Assalamu'alaikum!

Perkenalkan, nama saya Aprilely Ajeng Fitriana. Kalian bisa panggil saya Lelly. Saya lahir di Malang pada tanggal 22 April 1991. Saat ini, saya tinggal di Bogor bersama suami dan anak saya. Blog ini adalah tempat saya mencurahkan segala pemikiran saya dari berbagai peristiwa. Bagaimana saya menghadapinya dan apa saja hikmah yang saya peroleh.

Hectic di Awal Tahun

Jan 1, 2019



Nggak kerasa ya udah ganti kalender aja. Alhamdulillah kita ketemu lagi dengan bulan Januari lagi. Banyaaaak sekali hal yang terjadi di tahun 2018 kemarin dalam hidup saya. Sesuai resolusi tahun 2019, harapan saya semua hal baru lain yang nggak kalah menarik juga terjadi di tahun ini.

Awal tahun 2019 ini aktivitas saya sudah dibuka dengan hecticnya proses invite peserta ke Kelas Foundation Institut Ibu Profesional Batch 7. Masukin kontak ke hp pakai CSV. Saya agak gaptek pakai ini. Coba beeerkali-kali sampai mata siwer tetep aja data kontaknya nggak masuk ke google contact. Sedih, tapi apalah dayaku ini (auto nyanyi XD). Kemudian ujian tak hanya sampai di situ saudara-saudara. Saya harus mengkonfirmasi data ke para peserta. Bener nggak nih datanya? Apa ada yang kelewat? Ada nama yang salah nggak? Soalnya nanti nama itu akan dipakai buat sertifikat kelulusan juga. Sudah bener nggak masuk regional Bogor? Apa salah regional?

Banyaaak... Sampai siwer. Tapi seru sih.

Jadi, ceritanya Desember lalu Observer Kelas Matrikulasi saya japri saya secara personal. Beliau bilang kalau pekerjaan saya rapi ketika dulu ikut Kelas Matrikulasi. Terus sama Mbak Dira (observer yang saya ceritain barusan) dilamar untuk jadi Observer di Kelas Matrikulasi Batch selanjutnya.

Rasanya? 

Nano-nano banget. Bangga iya, di antara banyak orang yang ikut Kelas Matrikulasi, ternyata saya yang dipilih oleh IP Bogor untuk menjadi perwakilan regional sebagai observer. Galau juga iya. Saya punya rencana menyelesaika  beberapa project di tahun ini, khawatir nanti malah keteteran kalau pegang kelas. Saya dulu aja sering jadi silent reader di kelas karena kesibukan. Ini malah jadi observer. Kan bombastis ya.

Saya akhirnya diskusi sama suami. Enaknya gimana? Diterima apa nggak lamaran Mbak Dira tadi? Suami saya cuma memastikan kalau kegiatan tersebut tidak menggunakan waktu bersama keluarga kami. Weekend kalau bisa free. Sesekali boleh lah. Tapi kalau tiap weekend, big no untuk suami.

Di komunitas itu ada larangan untuk chat dalam grup mana pun milik komunitas di hari Sabtu dan Minggu. Jadi, nggak ada masalah soal waktu. Tinggal PD-nya aja nih. Yakin nggak pegang kelas? Yakin nggak ngehandle puluhan oranb dalam kelas online? Pusing nggak nanti?

Jujur saja, sebenarnya saya nggak PD lho maju jadi observer. Sebelumnya pernah ada yang meminta saya untuk membuka kelas online untuk para perempuan karena saya seriiing sekali share tentang parenting, rumah tangga, dan dunia keperempuanan yang lain. Tapi saya tolak karena keterbatasan waktu saya untuk menghandle semuanya. Sekali lagi, karena saya punya target sendiri yang ingin saya capai sebelum waktu saya semakin terbagi dengan hadirnya anggota keluarga baru.

"Ikut aja," begitu titah Paksu. Suami saya menjelaskan kalau itu bisa jadi nilai tambah saya. Minimal nambah pengalaman.

Berangkat dari motivasi singkat dari suami, saya pun memberanikan diri untuk mengiyakan lamaran tersebut. Saya sampaikan kesediaan saya. Kemudian saya hubungi sekretaris komunitas untuk dibuatkan surat rekomendasi sebagai salah satu syarat pendaftaran. Asli, deg-degan banget.

Tidak berselang lama, saya diinvite ke grup para observer dari berbagai regional. Kami berkenalan di sana sebelum Diklat Observer. Rasanya itu wow banget. Diklatnya barengan banget dengan kumpul keluarga di rumah saya. Bisa kebayang kan gimana hecticnya? Nggak bisa lama-lama lihat HP karena fokus sama family time juga. 

Karena ini kelas online ya, materi bisa diakses kapan saja. Saya cuma kelewat sesi diskusi aja. Tapi resume diskusi bisa saya akses juga di grup. Scrolling ratusan chat tiap punya me time. Daaaan... sampailah di penghujung acara diklat. Waktunya kami untuk bekerja sendiri. Kami diminta untuk menyusun Rancangan Proses Pembelajaran selama di kelas. Rancangan ini harus didiskusikan dengan pihak regional supaya betul-betul direalisasikan. 

Setelah selesai menyusun amunisi, saya japri para guru tamu dalam kelas saya. Awalnya minta di grup sih. Tapi no respond.


Karena pingin cepet selesai biar tugas lain juga bisa dikerjakan, saya japri satu per satu. Alhamdulillah bersedia. Waktu di atur. Persiapan selesai. Saatnya invite peserta.

Data peserta dikirim oleh Divisi Matrikulasi. Daaan... itu buanyak banget yang daftar. Saya langsung cari regional Bogor aja. Itu juga udah dibagi jadi 2. Kebetulan perwakilan dari Bogor memang ada 2. Kami berbagi peserta. Masing-masing kelas terisi 70 lebih. Padahal ada regional lain yang joinan karena kuotanya belum banyai terpenuhi di regional tersebut. Warbyasah.


Itu yaaaa masyaa Allaaaah... Rempong bener prosesnya. Sebetulnya bisa sih masukkan kontak satu per satu. Tapi ada 70 lebih mameeeen. Keriting lah jempol gue kalau inout manual. Saya lebih memilih belajar export excel to contact aja biar cepet. Di grup obsever itu sudah ada yang ngasih tahu caranya, tapi ya gitu deh. Gagal maning, gagal maning. Nonton tutorial di Youtube juga saya lakukan. Tapi hasilnya sama saja. Gagal.

Gemes sendiri jadinya. Sudah coba cara ini itu kok terus gagal. Kadang yang keluar nama sama email aja. Adakalanya yang keluar cuma no hp terus namanya sama semua. 


Betul-betul ujian awal tahun. Sudah gitu suami ngajakin kerja bakti pula. Mumpung libur katanya. Baju-baju di kamar itu harus sudah masuk lemari semua.

Singkat cerita, akhirnya saya berhasil buat kontak di google tanpa harus input manual. Sebuah kemajuan yang luar biasa saudara-saudara. Tolong jangan tanyakan bagaimana caranya ya, karena masih bingung menjelaskan satu per satu. Dari google, terus sinkronkan dengan HP. Alhamdulilkah lancar.

Setelah itu baru saya minta konfirmasi data yang masuk. Awalnya saya broadcast ke semuanya. Tapi tidak terkirim sodara-sodara. Ternyata sistem WA tidak memungkinkan untuk kirim pesan siaran terlalu banyak. Akhirnya saya buat WAG untuk konfirmasi. WAG saya gembok dulu supaya informasi tidak tenggelam oleh buibu yang antusias masuk kelas. Saya berikan batas waktu konfirmasi. Done.

Selesai? Belum.

Ada laporan yang masuk kalau ingin mutasi ke regional lain. Ada juga observer dari regional lain yang menghubungi saya karena ada yang mau mutasi ke Bogor. Ada yang membingungkan juga. Hmmm.. Sabaaar.. Ini ujian.

Bahkaaan, saking siwernya, bukan calon peserta yang mau mutasi yang saya invite ke WAG kelas, tapi kontak observernya.

Harap maklum, sudah siwer. 

Urusan invite menginvite selesai. Saatnya istirahat sejenak sebelum kelas dibuka. Duuuh... Deg-degan nih.




Tulisan ini diikutsertakan dalam ODOP bersama Estrilook Community. 
#Day1 #ODOP #EstrilookCommunity

Comments

  1. wihhh mantapppppp makk! aku paling maless malah ngurus yang serba data begituuuu, bukan siwer lagi tapi bener-bener tak kasat mataaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwkwk... emang bikin pusing kalau berurusan sama data. saya sih, kalau bisa enggak juga. nulis wae lah yaa.. wkwkwk..

      Delete
  2. Fiuh, bacanya berasa lari estafet mba, yg penting jaga stamina trus jgn stress ntar salah input loh 😭😭

    ReplyDelete