Ada satu
fakta menarik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita yang sering kali
menjadi badai dalam rumah tangga seseorang, yaitu hadirnya orang ketiga. Saya
nggak bilang bahwa setiap rumah tangga diuji dengan masalah ini, tapi yang
begini ini banyak.
Saya ingat
peristiwa 5 tahun yang lalu, saat saya menjadi salah satu narahubung di salah
satu kegiatan kampus. Setelah proses promosi kegiatan ke beberapa sekolah, ada
salah satu pihak dari sekolah yang menghubungi saya. Sayangnya, dia tidak
menanyakan sama sekali perihal acara tapi justru memberikan saya warning pada
salah satu narahubung lain yang namanya tercantum dalam proposal tersebut.
“Hati-hati
dengan Wati (bukan nama sebenarnya), dia perebut laki-laki orang. Setelah
menghabiskan kekayaan suami saya dan menghancurkan kehidupan keluarga kami, dia
pergi.”
Intinya
begitu. Isi pesan singkatnya tentu bukan cuma itu saja. Tapi cerita panjang
kali lebar tentang perselingkuhan suaminya dengan Wati dan bagaimana akhirnya
dia dan suami Wati memergoki keduanya di salah satu hotel di Jember. Ngeri, ya?
Kalian bisa
bayangkan shocknya saya saat itu. Baru lulus sarjana, baru dapat kerja juga,
lalu dapat kisah semacam ini. Saat itu, saya abaikan pesan singkat itu. Saya
masih mencoba untuk positive thinking dengan kondisi semacam ini. Saya tidak
tahu mana yang benar dan salah. Siapa tahu itu fitnah. Hingga suatu hari
saya melihat sendiri Wati satu mobil dengan pria paruh baya berdua saja. Lalu,
muncul rumor-rumor tentang Wati yang memang suka begitu. Kencan dengan suami
orang.
Menginjak
usia kepala 2, cerita orang ketiga ini banyak saya dengar dari berbagai pihak
dengan tokoh utama yang berbeda. Ada yang jadi “gundik”. Ada yang pacaran
diam-diam dengan teman sekantor dan justru dicie-ciein teman kantor yang lain.
Ada yang suka menjadikan kantor sebagai tempat ketemu pacar rahasia. Banyak.
Ini belum lagi drama yang ada di TV atau Youtube, belum juga dari orang-orang yang curhat di
akun Jouska.
Kok Bisa Selingkuh?
Pernah nggak
sih kalian penasaran kenapa yang begini ini bisa terjadi? Apa sih yang memicu
hadirnya orang ketiga?
Sabtu lalu,
saya menghadiri bedah buku di Balai Kota Bogor sebagai perwakilan dari Ibu
Profesional Bogor. Di sana, Bu Adriana Soekandar Ginanjar menyampaikan bahwa
salah satu faktor yang membuat perselingkuhan ini semakin marak adalah adanya
media sosial. Dari media sosial ini, kita jadi terhubung kembali dengan
teman-temam lama kita dulu. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk ketemu
mantan atau orang lain yang terlihat lebih baik dari pasangan kita. Lebih kaya
mungkin, lebih tampan, atau lebih punya waktu untuk kita.
Saya setuju
dengan hal ini. Memang, media sosial ini bisa menjadi salah satu pemicu dari terjadinya
perselingkuhan. Tapi sebetulnya akar permasalahan yang sesungguhnya bukan itu.
Masalah semacam ini sebetulnya punya cabang yang sama dengan aneka bentuk
perzinahan lain, baik itu yang dilakukan oleh orang yang sudah menikah maupun
belum.
Apa itu?
Pemahaman
tentang batas hubungan antara laki-laki dan perempuan. Apalagi yang muslim. Ini
ada lho aturannya. Ada batas-batasan antara yang boleh dan tidak.
Dalam Islam,
pergaulan antara laki-laki dan perempuan by default terpisah, kecuali untuk
urusan-urusan ini. Pendidikan, muamalah, kesehatan, dan peradilan. Jadi boleh
kalau lagi belajar terus forumnya campur antara laki-laki dan perempuan. Saat
muamalah juga boleh. Kesehatan, lagi sakit terus ndilalah dapat dokter
laki-laki, boleh lho ini. Saat peradilan juga demikian.
Di luar itu
bagaimana? Nonton bareng, misalnya. Ya kita cek lagi. Ini ada kaitannya dengan
pendidikan kah? Muamalah kah? Kesehatan kah? Peradilan kah? Kalau nggak ada ya
nggak boleh.
“Gue mau
nonton bareng.”
“Buat apa?”
“Ya
seneng-seneng aja.”
Nontonnya
sih boleh ya, mubah-mubah saja. Tapi campur baurnya ini yang perlu diperhatikan
lagi.
Ketika kita
paham batasan ini, sadar bahwa Allah selalu mengawasi, kita juga jadi lebih
hati-hati ketika berbincang dengan lawan jenis. Bila tidak ada keperluan yang
syar’i, pasti akan diupayakan untuk dihindari.
Contoh,
curhat dengan lawan jenis. Iya, awalnya curhat aja. Lama-lama nyaman. Lama-lama
lupa diri. Lama-lama muncul sesuatu yang tidak seharusnya ada.
Poligami dan Aneka Macam Kontroversinya
Bicara
tentang orang ketiga, sebetulnya tidak akan lepas dari pembahasan yang satu ini
juga. Poligami. Dari apa yang Bu Adriana sampaikan, ternyata ada pelaku perselingkuhan
yang ketahuan berdalih semacam ini.
“Nggak
masalah dong kalau saya suka dengan perempuan lain? Kan laki-laki punya jatah 4
orang istri.”
Hmmmmmmmmmm…
hmmmmmmmmmm… hmmmmmmmm (dibaca dengan nadanya Nisa Sabian selama 3 jam)
Fakta yang
sering Bu Adriana temui di lapangan ini jadi mengingatkan saya pada pertanyaan
mahasiswa saya dulu ketika kami membahas tentang pergaulan dalam Islam.
“Bu Lel,
saya tahu bahwa poligami itu adalah syari’at Islam. Tapi kenapa ya rasanya
poligami ini hanya digunakan untuk menghalalkan perselingkuhan saja.”
Sabtu lalu,
saya sempat bikin polling di instastory saya yang menanyakan hal serupa.
Ternyata, orang-orang yang berpendapat demikian ini juga banyak. Well, saya
nggak nyalahin orang-orang yang punya pendapat demikian. Mereka punya alasan
kenapa akhirnya punya opini semacam ini terhadap poligami.
Opini
semacam ini biasanya terbentuk karena banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam
praktik poligami itu sendiri. Salah satu contohnya, ya kasus bapak-bapak yang
udahlah selingkuh malah bilang soal jatah istri. Terekdes!
Seolah-olah poligami hanya dipakai untuk melampiaskan hasrat seksual saja tanpa melihat konsekuensi lain yang harusnya diterapkan juga dalam pernikahan poligami ini. Belum lagi monsterisasi poligami ini sendiri oleh aneka macam pihak.
Seolah-olah poligami hanya dipakai untuk melampiaskan hasrat seksual saja tanpa melihat konsekuensi lain yang harusnya diterapkan juga dalam pernikahan poligami ini. Belum lagi monsterisasi poligami ini sendiri oleh aneka macam pihak.
Penyimpangan Poligami
Well, kalau
kita bicara tentang penyimpangan poligami, dari apa yang pernah saya amati dari pelakunya, ternyata ini dimulai dari penyimpangan pernikahan
monogaminya sendiri. Jadi ya sebenernya dia ngurus satu aja nggak bener dan
berantakan banget, terus pingin nambah lagi. Alamak!
Pertama, ada
banyak orang yang memulai poligami dengan perselingkuhan. Awalnya kencan
diam-diam. Lama kelamaan, nikah diam-diam. Hmmm…
Bu Adriana
bilang begini ketika ngadepin kasus semacam ini, “poligami tidak seharusnya dimulai
dengan perselingkuhan. Mestinya, kalau mau poligami, ta’aruf dulu, jalani
cara-cara yang memang dibenarnya oleh syari’at Islam, bukan dengan selingkuh.”
I totally
agree with her. Ibaratnya, kita lagi mau nambah ibadah yang lain, ya kali
dimulai dengan maksiat. Sayang dong.
Penyimpangan
praktik poligami yang lain terjadi dari sisi pemenuhan kewajiban suami sebagai
kepala rumah tangga. Helloooo… Poligami itu bukan hanya sekedar enaena halal
ya. Ketika seorang laki-laki memilih poligami, mestinya dia juga paham bahwa
tanggung jawabnya akan menjadi naik berkali lipat. Ada istri-istri yang perlu
dididik. Ada anak-anak juga yang butuh diberi perhatian dan pendidikan. Belum
lagi soal nafkah. Ini nggak soal cuma bikin anak terus ditinggal. Nggak, nggak
begitu. Atau cuma datang ketika pingin melampiaskan hasrat seksual. Tapi
perihal mendidik lewat.
Banyak orang
mengambil poligami karena mau ikuti sunnah Rasul. Tapi mereka lupa bahwa
Rasulullah datang ke istri-istrinya nggak cuma untuk begituan aja. Semuanya
dididik lho. Kita bisa lihat kisah bagaiamana istri-istri Rasulullah sebelum
dan sesudah menikah dengan Rasulullah. Amati perubahan sikapnya, amati
bagaimana naiknya ketaqwaan mereka di sisi Allah. Jadi lucu kalau berdalih
ngikutin Rasul tapi yang diambil bagian yang menurutnya enak aja.
Apakah Poligami Sama dengan Selingkuh?
Lalu, muncul
pertanyaan semacam ini. Sebelum menjabarkan opini saya, mau nanya dulu nih. Apa
sih yang membedakan pacaran dengan menikah? Secara, kalau kita lihat
orang-orang yang pacaran hari ini tuh nggak cuma ketemu dan say hello aja. Ada
pegang-pegangan tangan, rangkul-rangkulan, bercumbu rayu, bahkan ada yang
melakukan lebih jauh lagi, yaitu sex. Well, apakah suami istri tidak melakukan
hal ini? Melakukan lah yaa..
Kalau sudah,
mari kita tengok aktivitas orang yang selingkuh dan pelaku poligami. Sama-sama
melibatkan orang ketiga, bahkan keempat, dan kelima. Tapi ada yang membedakan
semua itu. Baik antara pacaran dengan menikah, maupun selingkuh dengan
poligami itu sendiri. Ikatan yang diikat dalam perjanjian suci, mitsaqan
galizan. Ikatan yang menjadikan sesuatu yang tadinya haram menjadi halal.
Ikatan yang diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi hukum syara’ yang lain.
Jadi, kalau
ditanya apa poligami ini sama dengan selingkuh syar’i? Jawabannya jelas tidak.
Apalagi jika pelakunya sudah berusaha untuk berjalan dalam koridor hukum syara’
seperti apa yang Rasulullah contohkan.
Mau Nggak Dipoligami?
Bahas topik
poligami dan perselingkuhan, nggak akan lepas dari pertanyaan semacam ini.
“Emang kamu
mau diselingkuhin?”
“Emang kamu
mau dipoligami?”
Kalau soal
diselingkuhi, jawabannya sudah jelas tidak. Emang ada orang yang mau dibeginiin? Ini udah pelanggaran akut yang saya nggak bisa
tolerir sama sekali. Pengkhianatan semacam ini tuh bukan cuma ke saya, tapi
juga ke anak-anak, keluarga besar dan Allah. Berat men.
Kalau
poligami?
I don’t
know. Wkwkwkw..
Honestly,
saya nggak tahu mau jawab apa. Rasanya sulit memang berbagi suami dengan
perempuan lain. Tapi, bagaimana jika ada kondisi yang mengharuskan saya memilih
ini?
Saya pernah
sih ngobrolin ini dengan suami. Saya tanya suami saya apakah dia punya
keinginan poligami atau tidak. Jawabannya juga sebias saya. Karena ya nggak
mudah untuk mengiyakan poligami itu sendiri. Ini bukan hanya perkara nambah
istri aja, tapi ada perkara-perkara lain yang mengikutinya. Jadi ya nggak bisa
cuma sekedar pingin aja.
Lepas dari
saya mau atau nggak. Intinya sih, saya nggak bisa sepenuhnya menolak poligami
ini karena dia adalah bagian dari syariat Islam. Ketika Allah saja membolehkan
hal ini, kok ya lancing banget kalau saya mengharamkan hal ini.
Kalau kamu
gimana? Mau nggak dipoligami? Share dong opini kamu tentang ini di kolom komentar.
with love,
Berat bener ini judulnya ya hehe... Yang jelas poligami ada aturannya dalam Islam ya dan bagi muslim tidak bisa ingkar akan itu
ReplyDeleteIya betul. Mau ambil atau tidak itu kembali ke pilihan masing-masing.
DeleteMau atau gak dipoligami? Dari lubuk hati terdalam gak. Krn, ya darimana aku tahu kalau niat poligami itu benar2 untuk ibadah? Aku gak tau apa yg sebenarnya diniatkan orang lain.
ReplyDeleteIya, semua boleh memilih untuk iya dan tidak.
DeleteHanya saja kita juga perlu tahu bahwa apa yang kita lihat terkait perbuatan seseorang itu ya dari apa yang bisa kita indra. Urusan hati, itu biar Allah dan dia.
sejujurnya siy berat mbak berbagi suami dengan wanita lain, namun setuju juga dengan pendapat mbak lelly, Allah saja memperbolehkan, kenapa kita mengharamkan. Jadi ya terkait poligami, aku gak punya jawaban yang pasti :)
ReplyDeleteOf course, nggak semua orang bisa menerima dan menurut saya, mereka yang bisa begini ini juga keren banget. Bahkan ada yang menawarkan suaminya untuk orang lain, masyaa Allah..
DeleteBagi saya setiap yang Allah perintahkan baik sifatnya wajib atau sunnah pasti ada hikmahnya. Termasuk Poligami. Kenapa Allah membolehkan namun disambung lagi jika tidak mampu berlaku adil maka cukup satu? karena Allah Maha Tahu ada makhluknya yang memang mampu berlaku adil dan tetap menjalankan sesuai syariat dan ada juga yang tidak.
ReplyDeleteJadi sangat disayangkan kalau netizen yang asal komentar terhadap rumah tangga poligami seorang public figur yang istri-istrinya aja akur. Poligami yang baik itu memang nyata adanya kan.
Tapi untuk laki-laki yang cuma modal ayat poligami terus bebas lirik-lirik wanita lain, atau menikah diam-diam dan membuat istri sakit hati itu sih niatnya sudah beda. Belum tentu termasuk poligami yang diridhoi Allah.
Kalau saya sih mau dipoligami asalkan suami standar sholehnya sudah kayak ustad (sebut saja alm. Arifin Ilham) begitu juga dengan hartanya agar bisa memakmurkan seluruh anggota keluarga. Tapi kalau belum bisa sejauh itu mending fokus aja deh membina keluarga yang sekarang. Hahaha jadi panjang. Saya sebenarnya mau nulis juga tentang ini, tapi belum ada timing yang tepat aja.
Betul, memang tidak bisa digeneralisir bahwa semua poligami menyengsarakan perempuan. Namanya berumah tangga, konflik itu pasti lah ya. Pernikahan monogami ataupun poligami jelas ada konfliknya. Tapi apakah kemudian kalau ada konflik sudah pasti berantakan? Ya nggak juga kan? Tinggal bagaimana mereka menyelesaikan setiap permasalahan itu.
DeleteDan memang, saya setuju juga. Nggak bisa modal ayat doang untuk melakukan poligami cuma karena pingin. Lagi-lagi, konsekuensi di belakang keputusan yang diambil harus amat sangat diperhatikan.
Kalau aku gak mau di poligami mba, walau Allah tidak melarang, tapi lelaki masih banyak kok yang melajang kenapa harus suami orang. Pemikiranku seperti itu mba.
ReplyDeleteiya, boleh-boleh aja kok mikir begitu. kan kita mau nikah sama siapa itu bebas gitu. karna kita yang jalani semuanya kan.
DeleteWah aku masuk ke pembahasan yang masih jauh. Nikah aja saya belum. Tapi mudah2an suamiku nanti ttp cukup satu istri
ReplyDeleteBelum tentu lho laki-laki yang ngajakin nikah belum beristri. Ada juga kasus perempuan single yang mau dijadikan madu.
DeleteNgakak pas bagian hmmmmmm hmmmmmm hmmmmmm nisa sabyan. Haha.
ReplyDeletePerihal poligami... yah... semoga gak semerta merta jadi kambing hitam karena jenuh atau apalah alasannya. Banyakin ilmu dulu :))
Iya mbak. Memang harus diperkaya dulu ilmunya supaya nggak dzalim ke pasangan-pasangannya.
DeleteKalau kata suami saya daripada selingkuh mending poligami. Sama-sama ada orang kedua, tiga, dst tapi jelas keduanya tidak bisa disamakan. Kalau poligami kan ikut syariat Allah tapi kalau perselingkuhan ya pastinya ikut rayuan syaitan. Tapi keliru juga ya kalau ada yang berdalih mau selingkuh dulu baru bisa poligami.
ReplyDeleteHmm kalau saya pribadi juga tidak menolak syariat Allah yang satu ini tapi yah mana ada perempuan yang rela berbagi suami dengan perempuan lain. Duh, saya masih belum bisa jadi seperti Aisyah dan istri-istri Nabi yang lain. Pengennya posisi saya bisa seperti Khadijah saja.
Iya mbak, memang. Misal, pingin lebih ya silakan poligami. Ada syariat yang mengatur terkait hal ini, kenapa juga harus ambil jalan yang Allah nggak ridho. Tapi ya balik lagi. Poligami nggak bisa dimulai dengan perselingkuhan.
DeleteAda lho mbak. Beneran. Beberapa kasus poligami yang saya temui, bahkan bukan suami yang minta, tapi istrinya yang mengajukan. Biasanya sih, alasannya untuk menolong perempuan lain.
Aku belum menikah mbak Lel.. Tapi jika kelak disuruh memilih,apakah mau dipoligami atau tidak, sepertinya saya cenderung menolaknya..
ReplyDeleteJujur, berat mbak..
Harus bener2 adil sang suami.
Semoga segera dipertemukan dengan jodohnya yaa.. :)
DeletePoligami memang tidak dilarang dalam agama sih. tapi kok pas kamren suami saya sebulanan asyik chatingan secara japri dengan salah satu teman wanitanya, kok saya jadi beraat bgt ya di hati. Soalnya sebelumnya my honey bonny ini tipe yang tidak pernah nimbrung dalam grup wa keluarga sekalipun. ini begitu dimasukkan ke grup kelas mantan teman smp nya dulu kok berubah. Aduuuh jadi deg degan sediih aja bawaannya saya ini.
ReplyDeleteSetelah tabayyun dan instropeksi diri, kami berjanji untuk saling memperbaiki komunikasi kami. yang rupanya akhir akhir ini sering garing akibat banyak kerjaan dan anak-anak. saya juga sekarang makin hati-hati saat berbaur di grup yang campur laki-laki dan perempuan. Makin sadar diri untuk tidak mudah berhaha hihi, njapri teman lelaki. takutnya diluarsana, ada istri yang bisa saja menangis suaminya asyik chattingan japri dengan kita.
eh, kok jadi panjang sih ini curhatnya.
interesting tema ini sih mbak :)
Memang mbak. Kita nggak bisa sembarangan chatting dengan lawan jenis. Bukan berarti tidak boleh sama sekali, tapi harus ada keperluan yang syar'i, misal untuk urusan muamalah. Tapi yaudah, jangan diterus-terusin. Banyak buanget perselingkuhan yang dimulai dari sini.
DeletePertanyaan yang jawabannya akan tetap sama. Insya Allah sy nggak mau dipoligami bukan karena menentang syariat Allah.. Tapi ya banyak alasannya kenapa sy berat kalau soal itu :D berat temanya nih, Mbak.. Hiks
ReplyDeleteHehehe.. Iya, bikinnya aja 2 hari. Dari pada tiung-tiung terus di kepala.
DeleteAduh, berat memang jawabnya. Kalau saya cenderung jawab mau, tapi bukan berarti ingin .. Selama itu BENAR-BENAR sesuai sunnah dan tuntunan. Bukan sebuah poligami yang dimulai dari sebuah perselingkuhan dan baku syahwat yang haram yg kemudian setelah 'tertangkap' berdalih ingin berpoligami karena mengikuti sunnah Rasul. Ho ho ho..
ReplyDeleteBanyak syarat untuk mampu ke arah sana. Jika semua TERPENUHI, why not ?
Waaaah... Keren nih. Karna nggak mudah untuk menerima ini, tapi untuk mereka yang mau, itu luar biasa. Bahkan ketika menawarkan suaminya untuk berbagi. Entahlah, hatinya dibuat dari apa.
DeleteProblem dan pembahasan poligami tak pernah berujung Mbak. So, bagi perempuan Indonesia susah untuk menerima hal ini.
ReplyDeleteIya, kalau mau didalami lagi ya panjang. Sayangnya, saya masih minim ilmu untuk masalah ini.
DeleteBacaan berat di pagi hari, tapi tetep saya baca sampai habis, hehehe. Memang topik ini selalu hangat, ada berbagai macam sudut pandang..
ReplyDeleteIya mbak. Karena dekat sekali dengan kehidupan kita.
DeleteAku pernah jadi saksi seseorang yg selingkuh lalu melakukan poligami sebagai pembenaran.padahal poligami pun juga ada syarat syaratnya nggak Cuma pingin ena ena halal terus poligami. Naudzubillah
ReplyDeleteitu ngeri sih orang model begini ini. herannya, pasangannya kok mau gitu.
DeleteIni selintas pemikiran aku aja kali ya mbaa, so far menurut pengamatanku para pelaku poligami ini kayaknya enggak jauh beda antara nafsu dan menjalankan sunnah itu sendiri. Dan, dominannya lebih ke nafsu kali ya, maybe. Dan, pemahaman bagi pria yang mau berpoligami inilah yg harus dibangun, jangan sampai malah ujungnya mendzalimi si istri. Agak sensitif aku tuh mbaa sama orang yang berpoligami #pengalamankeluarga
ReplyDeletesebetulnya, misal nambah istri karena kebutuhan biologisnya lebih besar juga nggak masalah sih mbak. karna syariatnya tidak melarang hal ini. fungsi poligami sendiri kan memang untuk memfasilitasi ini. sayangnya, banyak orang yang nggak paham dan memulai poligami dengan selingkuh dulu. ini yang nggak bener.
DeleteBismillah Alloh Swt selalu memberikan hati dan jiwa suami saya hanya untuk saya seorang mbak ee, hihi.
ReplyDeleteBismillah Alloh Swt meridho-nya hingga ke jannah. Aamiin
Kasihan psikis anak dan istri pertama kalau menurut saya, sih.
aamiin..
Deletenggak semua lho yang menghendaki poligami itu laki-lakinya. ada beberapa kasus justru pihak istri yang meminta suaminya untuk melakukan poligami.
tulisan yang bagus dari seorang mukminah. menikah adalah salah satu cara Alloh swt menyayngi wanita untuk mencapai surga dari pintu manapun. melalui pernikaha (mono ato poli) wanita ditugaskan untuk membantu suami agar makin bertaqwa dan ikhlas dalam beribadah pada Alloh swt. Sehingga misal saat suami disuruh berperang dijalan Alloh, maka istri dan suami tidak kuatir terhadap keluarga yg ditinggalkan krn diharapkan istri-istrinya akan saling menolong apabila sisuami tidak kembali. Dalam tafsiran, Istri yang merelakan poligami maka ybs telah menerima syariat Alloh swt secara utuh ( lahir batin ),dan masuk dalam kategori umat tingkatan teratas ( Ust Zul ), hatinya sudah bersh dari rasa iri dan punya sifat pemberi, dan berorientasi pada akhirat dan sifat diatas merupakan cerminan dari penduduk sorga. Kaum munafiq dan liberalis berusaha mengarahkan pada kesesatan dengan menjelekkan poligami tapi membiarkan perselingkuhan. misal di permendikbud 30 th 21. orang melakukan kegiatan yang tidak senonoh tidak akan dipermasalahkan apabila mendapat persetujuan pasangan. namun kenapa poligami yang mendapatkan persetujuan dari pasangan malah dipermasalahkan ? disnilah mereka, tidak konsisten.
ReplyDeleteKetika ditanya, apa mau dipoligami? Perempuan mana sih yg mau, pasti semua pada bilang gak mau. Mana ada orang yg mau berbagi, apalagi berbagi suami, si teman hidup. Tapi banyak juga perempuan di luar sana yg telah disiapkan untuk merelakan suaminya atau menerima pinangan suami orang. Ya pasti ada alasan kuat, kenapa memelih jalan tersebut untuk hidup. Seperti saya, saya belum menikah tapi ketika ditanyakan perihal mau atau tidak, saya mau. Bukan mau lantas setuju untuk menerima lamaran suami orang. Setuju, ketika saya tidak bisa memberikan hak yg seharusnya diberikan istri pada suaminya, maka saya meridhoi untuk poligami. Dari itu, penting adanya perjanjian pra nikah. Ketika saya atas ijin Allah mampu memenuhi semua tanggung jawab sebagai istri, untuk apa seorang suami polihami??
ReplyDelete