Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Tinggal Serumah Bareng Orang Tua

Jul 10, 2019


Setelah nikah tinggal di mana? Ini jadi topik yang pasti akan dibahas oleh pasangan yang sedang mempersiapkan diri menuju pernikahan. Alhamdulillah, kalau ternyata salah satunya sudah punya tabungan dan bisa beli rumah. Tapi kalau belum, aneka opsi pilihan pun harus diambil. Mau kontrak rumah kah? Atau tinggal sementara di Pondok Orang Tua Indah?

pondok mertua


Masing-masing pilihan yang diambil tentu punya konsekuensi dan tantangan tersendiri. Kalau kontrak rumah, artinya harus menyisihkan uang untuk bayar kontrakan rumah. Kalau tinggal bersama orang tua, bisa hemat biaya sewa kontrakan, tapi harus siap dengan tantangan lain saat tinggal bersama orang tua.

Saya pribadi tidak pernah menjadikan Pondok Orang Tua Indah sebagai opsi tempat tinggal setelah menikah. Kalau memang tidak punya rumah, ya mari kita kontrak rumah saja. Pahit manisnya mari kita tanggung bersama. Alhamdulillah, setelah menikah kami berdua nggak sampai kontrak rumah atau tinggal serumah bareng orang tua.


Alasan Tidak Ingin Tinggal Serumah dengan Orang Tua


Ada beberapa alasan yang membuat saya enggan tinggal serumah dengan orang tua di awal-awal pernikahan. Bukan karena saya tidak mau direpotkan dengan orang tua. Demi Allah, bukan begitu. Tapi ada beberapa hal yang ingin saya bangun bersama suami saya, lepas dari campur tangan orang tua kami.

1.   Membangun Budaya Baru

budaya di rumah


Setiap keluarga biasanya punya budaya sendiri-sendiri. Budaya yang dibangun dalam keluarga biasanya akan membentuk karakter dari tiap individu. Sebelum menikah, perbedaan budaya semacam ini mungkin belum terasa. Tapi setelah menikah, hidup bersama selama 24 jam 7 hari, semua jadi tantangan tersendiri.

Kenapa? Nggak semua kebiasaan yang dibawa dari rumah masing-masing akan membuat nyaman satu sama lain. Nggak sedikit hal sepele yang kemudian menjadi drama dalam rumah tangga hanya karena perbedaan budaya ini.

Sebetulnya ini bukan masalah besar, setiap rumah tangga muda pasti akan mengalaminya. Pada akhirnya masing-masing dari kita akan punya toleransi dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

Hal menarik yang muncul dari toleransi ini adalah terbangunnya budaya yang baru. Masing-masing punya kebiasaan yang dibawa dari rumah. Ada yang baik, ada juga yang buruk. Banyak atau sedikit biasanya beberapa kebiasaan ini akan tertularkan pada satu sama lain. Tanpa disadari mulailah terbentuk budaya yang baru. Seperti, aturan makan di meja makan, atau aturan-aturan yang lain.

Budaya semacam ini juga yang nantinya akan menjadi salah satu point dalam mendidik anak. Ketika suami dan istri sudah sejalan, tentu akan lebih mudah dalam mengarahkan anak. Hal menantang lain akan datang ketika kita tinggal dengan orang tua. Membangun budaya dalam rumah tangga sendiri tentu menjadi PR lagi. Belum lagi masalah standar ganda yang amat mungkin terjadi saat nanti tinggal bersama dengan orang tua.

2.   Lebih Mandiri

mandiri


Mau umur 5 tahun atau 25 tahun sekalipun, bagi orang tua, kita tetaplah anak-anak. Saran dan nasehat akan terus mengalir pada kita. Bahkan, bantuan yang sering kali tidak kita minta juga akan mereka berikan. Semua itu karena kasih sayang mereka.

Sayangnya, hal semacam ini jadi berbeda ketika kita sudah berkeluarga sendiri. Besar atau kecil, keterlibatan orang tua ke dalam masalah-masalah kita itu pasti ada. Padahal, kita dan pasangan juga butuh ruang untuk belajar menyelesaikan persoalan daam rumah tangga sendiri tanpa campur tangan siapa pun. Menikmati setiap proses keberhasilan maupun kegagalan bersama-sama sebagai bagian dari proses belajar.

Salah satu contoh kecil, menyiapkan sarapan untuk keluarga. Tinggal bersama orang tua dan tidak tentu berbeda. Saya coba bandingkan dengan pengalaman pribadi saat mertua atau orang tua saya berkunjung ke Bogor selama beberapa hari. Kalau ada mereka, saya lebih selow soal urusan masak. Entah itu ada tenaga bantuan mendadak, atau bahkan take over urusan masak oleh ibu.

Awalnya, nggak nyaman ketika area kerja saya “diobok-obok” oleh orang lain. Maunya masak A dengan kreasi sendiri, biasanya akan ada campur tangan lain yang nggak jarang bikin mood masak hilang. Lama-lama, saya coba untuk kasih ruang. Kalau saya yang masak, coba tutup kuping sama tenaga pembantu, kecuali saya minta. Tapi kalau mereka lagi pingin masak makanan tertentu, ya saya yang akan mundur jadi pemeran utamanya.

Itu masih soal urusan masak. Belum bagaimana mendidik anak dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan lain.


3.   Kenyamanan Bersama

kenyamanan


Orang tua saya adalah orang asing bagi suami saya. Sebaliknya, mertua saya adalah orang asing bagi saya. Ketika tinggal bersama dengan orang tua saya, mungkin akan ada perasaan tidak nyaman bagi suami saya untuk melakukan ini itu. Ruang gerak jadi amat rerbatas karena sungkan dan sebagainya. Begitu pula saya ke mertua.

Ini sebetulnya perkara waktu. Lama kelamaan ketidaknyamanan itu akan hilang dengan sendirinya.

Meski begitu, tetap beda rasanya tinggal bersama orang tua dan tidak. Kita dan pasangan butuh area private sendiri tentunya. Area ini biasanya akan jadi semakin sempit saat ada orang lain. Mau jalan-jalan godain suami dari dapur ke kamar juga nggak memungkinkan kalau ada orang tua. Mau pakai baju agak seksi dikit juga nggak bisa, kecuali pas udah di kamar aja. Iya, saya tahu, setelah punya anak, hal semacam itu juga akan berkurang. Tapi setidaknya kita bisa punya waktu sendiri lebih lama bareng pasangan.

Ketika Tinggal Bersama Orang Tua Menjadi Suatu Keharusan

orang tua


Saya nggak berani bilang bahwa pilihan yang saya ambil adalah pilihan terbaik. Menurut saya, kondisi tinggal sendiri adalah kondisi ideal bagi pasangan muda yang baru menikah. Sayangnya, nggak semua bisa memilih kondisi ini. Ada beberapa alasan yang mengharuskan kita untuk memilih tinggal bersama dengan orang tua.

Saya punya teman yang punya kondisi demikian. Dia tinggal bersama ibunya. Ayahnya masih hidup memang, tapi orang tuanya bercerai saat dia masih amat sangat kecil. Bahkan, kenal siapa ayahnya saja baru setelah dia kuliah. Dulu, dia tinggal bersama kakek neneknya. Sekarang keduanya sudah meninggal.

Ibunya adalah anak tunggal. Tanpa sanak saudara. Bagi ibunya, teman saya ini adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Nggak ada yang lain. Setelah usia senja, tentu sulit bagi teman saya ini untuk meninggalkan ibunya sendiri. Mau tidak mau ya mereka harus tinggal bersama.

Tantangan demi tantangan pernah dia lalui, salah satu hal krusial yang terjadi adalah dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Salah satu contoh adalah perihal minum ASI. Anak pertamanya terbiasa minum susu formula sejak bayi. Bukan karena dia tidak mampu memberikannya, tapi karena neneknya yang tidak tega melihat cucunya menangis kelaparan sementara ibunya masih dalam perjalanan. Teman saya sering sekali gagal memberikan ASI pada anaknya, padahal kondisi ASI di payudaranya sudah amat penuh dan minta untuk dikeluarkan.

Dalam kasus yang lain, pernah juga si anak jadi berbohong padanya. Anaknya dilarang makan mie instan. Kita tidak perlu lagi mempertanyakan apa alasannya, bukan? Tapi kemudian neneknya memberinya mie instan dengan pesan, “jangan bilang Mama, ya.”

Agak kacau untuk mendidik dan mengasuh anak pertama ini. Pertama, dia sendiri masih belajar dan belum paham formula terbaik untuk mendidik anaknya. Kedua, ada ibunya sendiri yang sering kali merasa caranya yang terbaik karena ada bukti real yang sudah jadi. Padahal, zaman berkembang, tantangan berubah. Banyak penelitian yang juga menjelaskan mana yang baik dan buruk, tidak hanya asal mengikuti apa kata orang dulu saja.

Itu tadi contoh ketika kita harus tinggal dengan orang tua sebagai balas jasa. Kebetulan orang tuanya juga mau diajak tinggal bersama. Memangnya ada yang nggak mau? Ada.

Nenek saya, ibunya Ayah, usianya sepuh. Jalannya saja sudah tak bisa selincah dulu. Ada beberapa masalah kesehatan juga yang dia derita. Tapi sulit sekali mengajaknya untuk tinggal bersama salah satu anaknya. Ayah saya dan saudara-saudara Ayah yang lain pernah menawarkan hal ini, tinggal pilih mau tinggal dengan siapa. Sayangnya, beliau tidak mau. Akhirnya, anak-anaknya jadi sering bolak-balik kota-desa bergantian untuk mengecek kondisi beliau.

Meski hari ini kita tinggal bersama keluarga kecil kita sendiri, mungkin aka nada masanya kita akan menjemput orang tua kita untuk tinggal bersama kita. Karena faktor usia maupun kesehatan, itu pasti akan jadi bahan pertimbangan. Saya pribadi sulit membayangkan untuk mengirim orang tua sendiri ke Panti Jompo, tidak sampai hati rasanya. Apalagi saya masih mampu untuk merawat.

Saat ibu sakit, saya galaunya bukan main. Kami terpisah jarak yang begitu jauh. Saya di Bogor dan orang tua saya di Malang. Sulit untuk membawa ibu ke Bogor karena dia masih punya amanah yang harus diselesaikan di sana. Jelas tidak maunya. Saya sendiri juga sulit kalau harus tinggal bersama orang tua saya dan terpisah dengan suami, apalagi saat itu kami baru saja menikah. Banyak malam yang saya habiskan dengan menangis. Nggak jarang juga saya jatuh sakit karena terlalu banyak pikiran.

Alhamdulillah, sekarang kondisinya membaik. Hari ini kondisi kami masih tetap sama. Saya belum bisa tinggal di Malang, begitu juga dengan orang tua saya, tidak bisa tinggal di Bogor. Saya Cuma bisa berdoa mereka selalu dilindungi oleh Allah dan terus diberikan kesehatan di usia mereka yang makin lanjut. Aamiin…




Comments

  1. Membangun rumahku surgaku walau tanpa fasilitas di awal pernikahan ya mbak asyiik

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaa.. diupayakan swndiri, diperjuangkan sendiri.
      berdua deng, sama suami, biar makin mesra

      Delete
    2. Artikel yang bagus banget dan berisi. Saya juga sedang ngalamin tinggal bareng mertua dan ipar karena kondisi ekonomi yang tiba-tiba terpuruk karena covid19. Awalnya baik-baik saja lama kelamaan mulailah drama. Mereka baik tapi yah tetap saja ada hal yang dijadikan masalah walau sepele.

      Delete
  2. aku malah "diusir" sama orang tuaku dan mertuaku. Disuruh beli rumah sendiri, katanya supaya ngga nyusahin haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. orang tuaku juga pinginnya aku mandiri. nggak enak kalau tinggal serumah bareng orang tua, salah satu pasti akan merasa nggak nyaman.

      Delete
    2. aku malah dibilang parasit padahal yg nyuruh aku tinggal dirumah orang tua ya mereka sendiri, semenjak itu aku nekad ngontrak aja dulu sampe kebeli rumah sendiri

      Delete
  3. Pernah merasakan tinggal bersama orang tua maupun mertua setelah menikah. Pada akhirnya kami memutuskan mengontrak rumah sendiri karena malah sering terjadi friksi karena masalah sepele.

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang idealnya tinggal terpisah sih mbak. meski harus ngontrak. tapi kadang ada kondisi yang tidak bisa dihindari dan harus banget tinggal serumah. kalau gitu ya apa boleh buat.

      Delete
    2. Aku sering banget cekcok sama mama ku masalah sepele soal anak pertama ku, bingung mau ngontrak rasanya tapi takut biaya besar gak sanggup, takut ngasuh anak sendirian, dan terlebih orang tua ku gak bolehin aku pindah, gimaba dong mbak?

      Delete
    3. Saya juga begitu mba..sering cekcok dgn ibu kandung perihal anak.. ibu saya ga pernah tega ngliat cucu nya nagis apa2 dibeliin jadinya anak saya egois..
      Alhamdulillah sudah punya rumah sendiri.. mau pindah eh malah ibu saya ini sedih pisah sama cucu.. tapi inshaallah akhir tahun ini akan segera pindah kerumah sendiri..

      Delete
  4. Sudah diwanti-wantis sejak SMA malah, "kalau ntar nikah kamu ke luar dari rumah ya, boleh sih tinggal di sini tapi bayar kaya orang ngontrak." Begitu kata ibu saya.

    Alasannya sih, supaya belajar menjadi manusia dewasa 'beneran'. Seperti kata kakak, mau ngontrak kek ga masalah yang penting ngerasain hidup di atas kaki sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya dulu juga disarankan untuk pisah dari orang tua mbak. kata orang tua saya, nggak apa-apa kamu ngontrak, namanya baru menikah ya semuanya butuh perjuangan.

      Delete
    2. Padahal mama ku tau kalau awal menikah itu sulit meskipun harus ngonttak, tapi ya kenapa aku dipaksa untuk membeli rumah kpr

      Delete
    3. Sama banget dengan mama ku mbak, sekali nya aku cerita mau beli kpr malah dibilang kenapa cepat2 mau pindah

      Delete
  5. Kalau saya nggak suka tinggal di rumah ortu, soalnya nggak nyaman aja, dan bikin masalah aja hehehe

    Tapiii, kalau emang sebuah keharusan, saya sih oke-oke saja baik di rumah mertua atau rumah sendiri.

    Toh kalau keharusan itu biasanya emang gak ada yang diandalkan selain kita, means di rumah cuman ada kita dan ortu/mertua.

    Yang ga asyik itu kalau banyak sodara juga tinggal di rumah itu hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju mbak, saya juga begini sih.

      kalau soal sodara yang tinggal serumah emang nggak nyaman banget sih. belum lagi tambahan dramanya. hahaha

      Delete
  6. Hai mbak Lelly, kuku setuju. Aku jga nantinya setelah suami kembali, kami ingin merantau bersama dan tinggal bertiga saja tanpa orang tua. Hal pertama yaitu ingin menumbuhkan budaya baru dari kami berdua, jadi nggak ada ikut campur parenting orang tua lagi krena we know what we do :) InsyaAllah

    ReplyDelete
    Replies
    1. semangat ya mbak yang masih LDM, semoga bisa cepet kumpul lagi sama suami. saya baca ceritanya orang-orang yang LDM tuh suka baper sendiri. nggak kebayang gimana rasanya.

      Delete
  7. Mbak, sama ih perasaannya ama aku. Dulu pengen mandiri merantau dan hidup jauh keluarga masing-masing krn ingin membina rumah tangga yg mandiri. Kini ketika orang tua sudah semakin tua, mulai kepikiran kondisinya krn berjauhan. Akhirnya doa yang selalu terpanjat untuk kesehatan dan perlindungan beliau berdua. Bandung-Solo adalah jarak yang memisahkan kami. Semoga orang tua kita selalu dalam perlindungan-Nya ya mbak. aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kalau orang tua udah makin sepuh emang pinginnya juga tinggal serumah. kan bingung juga ya kalau kenapa-kenapa. apalagi kalau jaraknya jauh.

      Delete
  8. Yup lebih nyaman sih klu sudah berkeluarga tinggalnya mandiri, gak di rumah ortu atau mertua. Rencana saya juga kayak gitu tapi ternyata setekah nikah ada kondisi yang bikin saya akhirnya harus tinggal lama dulu di rumah orang tua. Alhamdulillaah sekarang udah ngontrak lagi.

    ReplyDelete
  9. Entah kenapa, sebelum merit aku dan suami emang udah sepakat mau tinggal sendiri, walaupun di kampung ibuku udah menyediakan tempat tinggal untuk tinggal bersama beliau. Aku dan calon suamiku saat itu nekat ambil rumah di bekasi untuk ditempati begitu kami menikah.

    Puji Tuhan semuanya lancar, setelah menikah kami langsung menghuni rumah sendiri, meskipun kondisinya belum layak ditinggali tapi kami nyaman, kami bisa hidup mandiri, beradaptasi hidup berdua 24/7 tanpa campur tangan orang tua dan mertua hehhe.

    Nggak kebayang kalau campur sama orang tua atau mertua, kami berdua nggak bisa sebebas di rumah sendiri hehehe, setelah jauh dari orang tua skrg ketemu orang tua adalah hal yang selalu kami rindukan, karna jarang ketemu hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, even orang tua sendiri, tetep aja nggak nyaman kan. apalagi sudah menikah. lebih enak kalau tinggal terpisah dengan orang tua.

      Delete
  10. Halo mba, saya juga dilahirkan dari anak yg broken home. Ada dimana ketika saat kecil blm bisa menerima kenyataan yg ada, saya tinggal bersama ibu tiri dan ayahku yg jarang bertemu dgn saya. Karna saat saya masih sekolah,pagi2 ayahku masih dikamarnya, dan saya pulang kerumah hingga tidur malam, ayahku blm pulang juga. Sampai2 setiap hari disiksa o/ ibu tiri yg nyaris membunuh saya.

    Saat itu saya masih kelas 2sd. Saya merasa kesal kpd orangtua saya, kenapa bercerai? Saya juga kesal kpd ibu saya, kenapa ibu saya tinggal asik2an dgn suami nya yg baru dan melupakan saya?

    Dan saat saya sudah besar, ibuku tiba2 datang meminta maaf, dan meminta tinggl bersama saya dgn suami saya saat saya sudah menikah, dimana sebelumnya saya dgn suami sudah berkomitmen utk tdk ada campur tangan orangtua ketika menikah..
    Bingung.. Kesal.. Campur aduk..
    Di sisi lain, dia tetap ibu saya, tdk mungkin saya menyia2kan ibu saya di sisa umurnya..
    Tetapi di sisi lain juga ada kekesalan dan kebencian dimana realiti tdk sesuai komitmen dan keinginan kita..
    Rasanya seperti tdk rela.. Tp aku juga tdk mau mencampakkan ibu sendiri..

    Apakah rasa tdk rela yg saya rasakan itu hal wajar?
    Apa yg harus saya lakukan ketika ibu saya semakin semena2 saat tinggal bersama, sedangkan sebelumnya ibu saya menyia2kan anaknya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai mbak anon,
      Saya rasa wajar bila seseorang punya perasaan demikian pada orang tuanya. Permasalahannya adalah bagaimana caranya bersahabat dengan perasaan itu. Segala luka di masa lalu harus disembuhkan dulu. Kalau mbak memang butuh bantuan psikolog, it's okay. Datang aja dan cerita ke mereka supaya dibantu.

      Terkait ibu tinggal serumah dengan mbak atau tidak, saya nggak bisa memberikan saran selain bicara dengan suami. Coba tanya suami bagaimana kondisi yang terbaik untuk kalian.

      Delete
  11. HMMMMM sebenarnya kesel juga kalo Kaka ipar dan Kaka sendiri kaga paham dan ngerti situasi malah pengen lama lama tinggal dirumah ortu apalagi motor keluarga jadi hak milik suaminya aduhhh kayak parasit

    ReplyDelete
  12. Bagaimana kalo orang tua yang tinggal dengan kita ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini semua kembali ke pertimbangan keluarga masing-masing. Bisa diskusi dengan pasangan terkait hal ini.

      Kalau saya pribadi, seperti yang sudah saya tulis di atas, ya nggak masalah. Kan orangtua makin lama makin tua. Apa iya beliau dibiarkan merawat dirinya sendiri di usia tua?

      Delete
  13. Dulu aku awal nikah sempet tinggal sebentar di rumah orang tua ku, karna ada konflik, kami pindah ngontrak, kemudian aku hamil dan melahirkan dirawat oleh orang tua ku udah hampir 10 bulan tinggal di rumah orang tua ku, pengen rasanya pindah ngontrak lagi mbak, tapi masih belum berani takut gak sanggup karena penghasilan suami pas pasan, gimana ya mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebetulnya, ini balik lagi sama pilihan mbak dan suami mau gimana. Kalau merasa konflik terus, sebaiknya memang pisah dulu. Buat lingkungan yang kondusif juga buat membesarkan anak. Kasihan anaknya juga kalau besar di tengah konflik.

      Tapiiii... Semisal masih memilih tinggal sama ortu, ya harus mau berupaya bersahabat dengan konflik ini. Mencari cara untuk menyelesaikan tiap masalah yang hadir.

      Btw, Allah itu Maha Kaya lho mbak. Rizki tiap orang itu udah diatur juga sama Allah. Jadiiii, jangan lupa libatkan Ar Razaq ini. Minta dimampukan. :)

      Delete
  14. Hy Mba..sy cukup lega membaca tulisan Mba..Saya ingin berbagi cerita..tapi rasanya terlalu 'vulgar'jika harus disharing disini..Bs mnta lamat emailnya Mba? Sebelumnya makasih..kalau tidak berkenan juga tidak apa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamat email saya sudah tercantum di profil saya ya. 😊

      Delete
  15. Setuju sekali mba.. Saya sebelum nikah sudah ambil KPR karena memang saya merantau di kota orang dan pengin besok kalau menikah bisa mandiri dg suami. suami pun setuju kala itu. Eh sekarang suami malah ingkar janji. karena saat kami menikah, rumah KPR itu sedang proses renovasi, jadi kami sementara tinggal di rumah ortu suami, malah suami terlalu nyaman dan ga mau menempati rumah KPR yg udah selesai renovasinya. Keluarga suami malah menyarankan rumah tersebut untuk di oper KPR atau di kontrakan saja karena mereka bilang rumahnya terlalu kecil, pasti suami saya akan sangat tidak nyaman di sana karena biasa tinggal di rumah yg sangat besar. Padahal jarak rumah saya dengan rumah mertua tidak lebih dr 2 km saja. Dan di rumah mertua,
    ada 2 adik ipar laki2 yang umurnya seabaya dengan saya bahkan lebih tua dr saya. Rasanya hancur sekali saat itu. Rasa sakit hati itu membuat saya sangat ingin segera pindah rumah. Alhamdulillah dengan sedikit memaksa sambil berurai air mata setiap hari, suami saya akhirnya mau pindah dan hidup mandiri meskipun tetap ibu mertua saya ikut campur atas semua yg ada di rumah saya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sabar ya mbak. Memang yang paling nyaman adalah tinggal jauh dari orangtua maupun mertua. Ini biar masing-masing bisa belajar mandiri dan mengambil keputusan atas rumah tangga masing-masing.

      Kalau dekat, ya begitu itu. Apalagi kalau punya mertua yang belum bisa melepaskan anaknya. Ini PR lagi.

      Kuncinya sih ada di suami mbak. Beliau yang harus bisa meyakinkan ibunya atas segala pilihan yang mau diambil.

      Semangat mbak. :)

      Delete
  16. Saya dan suami ingin hidup mandiri karena orang tua saya hidupnya serba glamor dan saya tidak mampu untuk mengikuti kemauannya setiap saya ijin untuk ngontrak suami saya yang jadi sasaran dan hinaan orang tua saya kata kata yang tidak pantas semua keluar dari mulut orang tua saya, tolong kasih saya solisi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Solusinya sih tidak lain dan bukan, segera pindah dari rumah. Ini untuk menjaga keutuhan rumah tangga mbak juga.

      Delete
  17. Saya juga ingin tinggal sendiri dengan suami saya dan juga anak. Kami ingin menciptakan budaya baru kami sendiri. Saat ini kami masih tinggal bersama orang tua saya. Secara finansial kami mampu untuk hidup sendiri. Disisi lain orang tua suami saya(mertua)Saya hidup sendiri dirumah suami saya karena dia adalah seorang janda. Dalam lubuk hati saya kadang merasa berdosa tidak tinggal dirumah suami saya bersama mertua saya. Tapi saya orangnya itu ngga enakan. Apalagi dengan masalah berbagi urusan dapur itu saya tidak suka berbagi urusan dapur bersama orang lain hehehe. Saya juga tidak betah tinggal bersama orang tua saya sendiri. Tinggal bersama orang tua itu sangat membatasi ruang gerak,jadi nggak bebas baik orangtua sendiri ataupun mertua. Jadi saya harus gimana🤔

    ReplyDelete
    Replies
    1. Memang tidak nyaman kalau tinggal serumah dengan mertua. Saya pun merasa demikian ketika mertua saya menginap lama sekali di rumah. Tapi, saya sadar bahwa suatu saat bisa saja kondisi seperti ini terjadi. Saya yang harus mendampingi mertua di rumah.

      Ini nggak ada solusi lain kecuali minta sama Allah untuk dilapangkan dada mbak. Minta sama Allah agar mbak bisa ikhlas dengan kondisi saat ini. Semoga dengan cara itu juga, mbak bisa mendapatkan ladang pahala yang luas. Aamiin.

      Delete
  18. Saya juga ingin tinggal sendiri lagi seperti dulu...awal nikah memang kos tapi pas hamil pulang trus kontrak lagi dan pulang pas melahirkan.awal2 emang tidak ada kendala selama tinggal dgn ortu tapi lama2 jadi sering konflik yg sebenarnya sangat sepele sekali tapi bisa jadi berhari-hari.saya hanya bisa perbanyak sabar karena bagaimanapun beliau ibu saya,tapi saya lelah seperti ini terus.tidak ada kenyamanan lagi.saya dan suami sudah mulai bangun rumah sendiri,dekat rumah mertua.renacananya pindah nunggu anak2 lulus SD dan adik saya lulus SMK,tapi semakin kesini saya jadi pengen cepat pindah tapi hati sungguh berat sekali meninggal kan ibu

    ReplyDelete
  19. Saya masih tinggal dengan ibu (ayah meninggal 7bln setelah saya menikah). Di rumah ada kakak saya dan istrinya yg blm ada anak. Tapi saya tidak boleh keluar dr rumah, padahal sudah banyak sekali gesekan yg saya rasakan. Rasanya sudah gak sanggup ada di rumah orang tua sendiri sekarang tp keadaan ekonomi dg suami blm memungkinkan untuk beli rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau nggak bisa beli rumah, mbak bisa jadi kontraktor mbak.

      Dan lagi, setelah menikah, semua keputusan itu ada di tangan suami. Bukan ibu mbak.

      Ketaatan utama ada di suami. Bukan ibu sendiri.

      Masalah ini, biar suami yang bicara karna beliau imam mbak saat ini.

      Delete
  20. sarannya dong kakak
    saya udah 2 minggu tidur pisah gara2 ibunya istri saya mau tinggal dirumah saya,sedangkan rumah saya ga da kamar,cuma ruangan sepetak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya gabisa kasih saran karna saya jg gatau kenapa beliau ingin tinggal di sana.

      Delete
  21. Tak sengaja nyasar keblog ini, tapi langsung jleb..!! baca isi tulisannya,& ikut ig nya mbak. Izin share2 ya mbk, semoga bermanfaat.
    Saat ini saya ada dikondisi msih tinggal bersama mertua juga ipar2 yg bnyak ketidaknyamannya.
    Pertama mereka yg hidup tidak bersih dan malas, secapek apapun rumah saya bersihkn ttap aja hitungan menit langsung dkotori kmbali. kedua mertua juga jadi sakit tbc, saya khwtir dgan anak yg tiap hari harus minum obat dri puskes agar menjaga tdak trkena pnyakit ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba tinggal sendiri dengan keluarga kecil mbak ya..

      Kalau belum bisa beli rumah, mbak bisa kontrak. Coba bicarakan ini baik-baik dengan suami.

      Tidak baik juga kalau anak terus menerus konsumsi obat. Tidak baik untuk kerja ginjalnya mbak.

      Delete
  22. Saya jg ingin tinggal di rumah sendiri mbak,,karna ckrg saya msh tinggal d rmh orang tua udh 2 thn sejak saya setelah mnikah. Memang banyak masalah sih mbak, meski rumah itu nnti diwariskan jg ke saya krn saya anak satu2 nya. Ortu saya yg super cerewet, membuat saya dan suami merasa gk nyaman.. Apa lg orgtua suka marah2 cm krn mslh sepele. Suami saya kan jd gk enak. Orgtua jg sering brtengkar depan aq n suami. Smoga aja uang kami cepat ckup y, agar bs segera bangun rumah sndiri yg lbh nyaman n bebas. 😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau uangnya belum cukup, mbak bisa kontrak rumah dulu mbak. Bicarakan baik-baik dengan semua pihak ya

      Delete
  23. Sekarang lagi ngalamin ini,,berat sbnrnya dgn penghasilan pas2an harus bayar kontrakan juga,,tp bismillah,,semoga dgn begini ada jalan yg lebih baik lagi.

    ReplyDelete
  24. Halo mba, sekarang aku tinggal di rumah ayahku, ayahku seorang duda, awalnya aku dan suami baik baik saja tinggal disini, tapi semakin lama ada saja konflik yg terjadi, dan itu membuat kami tidak betah tinggal di rumah orang tuaku, aku dan suami ingin ngontrak rumah tapi aku khawatir dengan kondisi ayahku karena semua biaya hidup nya suamiku yang menanggung.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seperti yang sudah saya sampaikan di atas. Kondisi ideal adalah pisah rumah.

      Kalau kekhawatirannya tentang biaya hidup, kan masih bisa kasih kiriman tiap bulan.

      Delete
  25. Hallo mba saya minta solusinya donk,saya ada niatan untuk ngontrak,karena saya sdh gk nyaman di rmh orang tua di karenakan banyak yg ikut campur sm urusan saya,dlu saya tinggal sm orang tua ada alasan karena faktor pengeluaran bnyk dan jdi smua itu saya tanggung,makin kesini aku ngerasa Kya gk di hargai Sdangkn saya krj bkn nganggur tpi di mata orang tua saya sllu slh,tolong ksih solusi y mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya pisah rumah aja. Ngontrak di rumah kecil juga gak masalah untuk menghindari konflik. Kalau tinggal serumah ya akan terus seperti itu.

      Kekhawatiran soal biaya hidup bisa diminimalisir dengan menekan gaya hidup, kerja keras, berdoa. Allah yang menjamin rizki hamba-Nya. Tinggal kita mau usaha atau tidak.

      Delete
  26. Mba saya juga pengen tinggal bertiga saja sama anak, kebetulan kami ada toko didekat rumah ortu yang bisa ditempati, cuma ibu dan Ä·akak saya tidak mengizinkan saya tuk pindah, kadang kakak saya membuat saya tidak nyaman dan ingin rasanya cepat keluar dari rumah, cuma sesekali juga kakak saya bilang kalau rumah akan bertambah sepi apalagi ibu sudah berumur dan pasti sedih kalau saya tinggal mandiri, apa yang harus saya lakukan disisi lain saya tidak tega, tapi disisi lain hati saya tidak nyaman

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya sudah. Pisah rumah saja. Kalau kangen bisa datang ke rumah ibu. Selesai.

      Kalau masih tidak enak hati, ya sudah nikmati saja konfliknya.

      Tiap orang punya pilihan masing-masing. Semua pilihan ada resikonya. Tinggal pilih mau yang mana.

      Delete
  27. Assalamualaikum mba.
    Saya dari awal menikah sampai sekarang melahirkan masih tinggal di rumah orang tua. Orang tua bilang daripada ngontrak mending uangnya kasih ke orang tua tapi dia bilang juga gausah mikirin orang tua karena masih ada ayah yg bekerja untuk menuju kebutuhan orang tua. Bagaimana yaa, membingungkan.
    Pasca melahirkan asi saya sedikit baby juga gakmau nyedot asi , tapi Sodara, orang tua ngoceh aja. Dia gak merasakan apa yang kita rasakan.
    Rasa capek ada , ditambah masih kerja. Batin di hati udah lelah rasanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikumsalam,
      Idealnya memang tinggal terpisah dari ortu mbak. Coba bicarakan ini dengan suami dulu. Kalau memungkinkan untuk pindah, pindah saja mbak.

      Delete
  28. Bismillah. Qodarullah nyasar ke blognya mba lelly iseng2 googling masalah ngontrak rumah, khawatir kami salah jika memilih utk ngontrak. Saya dn suami sdh 2th nomaden tinggal berpindah2 di rumah orangtua dan mertua. Awal2 menikah memang belum terasa perbedaannya. Tapi selepas saya punya anak dan resign mulai terasa bagaiamana bumbu2 sedapnya tinggal bareng orangtua/ mertua. Dan akhirnya utk menjaga hati orangtua/ mertua dan hati saya yang notabene lebih sering di rumah juga keharmonisan rumah tangga kami memutuskan utk pisah rumah. Tulisan2 mba lelly sedikitnya mewakili pengalaman kami terutama masalah perdapuran ya mba. BarokAllaahu fiik mba.

    ReplyDelete
  29. Halo mb lely...

    Sy juga lagi galau nih mb,,

    Sblmnya sy merantau dgn suami di kota lain, yg jaraknya 1hr 1mlm jika naik kendaraan darat, sekarang sy pulang kerumah ortu dan LDR sm suami krn keinginan sy waktu itu ingin seklainpulang keeumah ortu,
    Sy minta kesuami akhir.ya suami mau nururin, skrg saya bingung krn ternyta hasilnya gak sesuai ekspektasi sy.

    Kondisi kami waktu dikota lain : suami sy sering kerja luar kota mb, krn pekerjaan nya sbg tekhnisi alat berat, dan sy sendirian mngasuh 3 anak, mana yg anak ke2 ABK usia 4th blm bs bicara dan blm mngerti, autis ringan, yg ke 3 usia 15bln, klo anak p1 udh 7th mba, udh sekolah, tpinegois dan gak mau main sm adik nya krn adiknya g mau diajak.main. adik yg ke2 cuek aj mb jd dia agk males ajk adik main.

    Daaaan sy minta balik ajalah sm suami ke kota org tua tinggal, dan anak sy udh sekolah sd disini.

    Skrg sy tertekan. Byk hal.lain yg menggangu mb.
    Org tua sy terlalu sibuk sehingga juga tdk dpt mwmbantu sy mngasuh anak², sesekali ada tpi sgt jarang mb, tpi mlm ibu menemani ank sy tdr krn ibu sy jrg tidur sekmar dgn ayah, , tpi seseklai msh tdr dikamar mb. Tpi lbih sering g tdr sekamar.

    Dan adik sy yg kuliah g ad sedikitpun ingin mmbantu sy, meskipunsy ud teriak² krn kerepotan sm anak².

    Sy sekarang ingin ngontrak mb,
    Tpi kata ayh sy g boleh ,buang² uang saja krn kami udh tua, ada rumah ini.

    Tapi org tua sy toxic mb.
    Ibu sering berkata dgn nada teriak ke anak p1 sy, dan dia sgt tdk suka itu. Sering ngeluh kalo neneknya marah² aja.

    Sy udh bilang suami klo mau ngontrak aja.

    Sdgkan kondiai kami LdR, dia takut sy kesusahan sendiri. Sdgkan mncari art dikota sy sulit. Dan talut kalo nyari yg jauh krn anak² sy g bs bicara.

    Mnurut mb qpa sy hatua bertahan dulu smpainsuami bs pindah kekota sy tggal.
    Atau sy bs pindah aj tnpa memikirkan kedepannya. Apakah sy mampu urus anak² sendiri /tdk.

    Terimakasih sblmnya mb.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebetulnya kondisi ideal ya mbak tinggal terpisah mbak. Masalah yang mbak hadapi di rumah tangga mbak, ya mbak dan suami yang selesaikan.

      tapi, tidak semua rumah tangga bisa demikian. ada kondisi yang memang tidak memungkinkan untuk tinggal terpisah.

      satu hal yang perlu mbak rubah adalah mindset mbak. mbak nggak bisa terlalu bergantung dengan orangtua mbak.

      jadi, kalaupun mereka membantu, ya bantuannya semampu mereka. jangan pernah berharap bantuan full dari mereka.

      kenapa? mereka ini sudah tua mbak. tenaganya sudah tidak sebaik dulu lagi.

      coba ditanamkan ke diri mbak sendiri, "kalau bukan saya yang handle siapa lagi?"

      hasilnya akan berbeda. energinya akan beda.

      mbak nggak harus sempurna di semua aspek, kalau prioritasnya mbak ada di anak, yaudah, fokus aja ke anak. lainnya biarin aja.

      Delete
  30. Sama mbak, saya juga udh 2 tahun lebih tggl drmh orgtua, saya merasa tidak nyaman, hanya dgn mslh sepele saya bentr"* dimarahin, dan saya sllu brsbr untuk tidak menjawab ibu saya, tapi kdg saya tidak tahan dgn prkataan ibu saya yg tidak benar adanya, saat saya menjawab itu mlh jdi mslh yg besar sehingga ibu saya menjauh dari saya.

    ReplyDelete
  31. Assalamualaikum, terimakasih atas tulisan nya mba.. memang betul paling nyaman ketika sudah menikah tinggal terpisah dari orang tua. Saya merasakan sendiri ga enak nya tinggal dengan orang tua saya sendiri, awal pernikahan saya dg suami kami masih tinggal bersama org tua saya dan 3 bulan setelah menikah ada konflik kecil yang membuat kami memutuskan untuk ngontrak rumah . Setelah orang tua tau kontrakan saya, kami dihujat karna kecil dan di area yang sulit akses masuk mobil. Setelah saya hamil 9 bulan saya dan suami memutuskan utk kembali ke rumah org tua saya. Tetapi ternyata pilihan kami salah, ketika anak kami lahir ibu saya mendominasi utk merawat anak kami mulai dari mengatur berpakaian dan segala hal, sampai pernah ibu saya berkata ke anak saya "mama kamu itu goblok ya.." walaupun itu anak bayi mungkin masih belum paham tp kebiasaan berkata negatif seperti itu akan berbahaya ketika anak kami besar. Dan saya juga tidak bisa memberikan full ASI karna ketika anak saya menangis org tua saya selalu menegur saya "kalau bisa anak jangan dibiasakan menangis malu punya anak menangis terus" karna waktu itu ASI saya masih sedikit dengan terpaksa dan menyesal saya beri anak bayi umur 7 hari sufor.. ketika itu hancur hati saya sejak kecil sampai dewasa selalu di remehkan dan tidak dihargai. Mungkin ada luka batin di saya yang mereka buat yang sampai saat ini belum sembuh. Setiap kalimat negatif mereka selalu membuatsaya sakit hati, merendahkan meremehkan membandingkan saya dg kakak saya pokoknya banyak.

    ReplyDelete