Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Pengalaman Imunisasi Anak di Tengah Pandemi Covid-19

Apr 27, 2020

Imunisasi anak

Belum ada seminggu setelah Ghazy imunisasi, merebak kabar bahwa virus korona sudah ada di Indonesia. Begitu dengar kabar itu, saya mulai mikir bagaimana nasib imunisasi Ghazy bulan depan? Waktu itu, virusnya belum merebak seperti sekarang. Jadi, saya masih berharap kalau saat jadwal imunisasinya tiba, virus korona sudah pergi. Sayang, harapan itu hanya tinggal angan belaka.

Semakin dekat dengan jadwal imunisasi, semakin besar juga jumlah kasus covid-19 di Indonesia. Ini yang membuat saya makin galau. Apakah saya harus menunda jadwal imunisasi anak ataukah tetap melakukan sesuai jadwal?

Rekomendasi IDAI Terkait Imunisasi Anak

Seakan menjawab kegalauan ibu-ibu seperti saya, IDAI akhirnya mengeluarkan rekomendasi yang ditujukan untuk semua pihak. Baik petugas fasilitas kesehatan, maupun orang tua anak yang akan imunisasi. Rekomendasi ini bisa digunakan sebagai acuan untuk pelaksanaan imunisasi anak. Saya sendiri menggunakan acuan ini untuk memastikan apakah fasilitas kesehatan yang saya pilih sudah mengikuti rekomendasi tersebut atau belum.

Anjuran IDAI Terkait Imunisasi Anak

Imunisasi dasar penting untuk bayi dan anak hingga umur 18 bulan. Hal ini ditujukan untuk melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya lain yang sudah ada. Untuk pencegahan Covid-19 sendiri, belum ada vaksin untuk virus ini.

Apabila bayi dan balita tidak mendapatkan vaksin dasar lengkap, ini akan memicu wabah penyakit lain di kemudian hari. Akibatnya, anak-anak bisa mengalami penyakit berat yang menyebabkan sakit berat, cacat, bahkan meninggal dunia.

Oleh karena itu, pemberian imunisasi tetap harus dilakukan mengikuti jadwal berikut.

Jadwal imunisasi

Imunisasi dasar

- Segera setelah lahir: Hepatitis B + OPV 0
- Usia 1 bulan: BCG
- Usia 2 bulan: Pentavalent 1 + OPV 1
- Usia 3 bulan: Pentavalent 2 + OPV 2
- Usia 4 bulan: Pentavalent 3 + OPV 3 + IPV
- Usia 9 bulan: MR1
- Usia.18 bulan: Pentavalent 4 + OPV 4 + MR2

Imunisasi tambahan

- Usia 2 bulan: PCV 1
- Usia 4 bulan: PCV 2
- Usia 6 bulan: PCV 3 + Influenza 1
- Usia 7 bulan: Influenza 2

Program imunisasi PCV dan JE yang terdapat di beberapa provinsi tetap dilaksanakan sesuai jadwal. Bila pasien sedang ada di wilayah penyebaran luas Covid-19, pemberian imunisasi dapat ditunda 1 bulan dan segera diberikan saat kondisi sudah memungkinkan.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, baik oleh petugas fasilitas kesehatan maupun orang tua ketika anak akan imunisasi.

  1. Atur jadwal kedatangan anak untuk menghindari anak berkumpul terlalu lama
  2. Di wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi, harus ada petugas yang menanyakan apakah ada kontak dengan penderita Covid-19. Apabila ada, maka harus dilayani sesuai dengan anjuran Kemenkes. Apabila tidak ada, imunisasi dapat diberikan sesuai dengan jadwal.
  3. Usahakan ada petugas yang mengatur pemisahan ruangan antara anak sakit dan anak sehat yang akan diimunisasi di ruang tunggu dan layanan yang berbeda.
  4. Sediakan hand sanitizer atau bak cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Hal ini agar orang tua dan anak bisa cuci tangan ketika datang dan akan pulang ke rumah.
  5. Kursi ruang tunggu harus diatur sedemikian rupa agar jarak antara penunggu 1-2 meter.
  6. Anak yang sudah bisa berjalan perlu dijaga agar tidak berjalan mondar-mandir di fasilitas kesehatan
  7. Jauhi orang yang sedang batuk pilek

Anjuran untuk Memenuhi Pembatasan Sosial

Selain hal-hal yang perlu diperhatikan di atas, aturan pembatasan sosial tetap harus diikuti. Ini untuk melindungi diri dan anak dari Covid-19. Apa saja itu?

Pembatasan sosial

Pertama, bila tidak ada keperluan yang sangat penting, sebaiknya anak dan orang tua yang sehat tidak keluar rumah. Selama di rumah, tetap berikan ASI dan makanan bergizi ada si kecil.

Bila ada anggota keluarga yang sedang batuk atau pilek, jauhi dulu. Selain itu, jangan lupa untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum menyentuh bayi. Upayakan juga untuk tidak mencium si kecil. Terakhir, segera hubungi dokter bila sakit.

Menunda Imunisasi atau Tetap Sesuai Jadwal?

Imunisasi anak

Meski sudah ada anjuran IDAI, kegalauan saya tidak langsung lenyap begitu saja. Apalagi saya tinggal di Bogor dengan tingkat penyebaran Covid-19 yang lumayan tinggi. Pertanyaan tentang menunda imunisasi atau tetap sesuai jadwal terus menggelayut dalam benak saya.

Apakah saya harus menunda imunisasi untuk Ghazy? Kalau ditunda, sampai kapan? Bagaimana dengan kemungkinan peningkatan jumlah kasus Covid-19 setelah saya menunda imunisasi?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang kemudian saya pakai untuk diskusi dengan suami. Kami akhirnya sepakat untuk tidak menunda imunisasi Ghazy. Kalau berkaca dari negara-negara lain, Covid-19 tidak bisa selesai dalam waktu seminggu 2 minggu. Butuh waktu yang lama.

Kita tengok saja negara asal virus ini. Sejak Desember 2019 hingga tulisan ini dibuat, jumlah kasus Covid-19 masih ada juga. Meski sempat mengalami penurunan yang tajam.

Melihat hal ini, meski tinggal di area zona merah, akan lebih baik jika segera memberikan vaksin ke anak. Kita tidak tahu apakah bulan depan kasus akan bertambah atau tidak. Situasi saat ini memang mengerikan untuk pergi ke fasilitas kesehatan. Tapi kalau menunggu hingga 2 minggu atau bulan depan, bisa jadi kondisi lebih mengerikan lagi, bukan?

Persiapan Sebelum Imunisasi

Setiap pilihan pasti akan ada konsekuensinya. Ketika saya memilih untuk imunisasi anak saya sesuai jadwal, saya pun harus menyiapkan rentetan ikhtiar agar si kecil tidak tertular Covid-19. Mulai dari memilih fasilitas kesehatan tempat imunisasi hingga persiapan alat pelindung diri. Saya akan bahas satu per satu lebih detail terkait hal-hal ini berdasarkan pengalaman.

1. Pilih fasilitas kesehatan

Dalam situasi semacam ini, datang ke rumah sakit adalah hal yang sebetulnya paling dihindari. Apalagi, kalau rumah sakit tersebut  dijadikan rumah sakit rujukan pasien Covid-19. Itu sudah pasti akan saya coret dari list pilihan.

Tapi, apakah imunisasi hanya bisa dilakukan di rumah sakit saja? Tentu tidak. Imunisasi dasar bisa didapatkan di fasilitas kesehatan lain, seperti puskesmas, klinik dokter atau bidan, atau rumah vaksin.

Bagaimana dengan imunisasi tambahan? Ini yang saya kurang tahu. Apakah ada di puskesmas atau klinik bidan terdekat atau tidak. Tapi kalau rumah vaksin dan rumah sakit biasanya ada. Tinggal cek ketersediaan stok vaksinnya saja.

That why, sesuaikan saja pilihan fasilitas kesehatan dengan kebutuhan masing-masing. Kemarin, saya antar Ghazy imunisasu di rumah sakit karena yang dibutuhkan bukan vaksin dasar, melainkan yang tambahan.

Intinya, cari fasilitas kesehatan yang sepi. Mau rumah sakit, rumah vaksin, puskesmas, atau klinik, pastikan tempat tersebut sepi. Kalau pun harus antre, tidak perlu antre terlalu lama.

Rumah sakit di Bogor

Buat beberapa opsi fasilitas kesehatan juga yang memungkinkan untuk didatangi. Coba tanya ke tetangga, teman atau saudara yang punya anak pada usia di bawah 18 bulan. Tanyakan tempat mana yang biasa mereka kunjungi untuk imunisasi dan bagaimana kondisi tempat tersebut. Tanyakan pula apakah tempat tersebut direkomendasikan untuk imunisasi di sana.

Kalau di Bogor, bisa coba ke RS Azra yang katanya punya vaccin drive thru, bisa ke RS Ummi dan RS Hermina yang ruang layanannya udah kepisah. Bisa juga ke RSIA Bunda Suryatni yang nggak ramai. Mau ke Rumah Vaksin juga bisa. Saya carinya ke situ karena yang dibutuhkan Ghazy memang bukan vaksin wajib, tapi yang tambahan.

2. Hubungi fasilitas kesehatan

Setelah mempunyai list tempat, kini saatnya memastikan sendiri. Coba cari daftar kontak dari list fasilitas kesehatan yang kita miliki. Hubungi satu per satu. Daftar alamat dan kontak beberapa fasilitas kesehatan yang ada di Bogor bisa dilihat di sini ya.

Kontak faskes

Tanyakan masing-masing faskes terkait pemisahan ruangan sesuai anjuran IDAI. Bila ruang tunggu dan layanan tidak dipisah, kita bisa mempertimbangkan apakah tempat tersebut biasanya ramai pasien atau tidak.

Pastikan juga vaksin yang dibutuhkan tersedia. Ini harus detail ya. Terutama bila ini adalah vaksin pengulangan.

Misal, mau imunisasi rotavirus. Sebelum ini menggunakan rotarix, tanyakan apakah vaksin ini ada. Karena untuk imunisasi rotavirus sendiri, bisa menggunakan rotarix, bisa juga rotateq.

Setelah sudah mendapatkan informasi dari list faskes yang kita buat tadi, saatnya memilih. Sebaiknya, pilih faskes yang dekat dari rumah. Selain itu, faskes yang dipilih juga telah dipastikan aman untuk membawa anak sehat ke sana. Tentunya, vaksin yang dibutuhkan tersedia juga.

3. Persiapkan alat pelindung diri

Anjuran terbaru Kemenkes terkait alat pelindung diri, bagi masyarakat yang hendak keluar rumah diwajibkan untuk mengenakan masker. Ini ditujukan untuk menghindari droplet dari orang-orang di sekitar.

Masker yang digunakan untuk orang sehat tentunya bukan masker medis. Cukup gunakan masker kain biasa. Biar masker medis dipakai oleh orang-orang yang memang membutuhkan. Tenaga medis dan orang yang sakit, misalnya.

Wajibnya penggunaan masker ini tentu saja memunculkan pertanyaan baru. Apakah kita harus memakaikan masker pada bayi atau tidak?

Saya sempat galau juga dengan hal ini. Haruskah saya menyediakan masker untuk Ghazy atau cukup menghindari kerumunan saja? Pasalnya, selama ini kita diminta untuk menghindari hidung bayi tertutup agar bayi tidak kesulitan bernapas. Penggunaan masker pada bayi sudah pasti akan menutup area mulut dan hidungnya.

Namun, kalau saya tidak memakaikan masker ke anak saya, bagaimana saya tahu lokasi tersebut bebas dari virus korona? Sementara itu, dari informasi terbaru yang saya ketahui, virus ini tidak hanya menempel pada benda tertentu saja. Tapi juga bisa melayang di udara. Bila sirkulasi udara di tempat tersebut tidak baik, virus akan melayang-layang di sekitar tempat tersebut selama 3 jam.

Pernyataan dr. Kanya Fidzuno, SpA seakan menjawab kegelisahan saya akan masker ini. Menurut beliau, dalam kondisi pandemi virus corona seperti ini, bayi juga diharuskan menggunakan masker apabila terpaksa pergi ke tempat umum, seperti rumah sakit. Sebab, penularan virus corona dari manusia ke manusia bisa terjadi melalui percikan air liur penderita COVID-19 yang dikeluarkan saat bersin, batuk, atau bahkan bicara.

Selain masker, kita juga bisa memakaikan face shield untuk bayi. Ini bisa membuat sendiri. Ada banyak tutorialnya di Youtube. Selain itu, kita juga bisa membawa anak menggunakan stroller lalu menutup stroller dengan cover stroller.

Mau pakai yang mana saja terserah. Silakan sesuaikan dengan kondisi masing-masing. Kalau saya pribadi, saya pilih masker yang lebih ringkes dan tetap aman kalau Ghazy mendadak ingin digendong saja.

Kenapa mulutnya nggak ditutup saja pakai tangan?

Ini sangat amat tidak dianjurkan ya. Kondisi tangan ini yang paling riskan terkena virus dan bakteri dari mana-mana. Kita sendiri saja dilarang untuk menyentuh wajah terlalu sering. Ini kok malah mau ngebekep anak pakai tangan. Big no!

Masker bayi

Nah, sebelum hari H, Ghazy perlu latihan menggunakan masker. Saya cek apakah dia nyaman menggunakan masker. Bagaimana reaksinya dan cara mengatasinya. Alhamdulillah, di sesi latihan pakai masker tidak ada masalah apapun. Ghazy tidak berontak atau menarik-narik maskernya.

4. Komunikasi dengan pasangan

Ini juga bagian yang tidak kalah penting. Meski cuma imunisasi saja, dalam kondisi pandemi seperti sekarang, perlu mengatur strategi agar tetap aman dari penyakit. Pembagian tugas harus jelas. Siapa dan apa saja yang harus dilakukan.


Hari H Imunisasi Anak


Imunisasi di hari-hari biasa saja sudah cukup menegangkan bagi saya. Takut lihat anak disuntik. Khawatir setelah imunisasi jadi demam. Apalagi imunisasi saat pandemi. Hmmmm...

Saya yakin bahwa saya bukan satu-satunya yang merasa begini. It's okay takut. Toh, rasa takut ini juga yang membuat kita berpikir jauh ke depan untuk mengikhtiarkan segala perlindungan untuk anak. Ya, kan?

Hari H imunisasi rasanya betul-betul seperti mau perang. Saya ingatkan lagi suami saya terkait hal-hal yang perlu dia lakukan. Tapi, tahukah kalian? Tetap saja ada yang miss. Hmmmm... Sabar.

Kalau biasanya saya yang mengurus pendaftaran, kali ini saya minta suami yang handle ini. Biar suami saja yang daftar dan antre hingga dipanggil untuk imunisasi. Sementara itu, saya dan Ghazy menunggu di mobil.

Tidak lama, suami datang memanggil kami. Katanya sih sudah dipanggil. Ternyata, cuma dipanggil timbang badan saja. Padahal, ini bisa ditunda dulu. Setidaknya, saya dan Ghazy masuk saat nomor antrean tinggal satu.

Untungnya, Ghazy sudah pakai masker. Rumah sakit yang kami pilih juga amat sepi. Jadi lebih tenang.

Oya, sebelum masuk ke rumah sakit, kami diperiksa suhu tubuh kami. Bukan hanya saya dan suami saja, tapi Ghazy juga. Orang-orang yang punya suhu tubuh normal, kemudian diberi stiker hijau di baju. Ini memberi tanda bahwa kami orang sehat. Stiker ini juga memudahkan kami untuk menjauhi orang-orang yang tidak menggunakan stiker hijau ini.

Setelah imunisasi selesai, kami langsung pulang ke rumah. Kalau biasanya kami tunggu sebentar di rumah sakit, kali ini tidak. Kami betul-betul langsung pulang setelah urusan administrasi selesai tentunya.

Penutup

Menurut IDAI, bila kita tinggal di area dengan tingkat penyebaran tinggi, kita boleh menunda imunisasi pada anak. Tapi, semua kembali pada pilihan masing-masing. Toh, semuanya sama-sama mengandung konsekuensi. Mana yang minim resiko, kita tidak bisa memprediksi.

Segala persiapan imunisasi yang dilakukan harus melihat kondisi anak masing-masing. Jangan memaksakan menggunakan cara tertentu, bila memang tidak memungkinkan. Terakhir, jangan lupa berdoa kepada Allah agar segala proses dimudahkan.

Comments

  1. Iya Mbak,lagi wabah kaya gini, bingung antara imunisasi atau nggak, apalagi kalo jenis vaksinnya termasuk imunisasi dasar. Memang baiknya milih klinik atau RS yg sepi, krn kalo di RS yg rame takutnya kena infeksi nosokomial, apalagi kondisi wabah kaya gini .Kalo anakku biasanya aku bawa ke kantor suami, krn pabrik vaksinnya langsung, jadi sebelum berangkat kontak-kontakkan dulu sm suami, kalau di kliniknya lagi sepi baru deh meluncur kesana hehe. Sehat-sehat ya dede Ghazy :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kantor suami nggak ada gituannya. Lagian lebih jauh dari rumah. Jadi yaudah pilih yang deket-deket aja deh.

      Aamiin.. Makasi tante.

      Delete
  2. Ternyata tetap aman ya melakukan imunisasi saat Pandemik ini? Aku pikir ditunda dulu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak bisa dibilang sepenuhnya aman sih mbak. Tapi kalau nggak imunisasi malah memicu penyakit menular lain.

      Delete
  3. MasyaAllah, terima kasih tipsnya mba. Tulisan ini baru saya butuhkan banget. Saya masih menunda imunisasi si kecil, tapi bulan depan harus deh, imun 👍☺

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau kata IDAI, nggak apa-apa ditunda. Tapi kalau saya sih milih lebih cepat lebih baik. PR imunisasinya masih banyak soalnya. Huhuhu...

      Delete
  4. Imunisasi penting tapi juga harus mengikuti anjuran pemerintah di tengah pandemi Buk, jangan sampai tujuan imunisasi ingin anak kita sehat tapi malah tertular, apalagi yg berada di zona merah,

    Menurut pengamatan q fasilitas kesehatan saat ini yg justru sarang penyebaran Covid-19 karena ada lalu lalang pasien yg positif :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau nggak imunisasi malah memicu penyakit menular lain. Agak horor sih mau imunisasi, tapi selama kita ikuti SOP-nya, in sya Allah aman

      Delete
  5. Di masa sekarang ini, rumah sakit maupun klinik kesehatan menjadi tempat yang lumayan bikin parno. Maunya sih, menghindari tempat itu aja. Namun, terkadang kita gak punya pilihan selain harus mendatangi tempat tersebut. Kalau sudah begitu, dimaksimalkan aja untuk menjalani prosedur yang telah ditetapkan dan jangan lupa berdoa agar dijauhkan dari terkena wabah ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, maunya ya nggak ke situ. Tapi ya gimana lagi. Butuh banget. Huhuhu

      Delete
  6. Terkait imunisasi, kalau anak sehabis imunisasi kemudian sakit. Penyebabnya apa ya kak? Apa hal yang lumrah ya gitu itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa jadi efek imunisasinya, bisa karna yang lain. Kalau ada efek samping, dokter bakal bilang. Jadi ibu bapaknya udah siap-siap duluan.

      Delete
  7. Waduh deg2an juga ya bacanya hihihi alhamdulillah sudah done ya mbak misinya. Semoga dedek sehat terus dan tambah pintar yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masih ada vaksin lagi bulan depan mbak. Huhuhu...

      Aamiin, makasi tante.

      Delete
  8. bertanya pada ahlinya ya solusi terbaiknya

    ReplyDelete
  9. Aku bawa si kecil ini ke klinik mbak. Alhamdulillah bidannya bersedia karena mengingat bahayanya Corona. Biasanya di posyandu aja

    ReplyDelete
  10. Syukurlah Dek Ghazi bisa dapat imunisasi juga. Rumah sakitnya juga teliti nih, pakai nempelin stiker hijau. Jadi gak was-was. Oya, Ghazi kelihatan nyaman banget pake maskernya. Itu bikin sendiri?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tetep was-was sih mbak. Takut ketemu yang nggak pakai stiker ijo.

      Enggak mbak, maskernya beli di olshop.

      Delete
  11. Syukurnya si kecil sudah beres imunisasi. Khawatir juga kalau kondisi seperti ini. Informasi ini sangat bermanfaat Mba. Bisa untuk di share bagi yang membutuhkan.

    ReplyDelete
  12. Semoga langkah tidak menunda imunisasi ini tepat ya mba. Memang bener ssih, kalau mau menunda, sampai kapan? Semoga kita senaniasa diberikan kesehatan ya mba... :)

    ReplyDelete
  13. Agak ribet dan perlu cara yang tak biasa ya, Mbak. Tapi untuk kesehatan dan kebaikan anak, tetap harus imunisasi. Semoga ikhtiar kita tidak sia-sia. Imunisasi di tengah pandemi covid 19 ini, bentuk perjuangan orang tua juga buat anak.

    ReplyDelete
  14. Walaupun saya belum punya anak, tapi sangat informatif nih tulisannya
    Btw saya galfok sama Dede Ghazy pake masker, cute banget hehe

    ReplyDelete
  15. gemes banget maskernya Ghazii. Kamu imunisasi apa nak kemarin? Ceria dan sehat-sehat terus yaa, biar mamakmu tenang bikin artikel dan ngeblog hehe.

    aku jadi merasa selama ini imunisasi di posyandu udah aku take it for granted. padahal udah seeksklusif itu. pasca covid, posyandu ditutup. alhamdulillah seminggu sebelum ditutup itu maryam udah selesai imunisasi dasarnya. aku jadi makin grateful apalagi ngeliat sobat-sobat maryam kaya Ghazy masih kudu berjuang imunisasi. stay safe selaluuu :*

    ReplyDelete
    Replies
    1. PCV sama rotavirus tante.

      Biar galau juga tetep ngeblog nih mamaknya. Ini hasilnya. Wkwkwk..

      Iya, sekarang posyandu tutup. Jadi harus mikir tempat lain. Huhuhu...

      Delete
  16. pasti dilema ya, mbak. Mana imunisasi juga penting tapi galau dengan kondisi yang kurangs ehat begini.
    Kemarin saya melihat berita di televisi, di salah satu kaki gunung di daerah Jawa Timur, bidannya yang datang ke rumah-rumah. Tapi mungkin karena kondidi rumahnya jauh-jauh ya...

    Ditempat saya sendiri biasanya imunisasi itu setiap tanggal 19 di Posyandu. Tapi sejak ada Covid19 ini posyandu juga nggak jalan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak, emang ada bidan yang bisa dateng ke rumah. Tapi karna Ghazy kemarin vaksin tambahan, jadi nggak yakin apa di bidan ada. Biasanya kan yang tambahan-tambahan gitu adanya sama DSA mbak.

      Delete
  17. Segala upaya kita usahakan mba untuk kesehatan anak kita. Semoga saja pandeminya cepat usai. Thank you ya mba artikelnya

    ReplyDelete
  18. Temanku baru ngelahirin satu minggu sebelum pengumuman PSBB. Dia bingung mau bawa anaknya ke dokter utk imunisasi. Jadilah, dia enggak imunisasi anaknya. Katanya berisiko banget kalau bayi dibawa keluar rumah saat pandemi gini. Tapi Aku blm tahu sih, gimana kelanjutannya. Nnt tak share ya Mbak tulisannya ini, biar dia ada referensi, mdh mdhan jadi bahan pertimbangan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, emang beresiko. Tapi kalau mau imunisasi bisa pakai face shield atau strollernya ditutupi. Kalau bayi banget, biasanya lebih bisa diam kalau dipakaiin face shield gitu. Jadi aman hidung, mulut, sama matanya.

      Delete
  19. Pasti galau sih kalau saya jadi Mbak Lely. Kalau anak babbynya anteng it's oke ya dipakaikan masker. Sehat terus ya dede ganteng.

    ReplyDelete
  20. Berarti tetap aja mengikuti anjuran IDAI ya Mba,, asalkan tetap memerhatikan physical distancing ya, noted.

    ReplyDelete
  21. Nah ini keponakan saya juga ngalamin hal sama, orangtuanya baru mempertimbangkan mau imunisasi dimana, karena rumah sakit yang biasanya itu termasuk rujukan untuk covid 19. Makasih infonya mbaa, nanti bisa saya sampaikan ke adik ipar saya tentang ini

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah imunisasi anakku sudah lengkap semua sebelum pandemi ini. Aku koq gagal fokus sama anakmu yang pake masker ya mbak, lucuk amat sih hehehe

    ReplyDelete
  23. wah mba ini lengkap banget panduannya, dan aku izin bookmark ya buat aku baca-baca lagi disaat aku sudah miliki babby dan mengalami hal yg sama kalo harus ada penundaan imunisasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga nanti kalau mbak punya baby pandemiknya selesai. Aamiin

      Delete
  24. Kalau pengalaman kmrn saat periksa dimasa pandemi adalah mrmilih rumah sakit yg bukan rujukan covid Dan meminimalisir menunggu Dan selalu jaga jarak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, aku juga menghindari RS rujukan mbak. Horor bnget kan itu.

      Delete
  25. Kalau di klinik langgananku semua ditunda Mbak, termasuk perawatan gigi. Pokoknya dokter cuma melayani penyakit umum aja, itu pun skrg klinik sepi karena orang-orang takut ke dokter.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hooo gitu ya. Tapi kalau emang mau vaksin, bisa cari tempat lain sih.

      Delete
  26. Meski keadaan belum kondusif, Jadwal imunisasi jangan sampai terlupakan ya, karena itu penting juga untuk jaga kesehatan anak

    ReplyDelete