Bulan Juli lalu, saya baru saja menikah. Seperti pasangan-pasangan suami isteri lain, saya pun ingin berkontribusi menambahkan Generasi Indonesia yang Sehat dan Cerdas. Caranya gimana? Ya punya anak dulu dong. Hehehe...
Tapi belakangan saya agak ngeri-ngeri sedap ketika dengar anak dari beberapa kenalan saya yang punya masalah kesehatan yang aneh-aneh dari bayi. Ada yang kena kelainan jantung, ada yang pertumbuhannya agak aneh gitu. Sayanya nggak berani nanya tapi. 'Kan itu sensitif. Takut salah nanya lalu dia tersungging.
Waktu pembekalan pra nikah di KUA dulu, saya sempat dikasih paparan tentang beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada anak yang semuanya horor buat saya. Dari paparan Beliau, penyebab masalah kesehatan yang aneh-aneh tadi ternyata dipengaruhi oleh kondisi ibu hamil. Nutrisi yang ada dalam tubuh ibu sebelum dan saat hamil bagaimana. Kondisi mentalnya bagaimana. Saya juga baru tahu sih, ternyata stress tidaknya seseorang akan mempengaruhi proses penyerapan nutrisi dalam Makanya, orang stress jadi mudah sekali sakit ya gara-gara ini juga.
That's why, ibu hamil harus dijaga betul-betul supaya nggak stress. Asupan makanan yang masuk juga. Kita tahu sendiri 'kan, asupan nutrisi bayi itu hanya bersumber dari ibunya saja ketika dalam kandungan. Lah, kalau nutrisinya untuk ibu hamil sendiri aja kurang, bagaimana mungkin bisa mencukupi nutrisi untuk janin.
Oya, dalam pemaparannya, Bu Bidan juga sempat menjelaskan kepada kami tentang stunting.
Apa sih stunting itu?
Mungkin kamu yang baru mendengar ini (eh, baca ding) akan bertanya-tanya di dalam dada apa sih stunting itu? Makanan jenis baru, kah? Obat baru, kah? Atau penyakit baru?
Jadi, saudara-saudara sekalian, stunting itu adalah masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama. Hal semacam ini bisa disebabkan oleh pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Kapan stunting itu bisa terjadi?
Ternyata, stunting itu tidak hanya bisa terjadi pada anak-anak saja. Stunting bahkan bisa terjadi mulai janin masih dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 hari pertama kelahiran). dan baru nampak ketika anak usia 2 tahun. Dampaknya juga cukup mengerikan, yaitu bisa berakibat pada kematian pada bayi dan anak. Tidak hanya itu, stunting juga bisa menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh yang tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif anak penderita stunting juga akan berkurang.
Kasihan ya..
Sayangnyaa..
Dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017, terdapat 29,6% balita yang mengalami stunting di Indonesia. Angka ini memang sudah kian membaik jika dibandingkan dengan data pada tahun 2013, yaitu 37,2%. Akan tetapi angka ini masih tinggi jika dibandingkan dengan batasan yang ditetapkan WHO (20%). Nah, untuk menekan angka tersebut, kita perlu memahami faktor apa saja sih yang menyebabkan stunting ini? Dengan ini, kita bisa melakukan pencegahan stunting, minimal pada anak-anak kita.
Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, stunting merupakan gagal tumbuh pada anak, baik tubuh maupun otak yang terjadi akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak. Penyebabnya adalah rendahnya akses terhadap makan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein dan hewani.
Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik dalam praktik pemberian makanan kepada anak juga bisa menjadi penyebab anak stunting. Misalnya, ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik kepada anak. Ibu yang masa gadis, kehamilan dan laktasi yang kurang nutrisi juga akan sangat berpengaruh pada pertumbungan tubuh dan otak.
Masa gadis ibu berpengaruh ke pertumbuhan anak? Kok bisa?
Jadi, ternyata cadangan nutrisi yang ada dalam tubuh kita akan menjadi sumber bahan baku pembentukan janin pada trimester awal kehamilan. Jika nutrisi yang ada ini kurang, janin yang terbentuk pun akan tumbuh dengan tidak sempurna.
Makanya, untuk pasangan yang baru menikah dan sedang mempersiapkan kehamilan. Hal pertama yang harus dicek terlebih dahulu adalah bagaimana kondisi nutrisi di dalam tubuh calon ibu. Sudah cukupkah untuk proses pembentukan janin ini? Selama kehamilan dan masa laktasi pun ibu juga harus senantiasa memperhatikan hal ini. Ingat, sumber makanan utama bayi baik itu ketika dalam kandungan maupun saat menyusui berasal dari ibu.
Hasil Riskesdas menyebutkan kondisi konsumisi makanan ibu hamil dan balita tahun 2016-2017 menunjukkan 1 dari 5 ibu hamil kekurangan gizi, 7 dari 10 ibu hamil kurang kalori dan protein, 7 dari 10 balita kurang kalori seta 5 dari 10 balita kurang protein.
Faktor lain yang menyebabkan stunting adalah infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses pelayanan kesehatan juga akan mempengaruhi. Hal ini termasuk akses sanitasi dan air bersih.
Bagaimana cara mencegahnya?
Caranya mudah, perbanyak makan makan bergizi yang berasal dari buah dan sayu lokal. Bukan hanya untuk anak-anak saja tapi pastikan semua makanan ini dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga, baik ibu maupun ayahnya. Nah, kalau kamu punya anak perempuan, ketika dia telah tumbuh remaja, pastikan kecukupan gizinya. Jadi, ketika nanti dia telah dewasa dan mulai mengandung, masalah kekurangan gizi ini tidak akan lagi terjadi. Selain itu, kita juga perlu memperhatikan linkungan sekitar kita. ciptakan akses sanitasi dan air bersih untuk rumah kita.
Kalau semua hal ini sudah kita jalankan, bukan hanya melakukan pencegahan stunting saja. Tapi kita akan mewujudkan Indonesia Sehat pula.
Pencegahan stunting ini tak hanya untuk keluarga kita saja. Tapi juga akan turut membantu program pemerintah dalam Kampanye Nasional Pencegahan Stunting. Kampanye ini sendiri telah dimulai pada tanggal 16 September 2018 lalu di Monumen Nasional.
sumber : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id |
Dalam kampanye tersebut, pesan "cegah stunting itu penting" dideklarasikan melaui yel-yel yang kemudian dilanjutkan dengan pembubuhan tanda telapak tangan oleh Kepala Staf Kepresidenan (Bapak Moeldoko), Menteri Kesehatan RI (Ibu Nila Farid Moeloek), Gubernur DKI Jakarta (Bapak Anis Baswedan) yang didampingi isterinya (Ibu Fery Farhati Ganis), selaku Ketua PKK Provinsi DKI Jakarta. Bukan hanya itu saja, Gubernur Banten (Bapak Wahidin Halim), Wakil Gubernur DI Yogyakarta (Sri Pasuka Paku Alam X), Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK (Bapak Sigit Priohutomo), dan Dirjen kesehatan Masyaraat Kemenkes RI (Kirana Pritasari) juga turut hadir dalam kampanye tersebut serta membubuhkan tanda telapak tangannya.
sumber : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id |
Pemerintah berharap melalui kampanye ini bisa menjadi titik awal untuk menyadarkan masyarakt untuk mengenal bahaya stunting dan mulai melakukan upaya pencegahan. Sehingga, prevalansi stunting di tahun 2019 nanti bisa lebih turun lagi.
Referensi:
- http://www.depkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-stunting-pada-anak.html
- http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180916/3427920/menkes-nila-moeloek-generasi-indonesia-jangan-stunting/
- http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180916/2427924/27924/
- https://www.mca-indonesia.go.id/assets/uploads/media/pdf/MCAIndonesia-Technical-Brief-Stunting-ID.pdf
Sangat bagus Pemerintah melakukan Kampanye pencegahan stunting. Namun dampaknya akan lebih terasa jika ada program pemberian makanan bergizi utk anak2 sekolah.
ReplyDeleteidealnya setiap sekolah memiliki nutrisionis yg memonitor perkembangan fisik anak sekolah.
Iya, setuju. Semoga nanti harapan semacam ini bisa terealisasi
DeleteTerima kasih. Heheh
ReplyDeleteAamiin.
semoga kesadaran masyarakat makin meningkat ya ttg gizi anak
ReplyDeleteaamiin ya rabbal alamiin
Deletemakasih sharingnya
ReplyDeletesama2 kak
DeleteStunting emang jadi momok banget. Btw, emojinya lucu. Boleh tau gambarnya pakai apps apa? 😂
ReplyDeleteiya, kan kita gamau ya anak2 kita kena stunting.
Deletemakasi