cara menggendong, kapan mulai memberi makan bayi, ini saja sudah menuai perdebatan. Hal yang paling saya tidak suka adalah ketika muncul kalimat sakti ini.

"Dulu, kamu digituin juga nggak apa-apa kok. Masih hidup dan baik-baik saja."

Pernah suatu kali mertua saya menangis kencang di rumah hanya karena melihat video stimulus Ghazy. Di video itu, saya dan suami sedang menggulingkan Ghazy. Tujuannya untuk melatih otot leher serta memberi stimulus motorik kasarnya. Kata beliau, ini pemaksaan. Suami dimarahi habis-habisan.

Besoknya, Ghazy rewel. Butuh waktu tentu bagi kami menenangkan Ghazy. Suami masih kagok. Saya pun tidak langsung menggendong atau menyusuinya karena harus ke kamar mandi. Ini yang beliau teriakkan ke suami saya.

"Kalau nangis tuh digendong yang bener. Kalau nggak telaten ngerawat anak, sini biar ibu yang rawat."

Wow. Jujur saja, saya kesal sekali waktu itu. Saya yang mengandungnya selama 9 bulan. Saya yang berjuang untuk melahirkannya. Bahkan, rasanya sudah hampir mau mati. Lalu, ada orang lain yang tiba-tiba datang ingin mengambil anak saya. Wajar bukan kalau tiba-tiba saya ingin mendekap anak saya?

"Sini bu, saya kasih mik."

Setelah itu, sepanjang hari saya diam di kamar bersama Ghazy. Itu cuma salah satu konflik saja. Bukan hanya dari mertua, tapi orang tua saya sendiri iya. Rasanya kok saya dan suami tidak pernah benar. Semua serba salah. 

Tips Menghadapi Komentar Orang Tua Terhadap Gaya Pengasuhan Kita

Parenting

Saya bukan satu-satunya orang yang mengalami hal ini. Banyak orang tua baru yang pun mengalami hal yang sama. Adakalanya, saya memandang bahwa orang tua kita hendak ingin menebus kesalahan pengasuhannya pada cucu mereka. Apa yang mereka tak bisa berikan pada kita, mereka berikan kepada cucu mereka.

Bukan hal yang salah sebetulnya. Tapi sayangnya, tidak semua yang mereka inginkan sejalan dengan apa yang ingin kita lakukan. Ada beberapa hal yang biasanya saya lakukan untuk menyikapi hal ini. Semoga ini bisa membantu untuk menyelesaikan masalah yang sama.

1. Yakini bahwa orang tua melakukannya karena cinta

Satu hal yang terus menerus saya perbarui adalah keyakinan akan hal ini. Menurut saya, ini jadi hal paling mendasar untuk dilakukan. Dasar untuk lebih legowo ketika terjadi konflik. Dasar untuk memaafkan orang tua ketika kesal dengan segala macam tuduhan tidak langsung mereka. Dasar untuk mengubah segala hal yang menyebalkan menjadi rasa syukur.

Alhamdulillah, anak saya tumbuh dengan banyak cinta dari orang-orang di sekelilingnya. :)

Ini tidak hanya berlaku untuk orang tua kita saja, tapi juga orang lain yang dekat dengan kita. Saudara kita, misalnya. Kedekatan ini mungkin akan memberikan pengaruh terhadap gaya parenting kita. Sedikit atau banyak mereka pasti akan memberikan sumbangsih pemikiran mereka. Kalau kita gagal memandang ini sebagai sesuatu yang perlu disyukuri, jadinya ya bias stress sendiri. Muncul konflik berkepanjangan yang menurut saya tidak perlu. Apalagi dengan keluarga sendiri.

2. Komunikasikan alasan kita

Tidak ada salahnya untuk mencoba mengkomunikasikan alasan kita memilih gaya parenting tertentu. Kenapa kita begini dan begitu, jelaskan alasannya. Iya, memang sulit untuk menyampaikan ini. Biasanya memang akan berakhir dengan kalimat berikut.

"Ibu dulu gituin kamu juga jadi orang."

Sabar. Coba kita cari cara lain. Bisa diajak nonton video parenting bersama atau datang ke kelas parenting bersama. 

Sulitnya menjelaskan kepada orang tua sebetulnya karena mereka akan selalu menganggap kita anak-anak. Meski sekarang, kita sudah menjadi orang tua. Tapi tetap saja bagi mereka kita anak-anak yang masih butuh bimbingan ini itu. Ini yang membuat kita butuh effort lebih untuk menyampaikan sesuatu ke orang tua.

Ini kenapa kita butuh bantuan orang lain untuk mengkomunikasikan. Kita butuh orang lain yang lebih mudah untuk didengar orang tua kita. Siapa mereka? Tentu saja para ahli. Orang-orang yang expert di bidangnya. 

Sebetulnya, cara seperti ini tidak langsung menjamin apakah orang tua kita mau memahami alasan-alasan kita. Tapi setidaknya dengan cara ini, kita bisa membuka pikiran orang tua kita sedikit demi sedikit. 

Bagaimana kalau orang tua kita menolak? Putar saja videonya keras-keras. Mereka manusia biasa. Sedikit atau banyak pasti mereka akan mendengarkan apa yang kita putar. 

Intinya, jangan menyerah. Effort yang lebih untuk fight dengan hal ini saat punya anak pertama. Tapi, kalau ini berhasil kita lalui, selanjutnya pasti akan jauh lebih mudah. Nggak harus sepanjang hayat dikandung badan kres terus dengan orang tua karena perbedaan gaya parenting.

3. Jarak memberi ruang untuk bernapas

Saya tahu bahwa adakalanya tidak mudah untuk berhadapan dengan orang tua. Saya tahu bahwa rasanya melelahkan untuk terus mendengar komentar-komentar mereka. Saya tahu karena saya pun sering kali demikian. 

Ini yang biasa saya lakukan. Mundur teratur sejenak untuk memberi ruang pada diri sendiri dari segala bombardir yang diberikan kepada orang tua kita. Berhenti menelpon atau mengirim video dan foto ke mereka.

Bagi saya, ini cara yang paling ampuh untuk tidak memicu konflik yang lebih besar lagi. Dalam kondisi saat ini, pengaruh hormon pasca melahirkan sangat besar dalam diri saya. Ini sangat amat memungkinkan saya tidak bias mengontrol diri saya dan melakukan sesuatu yang menyakiti perasaan mereka.

Kalau kita tinggal dengan orang tua bagaimana?

Baca juga: Tinggal Serumah dengan Orang Tua

Ini yang sulit untuk dijawab. Memang idealnya, ketika sudah menikah, ya hidup terpisah dengan orang tua. Jadi, kita bisa mengatur jarak ketika sudah mulai lelah mendengarkan. Hal ini tentu berbeda dengan mereka yang tinggal dengan orang tua. Kalau saran saya, semisal orang tua kita tidak dalam kondisi yang bisa ditinggal, harus terus diawasi. Cobalah untuk tinggal dekat dengan mereka, tapi tidak serumah. Kalau masih tidak bisa juga, sila lanjut ke tips selanjutnya.

4. Sabar dan doakan

Poin terakhir ini jadi kunci utama menghadapi permasalahan ini, sabar dan doakan. Sabar dengan segala rupa komentar mereka. Sabar dengan upaya-upaya yang kita lakukan untuk memahamkan mereka. 

Selain sabar, jangan lupa juga untuk berdoa. Mohon kemudahan pada Allah agar mudah mengkomunikasikan alasan kita. Mohon kesabaran menghadapi mereka. Jangan lupa juga untuk mohon kepada Allah agar hati mereka dilembutkan, pikiran mereka dibukakan untuk menerima hal-hal yang baru. 

Sama seperti kita, orang tua kita sepenuhnya milik Allah. Allah yang paling tahu dan bisa menggerakkan mereka. Lakukan saja apa yang bisa kita lakukan. Selebihnya, serahkan saja pada Allah.

Penutup

Konflik dengan orang tua sejatinya adalah satu hal yang tidak bisa kita hindari. Dari masa ke masa, pasti akan selalu ada. Dulu, mungkin soal larangan keluar rumah, memilih kuliah. Ketika akan menikah, berganti lagi menjadi perencanaan pernikahan atau memilih pasangan hidup. Kini, ketika kita sudah menikah dan punya anak pun pasti akan ada masalah baru yang harus diselesaikan.

Tidak ada yang bisa kita lakukan selain melakukan hal terbaik yang mampu kita lakukan. Selebihnya, biar Allah yang mengerjakan tugas-Nya.

Comments

  1. I feel you, Mbak :)
    Kadang kalau orang tua saya atau mertua mempertanyakan pola asuh saya, saya pelan-pelan jelasin alasannya dengan sabar. Kadang saya iyain aja tetapi setelah itu saya langsung mengirim link artikel yang udah saya terjemahin buat meyakinkan mereka. Ini pasif agresif ga sih, hahaha...

    Cuma, susah juga melawan 'tradisi' dan ajaran yang sudah turun-temurun sih. Terkadang kami agree to disagree juga. Ujung-ujungnya, seperti kata Mbak, yang penting legowo saja :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga gitu ke orang tua awal-awal. Kalau dituduh ini itu, saya kasih aja link artikelnya. Lama-lama selow aja ibu saya. Yang belum bisa selow ya mertua saya. Karna terpisah jarak, saya batasi info ke beliau. Cara saya ngajarin anak sering tidak saya share. Pilih-pilih aja.

      Delete
  2. Saya blm punya anak mba.. tp tertarik bgt baca ini krn saya udah ada ponakan (anak abang saya). XD kadang saya suka mikir apakah ibu saya tuh tipe2 mertua nnyebelin di mata Mbak ipar saya ahahah karena ibu saya cinta buangeeet sm cucunya. Tiap ada story di ig pasti heboh~

    saya ga mau nanya ke mba ipar saya, bisa aja dia malu mau jawabnya hihi. saya hanya bisa terapin ke diri saya agar jadi menantu yg ga sebel ke mertua saya. Biar gimana juga insyaAllah gimana perlakuan kita ke orang adalah gimana kita (dan keluarga) akan diperlakukan :) makasih sharing-nya mba Lelly insyaAllah bermanfaat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanti juga merasakan. Hehehe...
      Ini semacam ujian komunikasi sama orang tua.

      Sama-sama mbak. :)

      Delete
  3. Aku blm ngalamin aja ikut kesel mbak. Di tetanggaku juga sering denger komentar gt, ktanya zaman sekarang aneh2 mengasuh anak.. Pdhl ya kan zaman juga berubah, hhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya zaman berubah. Orang lebih melek literasi. Karna ibu-ibu baru banyak galau, jadi banyak belajar juga. Bisa bedain mitos dan fakta. Sayangnya, itu dianggap nggak relevan sama mereka. Yaaaa... Gitu deh. Wkwkwk

      Delete
  4. aku jadi mikir soal itu mba, bagaimana jadinya nanti ya aku kalau udah punya baby, baiknya memang sepertinya tidak tinggal serumah ya salah satu menghindari konflik seperti ini, biar kitanya juga dewasa dalam belajar menjadi orang tua, jadi serba salah ya hehehe mesti banyak belajar lagi niy dan pintar-pintar mengkomunikasikan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Konflik itu pasti ada. Bisa besar, bisa kecil. Wajar sih itu. Ada yang biasa aja. Ada yang kaya apa-apa mau ikut juga. Tergantung anak kita cucu ke berapa. Wkwkwk..

      Kebetulan sekali, Ghazy ini cucu pertama orang tua kami. Nanti mungkin kalau cucunya udah banyak lain cerita.

      Delete
  5. Luar biasa mba sharingnya, salut. Masalah ini memang yang paling sering dihadapai banyak orang. Enggak mudah memang berdiskusi dengan orang tua, tapi bukan berarti sulit 😊💗

    ReplyDelete
  6. Pastinya buat baper. Kayaknya hampir semua ibu muda pernah merasakan hal ini. Setuju sekali, Mbak, positive thinking dan kesabaran itu kuncinya. Beruntung kalau sejak rumah tangga sudah misah sensitive. Dihadapi dengan rileks nantinya akan terbiasa juga. Terima kasih sarannya, mbak

    ReplyDelete
  7. Subhanallah, Mbak. Kalau mertua sampai nangis kenceng gitu rasanya pasti gimana, ya kitanya sebagai menantu. Dulu, mertua nggak banyak berkomentar soal pengasuhan, begitu juga orang tua. Ngajarin dan nasihatin begini dan begitu iya, tapi setelah dijelaskan nggak sulit buat menerima. Insya Allah kita bisa sabar sambil terus berdoa... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin karna karakter ibu kami yang serupa. Jadi maunya semua orang nurut. Sebetulnya, ini nurun ke kami juga sih. Hahaha...

      Jadilah konflik.

      Delete
  8. Sabar Mbak, pemikiran setiap generasi selalu berbeda orang jaman dulu cara pengasuhan masih di slimuti mitos" wajar saja karena teknologi belum maju alat kedokteran dulu nggak secanggih sekarang, orang jaman dulu klo melahirkan hanya dg dukun bayi, harus tidur di atas bangku, perut di ikat kencang hehe

    Mungkin saja di generasi anak kita, Kita sebagai orang tua pun di anggap kuno karena ada ilmu parenting yg lebih ter-update.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jelas. Sekarang pun rekomendasi dokter teeus diperbarui melihat situasi di lapangan.

      Delete
  9. jika bertabrakan pendapat jelas wajar. komunikasikan, tunjukkan dan terakhir doakan

    ReplyDelete
  10. Bener banget mbak lelly, konflik sama orgtua memang nggak bisa dihindari. Husnuzonnya mungkin mereka berniat baik mau nolongin atau berbagi pengalaman, tapi disatu sisi kita merasa diintervensi. Betul banget, harus memberi jarak supaya bisa "bernapas" hehe, makanya aku memilih nggak tinggal sm ortu atau mertua. Pokoknya nikmati aja perjalanannya, mangats yaa mama ghazy :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama mbak. Saya dan suami juga memilih tinggal jauh dari orang tua. Lebih tenang. Hehehe

      Delete
  11. sek sek aku tarik nafas dulu. jadi dejavu lagi rasanya hahaha. eh nggak juga ding masih kejadian juga sampai sekarang, cuman efeknya nggak seberapi-api waktu pasca lahiran.

    makanya aku tu males nan mager buat kirim foto. jipet sama komen duluan. kalau nggak inget aja kebaikan yang paling baik itu membuat orang lain senang, apalagi ini orangtua dan mertua sendiri.

    tips nomer satu kayanya kudu aku meditasiin setiap saat setiap waktu. biar nggak baper dan ngerasa kena shaming mulu klo lagi beda pola asuh .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk... Iya. Pasca lahiran memang wow. Kitanya lagi sensitif macem testpack. Ortu ke cucunya juga over protektif sampai push ibunya ini itu.

      Makin ke sini aku makin ngerasa kalau nggak sepush dulu sih mereka. Kalau dulu tuh apa-apaaaaa dilarang. Anaknya disuruh gendong mulu. Distimulasi dibilang penyiksaan. Hmmm... Terserah deh ya.

      Delete
  12. Bener nih. Jarak akan memberi ruang. Untuk pasangan yang sudah menikah, lebih baik pisah rumah. Biar bisa menata rumah tangga sendiri sesuai kriteria sendiri. Dasarnya orang tua ya memang selalu menganggap kita anak2. Karena anaknya mereka he he. Konflik seperti ini harus dihadapi dengan bijak. Bahaya juga untuk psikologis seorang ibu. Btw, folback blogku ya mbak.

    ReplyDelete
  13. Saya pun jadi ngebayangin, besok pas saya punya cucu, kira-kira bakal secerewet apa yaa saya dengan pola asuh anak saya? xixixixixixi. Tapi yang saya yakin, tiap jaman itu punya cara berbeda, yang signifikan sama adalah tentang moral & agama, ini yang gak bisa ditawar untuk pola asuh generasi kapanpun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk..
      Gara-gara kakak udah SMP mbak?

      Betul, kalau yang nggak bisa ditawar ya pelajaran agama itu. Jangan sampai lepas. Toh, itu sama terus sepanjang masa.

      Delete
  14. Semangat Mbak..itulah, makanya saat menikah, sy juga izin dg suami agar terpisah dr ortu atau mertua. Kadang Pola pengasuhan yg berbeda bisa menimbulkan konflik. Tapi Yakin deh, konflik itu krn cinta. Pingin yg terbaik buat hati kita.

    ReplyDelete
  15. Ha ha seru juga ya mbak jika ada perbedaan dengan orangtua seperti itu. Tapi saya berprinsip mengajarlah di zamanmu tanpa melupakan sejarah dan pengalaman orang tua ambil jalan tengahnya. Tapi kaya aku orang tua sudah nggak ada hiks

    ReplyDelete
  16. Bagus mbak tipsnya. Tapi prakteknya itu yg susah. Hehe
    Ngerasain juga gmn bawelnya org tua atas cara kita merawat anak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk... Iya memang. Saya juga struggling banget sana ini.

      Delete
  17. Memang kondisi ortu dengan Kita beda, begitu pula gaya pengasuhannya. Yang enggak enak itu kalau dibandingkan sih kalau saya. Sempat ada rasa gimana gitu sama omongan mertua, tapi akhirnya menerima keadaan, bahwa orang tua pasti punya pendapat sendiri. Jadi bisa lebih bijak menyikapinya dan sekarang tingkat kebaperan saya udah menurun, sih. Duh, saya malah jadi curhat di sini. Hehe

    ReplyDelete
  18. Betul Mba. Konflik dengan orangtua itu memang tak bisa dihindarkan. Pun kita udah punya suami dan anak. Adaaaa...aja. Terima kasih atas sharingnya. Jadi pengingat diri.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah saya merantau, jadi tidak pernah bersinggungan dengan ibu maupun mertua saya soal pengasuhan. Buat yang sering bersinggungan bagus nih tips dari mbak Lely

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya juga merantau mbak. Jauuuuh sekali tinggalnya dengan mereka. Tapi tetap aja begini. Hahah.

      Delete
  20. Aku belum punya anak
    Tapi denger cerita temen-temen memang suka banyak drama tentang perbedaan pola asuh kita dengan orang tua kita dulu
    Bagaimanapun kita harus bijak menyikapinya yah

    ReplyDelete
  21. Saya merasakan ini 17 tahun silam, mba. Tapi maksudnya mungkin baik dan ada perbedaan gaya pengasuhan. Sabar ya mba

    ReplyDelete
  22. Benar mbaj Lelly, idealnya memang setelah menikah harus banget tinggal sendiri supaya kita juga belajar dengan metode pengasuhan yang kita inginkan plus nggak akan ada konflik. Pernah denger pepatah, adoh mambu wangi cedak mambu tahi mbak?

    ReplyDelete
  23. Aku bacanya ikut kezel. I feel u mbak. Tetep semangat ya. Tapi lama2 menurutku mereka bakal ngerti kok, klo zaman sudah berbeda. Jadi treatmenya gak sama. Peluk... 😊

    ReplyDelete
  24. Wahh, aku sering banget nih menghadapi dilematis kayak gini. Bahkan, hingga detik ini mba huhu. Tapi so far, ya sebisa mungkin menyikapinya dengan tenang seperti yg mba bilang biar gak ada kisruh diantara kita.

    ReplyDelete
  25. hihi semangat mba ku sayang, aku blm ngerasain nih, nanti semoga bisa sama-sama legowo dan adanya GAP zaman dalam pola asuh dan didikan bisa sama-sama nrimo

    ReplyDelete
  26. Memang gaya parenting jaman sekarang beda banget sama jaman dulu. Perkembangannya menyesuaikan dengan zaman... Kadang orang tua yang kurang memahami hal itu, dikiranya jamannya beda...

    ReplyDelete
  27. Aku baca ini sambil mengelus dada karena pernah merasakan di posisi yang sama 😂 Memang konflik itu tidak bisa dihindarkan, apalagi sama orangtua sendiri rasanya 'malas' sekali harus sampai berdebat soal parenting. Untungnya mamaku sadar bahwa jaman berubah, berkat teknologi teori parenting mudah dipelajari oleh semua orang. Tapi biasanya kalau aku udah stuck (seperti anakku susah makan), aku akan minta nasihat ke mamaku karena adikku yang paling kecil kebetulan dulunya sangat picky eater. Tau apa saran beliau? "Yasudalah nanti juga besar sendiri. Tuh adik kamu aja udah mau kuliah." 😂 Tapi ya tentu aja awalnya aku dibawelin ini itu, yang mana ujung-ujungnya aku merasa wah iya ada benarnya juga nasihat beliau.

    Semangat terus yaa, Mba! Yang penting Mba dan pasangan kompak selalu untuk mengurus si kecil ❤

    ReplyDelete